TUGAS MAKALAH
SISTEM PENCERNAAN I
“GANGGUAN ULKUS
PEPTIKUM”
`
DOSEN PEMBIMBING : Farida Yuanita,S.kep,Ns
Oleh kelompok 6 :
2.
Kusmiati 11.02.01.0805
3.
Wisnu Adi Tama 11.02.01.0837
STIKES
MUHAMMADIYAH LAMONGAN
2011-2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberikan rahmat,
nikmat,dan hidayahnya, sehingga kami kelompok VI dapat menyelesaikan penulisan
makalah ini.
Dengan penulisan makalah ini semoga dapat dijadikan sebuah sarana sebagai
penunjang pembelajaran.
Kami mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing kami Farida Yuanita S.Kep,Ners
sebagai dosen mata kuliah Sistem Pencernaan I yang telah memberikan tugas
makalah ini sehingga kami dapat mengerti tentrang ulkus peptikum.
Teman-teman yang telah bekerja sama dalam pembuatan makalah ini.Kami sadar
bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami mengharapkan
kritik dan saran demi perbaikan di masa yang akan datang.
Lamongan, 03 Juni 2012
Lamongan, 03 Juni 2012
Kelompok VI
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .............................................................................................. i
Daftar Isi ....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Epidemiologi............................................................................................. 1
B. Anatomi dan fisiologi gaster..................................................................... 2
BAB II ISI
A.
Defenisi................................................................................................... 6
B.
Etiologi.................................................................................................... 6
C.
Manifestasi Klinis.................................................................................... 6
D.
Patofisiologi............................................................................................ 7
E.
Penatalaksanaan ..................................................................................... 11
1.
Farmakologi........................................................................................ 11
2.
Medis.................................................................................................. 12
F.
Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang........................................................ 13
G.
Pertimbangan Pembedahan..................................................................... 14
H.
Pertimbangan Pemulangan...................................................................... 14
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
I.
Pengkajian............................................................................................... 15
II.
Diagnosa Keperawatan........................................................................... 19
III.
Tujuan...................................................................................................... 21
IV.
Intervensi Keperawatan.......................................................................... 22
BAB IV PENUTUP
A.
Kesimpulan ............................................................................................. 25
B.
Saran........................................................................................................ 25
BAB I
PENDAHULUAN
Lambung sebagai reservoir makanan berfungsi menerima makanan/minuman, menggiling,mencampur, dan mengosongkan makanan ke dalam duodenum. Lambung yang selalu berhubungan dengan semua jenis makanan, minuman dan obat-obatan akan mengalami iritasikronik. Lambung sebenarnya terlindungi oleh lapisan mucus, tetapi oleh karena beberapafactor iritan seperti makanan, minuman, dan obat-obatan anti inflamasi non-steroid (NSAID),alcohol dan empedu, yang dapat menimbulkan defek lapisan mukosa dan terjadi difusi balik ion H+.
sehingga timbul gastritis akut/kronik atau ulkus gaster. Dengan
ditemukannya kuman H. pylori pada kelainan saluran cerna, saat ini dianggap H.
Pylori merupakan penyebab utamaulkus gaster, di samping NSAID, alcohol dan
sindrom Zollinger Ellison yang menyebabkanterjadinya peningkatan produksi dari
hormone gastrin sehingga produksi HCl pun turut meningkat.
A. Epidemiologi
Penyakit ini
terjadi dengan frekuensi paling besar pada individu antara usia 40 dan 60
tahun. Tetapi, relatif jarang pada wanita menyusui, meskipun ini telah
diobservasi pada anak-anak dan bahkan pada bayi. Pria terkenal lebih sering
daripada wanita, tapi terdapat beberapa bukti bahwa insiden pada wanita hampir
sama dengan pria. Setelah menopause, insiden ulkus peptikum pada wanita hampir
sama dengan pria. Ulkus peptikum pada korpus lambung dapat terjadi tanpa
sekresi asam berlebihan.
Risiko
seumur hidup untuk mengembangkan ulkus peptikum adalah sekitar 10%. Di
negara-negara Barat prevalensi infeksi Helicobacter pylori sekitar pertandingan
usia (yaitu, 20% pada usia 20, 30% pada usia 30, 80% pada usia 80 dll).
