ASUHAN KEPERAWATAN
DENGAN ASD (ATRIAL SEPTAL DEFECT)
Disusun
Oleh
FANDIK
AKADEMI KEPERAWATAN
PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN
2005 / 2006
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN
DENGAN
ASD (ATRIAL SEPTAL DEFECT)
1.
LANDASAN TEORI
Pengertian
ASD adalah kelainan natomik jantung
kibat terjadinya kesalahan pada jumlah absorbsi dan proliferasi jaringn pada
tahap perkembangan pemisahan rongga atrium menjadi atrium kanan dan kiri.
Etiologi
Penyebab secara pasti belum diketahui
tetapi ada beberapa faktor yang mempengaruhi antara lain :
Faktor
genetik : Kelainan kromosom seperti pada down syndrom, tuner syndrom dan lain –
lain.
Faktor
lingkungan : gangguan sirkulasi utero
placentair.
Pada saat
hamil ibu menderita pubella, ibu hamil yang alkoholik, usia ibu yang saat hamil
lebih dari 40 tahun.
Patofisiologi
ASD akibat terjadinya kesalahan pada
jumlah absorbsi dan proliferasi jaringan pada tahap perkembangan pemisahan
organ atrium menjadi atrium kiri dan kanan. Akibat adanya celah patologis
antara atrium kanan dan atrium kiri, klien dengan defec septum atrium mempunyai
beban pada sisi jantung kanan , akibat pirau dari atrium kiri ke atrium kanan.
Beban tersebut merupakan beban volume (volume overload). Aliran darah pintas
kiri ke kanan pada tipe osteum sekundum dan tipe sinus venosus akan menyebabka
keluhan kelemahan dan sesak nafas, umumnya timbul pada usia dewasa muda.
Kegagalan jantung kanan serta aritma supra ventrikulear dapat pula terjadi pada
stadium lanjut. Namun apabila repurigtusi mitral berat, gejala serta keluhan
akan muncul lebih berat dan lebih awal. Gejala ini umumnya ditemukan pada umur
20 – 40 tahun.
Terdapat 3 bentuk anatomik ASD yaitu :
1.3.1
Defec Fossa
Sekundum (90%) atau ASD II (ASD Sekunder) bila lubang terletak didaerah fosa
ovalis.
1.3.2
Defek sinus
venosus atau vena cava superior (5%) bila lubang terletak didaerah venosus
(dekat muara vena cava superior dan inferior).
1.3.3
Endokardial
Eushion Defect (5%) atau ASD I (ASD Primer) bila lubang terletak didaerah
ostium prenium(termasuk salah satu bentuk defec septum atrioventrikuler.
Gejala Klinis
1) Sesak nafas
2) Capek selama aktivitas (kelemahan fisik, letih,
lelah).
3) Anoreksia, mual, muntah kadang - kadang terjadi
4) Pada pemeriksaan ditemukan :
-
Aktifitas
ventrikel kanan jelas teraba pada parasternal kanan.
-
Bunyi
Sistolik murmur II
-
Wide fixed
split bunyi jantung II
Komplikasi
Bias disertai dengan kelainan jantung
lain.
Prognosa
Bila ukuran kecil (1 ½ cm) tidak ada
keluhan
Defect sedang / besar akan timbul
keluhan pada umur 50 tahun.
Pada endocardial Eushion defect akan
lebih cepat terjadi penyakit jantung.
Penatalaksanaan
Tindakan bedah dilakukan atas
indikasi.
-
ASD dengan
keluhan shunt besar
-
ASD dengan
pulmonag blood flow 2 x sistemic blood flow.
2.
LANDASAN ASKEP
Pengkajian
1) Biodata
Terutama lebih banyak menyeraang anak
perempuan dibandingkan dengan anak laki-laki.
2) Keluhan Utama
Nyeri
3) Riwayat Penyakit Sekarang
Sesak nafas sianosis, kelemahan, nafas
cepat, nyeri.
4) Riwayat Penyakit Dahulu
Pernah menderita penyakit jantung.
5) Riwayat Penyakit Keluarga
Didalam keluarga ada yang menderita
penyakit jantung.
6) Activity Daily Life
-
Nutrisi
Anoreksa, mual, muntah, kadang –
kadang terjadi.
-
Aktivitas
Mengalami kelemahan fisik, letih,
lelah.
-
Istirahat
tidur
Mengalami gangguan karena sesak.
-
Eliminasi
Memerlukan bantuan
-
Personal
Hygiene
Memerlukan bantuan
7) Pemeriksaan
Aktivitas ventrikel kanan jelas teraba
parasternal kanan, dan thrill (25%) di sela iga II atau kiri, pada auskultasi
didapatkan sistolis mur – mur II , pada defect besar didapatkan.