Prevalensi lebih tinggi di negara-negara dunia ketiga.Transmisi adalah dengan
makanan, air tanah yang terkontaminasi, dan melalui air liur manusia (seperti
dari berciuman atau berbagi peralatan makanan). Sebuah minoritas kasus H.
pylori infeksi akhirnya akan menyebabkan borok dan proporsi yang lebih besar
dari orang-orang akan mendapatkan non-spesifik ketidaknyamanan, nyeri perut
atau gastritis.
Ulkus peptik
memiliki efek yang luar biasa pada morbiditas dan mortalitas sampai dekade
terakhir abad ke-20, ketika tren epidemiologi mulai menunjuk ke sebuah
penurunan mengesankan dalam insiden.Alasannya bahwa tingkat penyakit ulkus
peptikum diperkirakan menurun menjadi pengembangan obat baru penekan dan asam
efektif dan penemuan penyebab kondisi, H. pylori.
Di Amerika Serikat sekitar 4 juta orang telah tukak lambung aktif dan sekitar 350.000 kasus baru didiagnosa setiap tahun.Empat kali sebanyak ulkus duodenum ulkus lambung didiagnosis.Sekitar 3.000 kematian per tahun di Amerika Serikat disebabkan oleh ulkus duodenum dan 3.000 untuk tukak lambung.
Di Amerika Serikat sekitar 4 juta orang telah tukak lambung aktif dan sekitar 350.000 kasus baru didiagnosa setiap tahun.Empat kali sebanyak ulkus duodenum ulkus lambung didiagnosis.Sekitar 3.000 kematian per tahun di Amerika Serikat disebabkan oleh ulkus duodenum dan 3.000 untuk tukak lambung.
B. Anatomi Dan Fisiologi Gaster
Lambung
(bahasa Inggris: stomach) atau ventrikulus berupa suatu kantong yang terletak
di bawah diafragma, berbentuk huruf J. Fungsi lambung secara umum adalah tempat
di manamakanan dicerna dan sejumlah kecil sari-sari makanan diserap. Lambung
dapat dibagimenjadi tiga daerah, yaitu daerah kardia, fundus dan pilorus.
Kardiaadalah
bagian atas, daerah pintu masuk makanan dari kerongkongan. Fundus adalah bagian
tengah, bentuknya membulat.
Pilorus adalah bagian bawah, daerah yang berhubungan dengan usus 12 jari duodenum.
Pilorus adalah bagian bawah, daerah yang berhubungan dengan usus 12 jari duodenum.
Dindinglambung
tersusun menjadi empat lapisan, yakni mukosa, submukosa, muscularis, dan
serosa. Mukosa ialah lapisan dimana sel-sel mengeluarkan berbagai jenis cairan,
seperti enzim, asamlambung, dan hormon.Lapisan ini berbentuk seperti palung
untuk memperbesar perbandingan antara luas dan volume sehingga memperbanyak
volume getah lambung yangdapat dikeluarkan.
Submukosa
ialah lapisan dimana pembuluh darah arteri dan vena dapatditemukan untuk
menyalurkan nutrisi dan oksigen ke sel-sel perut sekaligus untuk membawanutrisi
yang diserap, urea, dan karbon dioksida dari sel-sel tersebut.Muscularis
adalahlapisan otot yang membantu perut dalam pencernaan mekanis.Lapisan ini
dibagi menjadi 3lapisan otot, yakni otot melingkar, memanjang, dan
menyerong.Kontraksi dari ketiga macamlapisan otot tersebut mengakibatkan gerak
peristaltik (gerak menggelombang).Gerak peristaltik menyebabkan makanan di
dalam lambung diaduk-aduk.Lapisan terluar yaituserosa berfungsi sebagai lapisan
pelindung perut. Sel-sel di lapisan ini mengeluarkan sejeniscairan untuk
mengurangi gaya gesekan yang terjadi antara perut dengan anggota tubuhlainnya.
Di lapisan
mukosa terdapat 3 jenis sel yang berfungsi dalam pencernaan, yaitu sel
goblet[goblet cell], sel parietal [parietal cell], dan sel chief [chief cell].
Sel goblet berfungsi untuk memproduksi mucus atau lendir untuk menjaga lapisan
terluar sel agar tidak rusak karenaenzim pepsin dan asam lambung. Sel parietal
berfungsi untuk memproduksi asam lambung[Hydrochloric acid] yang berguna dalam
pengaktifan enzim pepsin.
Diperkirakan
bahwa sel parietal memproduksi 1.5 mol dm-3 asam lambung yang membuat tingkat
keasaman dalamlambung mencapai pH 2 yang bersifat sangat asam.Sel chief
berfungsi untuk memproduksi pepsinogen, yaitu enzim pepsin dalam bentuk tidak
aktif.Sel chief memproduksi dalam bentuk tidak aktif agar enzim tersebut tidak
mencerna protein yang dimiliki oleh sel tersebutyang dapat menyebabkan kematian
pada sel tersebut.Di bagian dinding lambung sebelah dalam terdapat
kelenjar-kelenjar yang menghasilkangetah lambung.Aroma, bentuk, warna, dan
selera terhadap makanan secara refleks akanmenimbulkan sekresi getah
lambung.Getah lambung mengandung asam lambung (HCI), pepsin, musin, dan
renin.Asam lambung berperan sebagai pembunuh mikroorganisme danmengaktifkan
enzim pepsinogen menjadi pepsin.Pepsinmerupakan enzim yang dapat mengubah
protein menjadi molekul yang lebih kecil.Musinmerupakan mukosa protein yang
melicinkan makanan.
Renin merupakan enzim khusus yang hanya terdapat pada mamalia, berperan sebagai kaseinogenmenjadi kasein. Kasein digumpalkan oleh Ca2+ dari susu sehingga dapat dicerna oleh pepsin.Tanpa adanya renim susu yang berwujud cair akan lewat begitu saja di dalam lambuing danusus tanpa sempat dicerna. Kerja enzim dan pelumatan oleh otot lambung mengubah makanan menjadi lembut seperti bubur, disebut chyme(kim) atau bubur makanan. Otot lambung bagian pilorus mengatur pengeluaran kim sedikitdemi sedikit dalam duodenum. Caranya, otot pilorus yang mengarah ke lambung akan relaksasi (mengendur) jika tersentuk kim yang bersifat asam. Sebaliknya, otot pilorus yangmengarah ke duodenum akan berkontraksi (mengerut) jika tersentu kim. Jadi, misalnya kimyang bersifat asam tiba di pilorus depan, maka pilorus akan membuka, sehingga makanan lewat. Oleh karena makanan asam mengenai pilorus belakang, pilorus menutup.Makanan tersebut dicerna sehingga keasamannya menurun. Makanan yang bersifat basa di belakang pilorus akan merangsang pilorus untuk membuka. Akibatnya, makanan yang asam darilambung masuk ke duodenum.Demikian seterusnya.Jadi, makanan melewati pilorus menuju duodenum segumpal demi segumpal agar makanan tersebut dapat tercerna efektif.Seteleah 2 sampai 5 jam, lambung kosong kembali.Pengaturan peristiwa ini terjadi baik melalui saraf maupun hormon. Impuls parasimpatikus yang disampaikan melalui nervus vagus akan meningkatkan motilitas, secara reflektoris melalui vagus juga akan terjadi pengosongan lambung. Refleks pengosongan lambung iniakan dihambat oleh isi yang penuh, kadar lemak yang tinggi dan reaksi asam pada awal duodenum. Keasaman ini disebabkan oleh hormon saluran cerna terutama sekretin dankholesistokinin-pankreo-zimin, yang dibentuk dalam mukosa duodenum dan dibawa bersama aliran darah ke lambung.
Dengan demikian proses pengosongan lambung merupakan prosesumpan balik humoral. Kelenjar di lambung tiap hari membentuk sekitar 2-3 liter getahlambung, yang merupakan larutan asam klorida yang hampir isotonis dengan pH antara 0,8-1,5, yang mengandung pula enzim pencemaan, lendir dan faktor intrinsik yang dibutuhkanuntuk absorpsi vitamin B12.