-
Efection
sistolik mur – mur
-
Flow mur –
mur
-
Mur – mur
pernsistolic di apex bila terdapat mitral defectelert.
-
Wide fixed
split bunyi jantung.
Pada foto thorax pembesaran jantung, atrium kanan,
atrium kiri dan arteri menonjol.
2. Diagnosa keperawatan
Ganguan
nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan sesak.
Intoleran
aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
Resiko
ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan kapasitas pembawa O2
(kehilangan darah)
Dx I
Tujuan : klien berpartisipasi pada aktivitas yang
diinginkan dan dapat memenuhi kebutuhannya sendiri
Kriteria
hasil : mencapai peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur dibuktikan
oleh menurunnya kelemahan dan kelemahan selama aktivitas
Intervensi
1) Pantau tanda vital selama, sebelum dan setelah
aktivitas
R/ Deteksi
dini terjadinya komplikasi
2) Catat respon kardiopulmunal terhadap aktivitas,
catat takikardia, disritmia, dispsnea, kekeringan, pucat.
R/ Penurunan miokardium untuk meningkatkan volume
sekuncup selama aktivitas dapat menyebabkan peningkatan segera pada frekuensi
jantung dan kebutuhan O2 juga peningkatan kelelahan dan kelemahan.
3) Kaji penyebab kelemahan
R/ Kelemahan adalah efek samping beberapa obat (B
Bloker, traquilizer dan sedatif) nyeri dan program penusstres juga memerlukan
energi dan menyebabkan kelemahan.
4) Evaluasi peningkatan Intoleran Aktivitas
R/ Dapat menunjukkan peningkatan gugal jantung
dari pada kelebihan aktivitas
5) Berikan bantuan dalam aktivitas perawatan dini
sesuai indikasi, selidiki periode aktivitas dan istirahat.
R/ Pemenuhan kebutuhan perawatan diri klien tanpa
mempengaruhi stress miokrad/kebutuhan O2 berlebih
6) Anjurkan untuk meningkatkan mobilitas secara
bertahap
R/ Peningkatan terhadap aktivitas menghindari
kerja jantung / konsumsi O2 berlebih
Dx II
Tujuan : mempertahankan pola nafas normal / ekfetif
bebas sianosis dan tanda / gejala lain dari hipoksia dengan bunyi nafas
bilateral, area paru bersih.
Kriteria
: - tidak
ada tanda sianosis / tanda-tanda hipoksia
Intervensi
1) Evaluasi Frekuensi pernafasan dan kedalaman
R/ Kecepatan dan upaya mungkin karena nyeri,
akumulasi sekret, hipoksia atau deteksi gaster, penurunan pernafasan dapat
terjadi karena penggunaan analgesik berlebih.
2) Auskultasi bunyi nafas
R/ Bunyi nafas sering menurun pada dasar para
selama periode waktu setelah pembedahan dengan terjadinya atelektasis.
Kehilangan bunyi nafas aktif pada area ventilasi sebelumnya dapat menunjukkan
kolaps segmen paru.
3) Observasi karakter batuk dan produksi sputum
R/ Batuk dapat menunjukkan kongesti baru, sputup
purulen menunjukkan infeksi paru
4) Tinggikan kepala tempat tidur, letakkan pada
posisi duduk tinggi / semi flower
R/ Merangsang fungsi pernafasan / ekspansi paru.
Dx. III
Tujuan : Klien dapat mempertahankan berat
badannya.
Kriteria hasil :
-
BB meningkat
-
Diet dengan
masukan kalori yang adekuat.
Intervensi :
1) Jelaskan pentingnya nutrisi
R/ Penjelasan
yang dekuat meningkatkan kesadaran akan pentingnya nutrisi baagi tubuh.
2) Berikan kesenangaan, suasna makan yang rileks
R/ Meningkatkan nafsu makan.
3) Ajarkan atau bantu individu untuk istirahat
sebelum makan
R/ Kelelahan fisik saat makan mengurangi nafsu
makan.
4) Berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering.
R/ Makanan porsi kecil dapaat mengurangi kerja
lambung secara maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Arif Manjoer (2000), Kapita Selekta Kedokteran, Edisi
Ketiga, Media Aesculapius, Jakarta.
Doengoes (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, EGC.,
Jakarta.
Linda Jual
Carpenito(2000),Diagnosa Keperawatan,
Edisi 8 EGC,Jakarta.
Purnawan Junadi (1982), Kapita Selekta, Edisi ke-2 ,
Media Aesculapius, Jakarta.
Syaifullah Noer, (1996), Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 2
Edisi III, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
0 komentar:
Posting Komentar