Asam klorida menyebabkan denaturasi protein makanan dan menyebabkan penguraian enzimatik lebih mudah. Asam klorida juga menyediakan pH yangcocok bagi enzim lambung dan mengubah pepsinogen yang tak aktif menjadi pepsin.Asam klorida juga akan membunuh bakteri yang terbawa bersama makanan. Pengaturans ekresi getah lambung sangat kompleks.Seperti pada pengaturan motilitas lambung serta pengosongannya, di sini pun terjadi pengaturan oleh saraf maupun hormon. Berdasarkan saatterjadinya, maka sekresi getah lambung dibagi atas fase sefalik, lambung (gastral) dan usus(intestinal).
Fase Sekresi Sefalik diatur sepenuhnya melalui saraf. Penginderaan penciuman dan rasa akan menimbulkanimpuls saraf aferen, yang di sistem saraf pusat akan merangsang serabut vagus. Stimulasinervus vagus akan menyebabkan dibebaskannyaasetilkolindari dinding lambung. Ini akan menyebabkan stimulasi langsung pada sel parietal dan selepitel serta akan membebaskan gastrin dari sel G antrum.
Renin merupakan enzim khusus yang hanya terdapat pada mamalia, berperan sebagai kaseinogenmenjadi kasein. Kasein digumpalkan oleh Ca2+ dari susu sehingga dapat dicerna oleh pepsin.Tanpa adanya renim susu yang berwujud cair akan lewat begitu saja di dalam lambuing danusus tanpa sempat dicerna. Kerja enzim dan pelumatan oleh otot lambung mengubah makanan menjadi lembut seperti bubur, disebut chyme(kim) atau bubur makanan. Otot lambung bagian pilorus mengatur pengeluaran kim sedikitdemi sedikit dalam duodenum. Caranya, otot pilorus yang mengarah ke lambung akan relaksasi (mengendur) jika tersentuk kim yang bersifat asam. Sebaliknya, otot pilorus yangmengarah ke duodenum akan berkontraksi (mengerut) jika tersentu kim. Jadi, misalnya kimyang bersifat asam tiba di pilorus depan, maka pilorus akan membuka, sehingga makanan lewat. Oleh karena makanan asam mengenai pilorus belakang, pilorus menutup.Makanan tersebut dicerna sehingga keasamannya menurun. Makanan yang bersifat basa di belakang pilorus akan merangsang pilorus untuk membuka. Akibatnya, makanan yang asam darilambung masuk ke duodenum.Demikian seterusnya.Jadi, makanan melewati pilorus menuju duodenum segumpal demi segumpal agar makanan tersebut dapat tercerna efektif.Seteleah 2 sampai 5 jam, lambung kosong kembali.Pengaturan peristiwa ini terjadi baik melalui saraf maupun hormon. Impuls parasimpatikus yang disampaikan melalui nervus vagus akan meningkatkan motilitas, secara reflektoris melalui vagus juga akan terjadi pengosongan lambung. Refleks pengosongan lambung iniakan dihambat oleh isi yang penuh, kadar lemak yang tinggi dan reaksi asam pada awal duodenum. Keasaman ini disebabkan oleh hormon saluran cerna terutama sekretin dankholesistokinin-pankreo-zimin, yang dibentuk dalam mukosa duodenum dan dibawa bersama aliran darah ke lambung.
Dengan demikian proses pengosongan lambung merupakan prosesumpan balik humoral. Kelenjar di lambung tiap hari membentuk sekitar 2-3 liter getahlambung, yang merupakan larutan asam klorida yang hampir isotonis dengan pH antara 0,8-1,5, yang mengandung pula enzim pencemaan, lendir dan faktor intrinsik yang dibutuhkanuntuk absorpsi vitamin B12.
Asam klorida menyebabkan denaturasi protein makanan dan menyebabkan penguraian enzimatik lebih mudah. Asam klorida juga menyediakan pH yangcocok bagi enzim lambung dan mengubah pepsinogen yang tak aktif menjadi pepsin.Asam klorida juga akan membunuh bakteri yang terbawa bersama makanan. Pengaturans ekresi getah lambung sangat kompleks.Seperti pada pengaturan motilitas lambung serta pengosongannya, di sini pun terjadi pengaturan oleh saraf maupun hormon. Berdasarkan saatterjadinya, maka sekresi getah lambung dibagi atas fase sefalik, lambung (gastral) dan usus(intestinal).
Fase Sekresi Sefalik diatur sepenuhnya melalui saraf. Penginderaan penciuman dan rasa akan menimbulkanimpuls saraf aferen, yang di sistem saraf pusat akan merangsang serabut vagus. Stimulasinervus vagus akan menyebabkan dibebaskannyaasetilkolindari dinding lambung. Ini akan menyebabkan stimulasi langsung pada sel parietal dan selepitel serta akan membebaskan gastrin dari sel G antrum.
Melalui
aliran darah, gastrin akan sampai pada sel parietal dan akan menstimulasinya
sehingga sel itu membebaskan asamklorida. Pada sekresi asam klorida ini,
histamin juga ikut berperan.Histamin ini dibebaskanoleh mastosit karena
stimulasi vagus (gambar 3).Secara tak langsung dengan pembebasan histamin ini
gastrin dapat bekerja. Fase Lambung.Sekresi getah lambung disebabkan oleh
makanan yang masuk ke dalam lambung. Relaksasi serta rangsang kimia seperti
hasil urai protein, kofein atau alkohol, akan menimbulkan reflekskolinergik
lokal dan pembebasan gastrin. Jika pH turun di bawah 3, pembebasan gastrin akan
dihambat.Pada Fase Usus mula-mula akan terjadi peningkatan dan kemudian akan
diikuti dengan penurunan sekresigetah lambung. Jika kim yang asam masuk ke usus
duabelas jari akan dibebaskan sekretin.Ini akan menekan sekresi asam klorida
dan merangsang pengeluaran pepsinogen.
Hambatan sekresi getah lambung lainnya dilakukan oleh kholesistokinin-pankreozimin, terutama jikakim yang banyak mengandung lemak sampai pada usus halus bagian atas.Di samping zat-zat yang sudah disebutkan ada hormon saluran cerna lainnya yang berperan pada sekresi danmotilitas. GIP (gastric inhibitory polypeptide) menghambat sekresi HC1 dari lambung dankemungkinan juga merangsang sekresi insulin dari kelenjar pankreas.Somatostatin, yang dibentuk tidak hanya di hipothalamus tetapi juga di sejumlah organlainnya antara lain sel D mukosa lambung dan usus halus serta kelenjar pankreas,menghambat sekresi asam klorida, gastrin dan pepsin lambung dan sekresi sekretin di usushalus.
Fungsi endokrin dan eksokrin pankreas akan turun (sekresi insulin dan glukagon sertaasam karbonat dan enzim pencernaan). Di samping itu, ada tekanan sistemik yang tak berubah, pasokan darah di daerah n. Splanchnicus akan berkurang sekitar 20-30%.
Hambatan sekresi getah lambung lainnya dilakukan oleh kholesistokinin-pankreozimin, terutama jikakim yang banyak mengandung lemak sampai pada usus halus bagian atas.Di samping zat-zat yang sudah disebutkan ada hormon saluran cerna lainnya yang berperan pada sekresi danmotilitas. GIP (gastric inhibitory polypeptide) menghambat sekresi HC1 dari lambung dankemungkinan juga merangsang sekresi insulin dari kelenjar pankreas.Somatostatin, yang dibentuk tidak hanya di hipothalamus tetapi juga di sejumlah organlainnya antara lain sel D mukosa lambung dan usus halus serta kelenjar pankreas,menghambat sekresi asam klorida, gastrin dan pepsin lambung dan sekresi sekretin di usushalus.
Fungsi endokrin dan eksokrin pankreas akan turun (sekresi insulin dan glukagon sertaasam karbonat dan enzim pencernaan). Di samping itu, ada tekanan sistemik yang tak berubah, pasokan darah di daerah n. Splanchnicus akan berkurang sekitar 20-30%.
BAB II
ISI
ISI
A. Definisi
Ulkus peptikum adalah erosi mukosa
gastro intestinal yang disebabkan oleh terlalu banyaknya asam hidroklorida dan
pepsin.Meskipun ulkus dapat terjadi pada osofagus, lokasi paling umum adalah
duodenum dan lambung (Wardell, 1990).
Ulkus kronis dapat menembus dinding muskular.Pemulihan mengakibatkan pembentukan jaringan fibrosa dan akhirnya jaringan parut permanen.Ulkus dapat pulih atau sembuh beberapa kali sepanjang hidup seseorang.
Ulkus kronis dapat menembus dinding muskular.Pemulihan mengakibatkan pembentukan jaringan fibrosa dan akhirnya jaringan parut permanen.Ulkus dapat pulih atau sembuh beberapa kali sepanjang hidup seseorang.
Komplikasi utama yang berkenaan
dengan penyakit ulkus peptikum, pada umumnya adalah:
1. Hemoragi,
dibuktikan oleh hematemesis dan guaiak fesses positif.
2. Perporasi, dibuktikan oleh awitan tiba-tiba
nyeri hebat disertai dengan abdomen kaku seperti papan dan gejala syok.
3. Obstruksi.
Komplikasi ini lebih umum pada ulkus duodenal yang terletak dekat pilorus.Ini
disebabkan oleh kontriksi jalan keluar gastrik sebagai akibat dari edema dan
jaringan parut dari ulkus yang berulang.
Pasien secara
umum dapat rawat jalan.
Perawatan di
rumah sakit diperlukan untuk mengatasi komplikasi.
B. Etiologi
1. Meningkatnya produksi asam
lambung.
2. Stres.
3. Golongan darah.
4. Asap rokok.
5. Daya tahan lambung yang rendah.
2. Stres.
3. Golongan darah.
4. Asap rokok.
5. Daya tahan lambung yang rendah.
C. Manifestasi Klinis
Gejala-gejala ulkus dapat hilang
selama beberapa hari, minggu, atau beberapa bulan dan bahkan dapat hilang hanya
sampai terlihat kembali, sering tanpa penyebab yang dapat diidentifikasi.Banyak
individu mengalami gejala ulkus, dan 20-30% mengalami perforasi atau hemoragi
yang tanpa adanya manifestasi yang mendahului.
Nyeri : biasanya pasien dengan
ulkus mengeluh nyeri tumpul, seperti tertusuk atau sensasi terbakar di
epigastrium tengah atau di punggung. Hal ini diyakini bahwa nyeri terjadi bila
kandungan asam lambung dan duodenum meningkat menimbulkan erosi dan merangsang
ujung saraf yang terpajan. Teori lain menunjukkan bahwa kontak lesi dengan asam
merangsang mekanisme refleks local yang mamulai kontraksi otot halus
sekitarnya. Nyeri biasanya hilang dengan makan, karena makan menetralisasi asam
atau dengan menggunakan alkali, namun bila lambung telah kosong atau alkali
tidak digunakan nyeri kembali timbul.Nyeri tekan lokal yang tajam dapat
dihilangkan dengan memberikan tekanan lembut pada epigastrium atau sedikit di
sebelah kanan garis tengah.Beberapa gejala menurun dengan memberikan tekanan
local pada epigastrium.
Pirosis(nyeri uluhati) : beberapa
pasien mengalami sensasi luka bakar pada esophagus dan lambung, yang naik ke
mulut, kadang-kadang disertai eruktasi asam. Eruktasi atau sendawa umum terjadi
bila lambung pasien kosong.
Muntah : meskipun jarang pada ulkus duodenal tak terkomplikasi, muntah dapat menjadi gejala ulkus peptikum. Hal ini dihubungkan dengan pembentukan jaringan parut atau pembengkakan akut dari membran mukosa yang mengalami inflamasi di sekitarnya pada ulkus akut.Muntah dapat terjadi atau tanpa didahului oleh mual, biasanya setelah nyeri berat yang dihilangkan dengan ejeksi kandungan asam lambung.
Muntah : meskipun jarang pada ulkus duodenal tak terkomplikasi, muntah dapat menjadi gejala ulkus peptikum. Hal ini dihubungkan dengan pembentukan jaringan parut atau pembengkakan akut dari membran mukosa yang mengalami inflamasi di sekitarnya pada ulkus akut.Muntah dapat terjadi atau tanpa didahului oleh mual, biasanya setelah nyeri berat yang dihilangkan dengan ejeksi kandungan asam lambung.
Konstipasi dan perdarahan :
konstipasi dapat terjadi pada pasien ulkus, kemungkinan sebagai akibat dari
diet dan obat-obatan. Pasien dapat juga datang dengan perdarahan gastrointestinal
sebagian kecil pasien yang mengalami akibat ulkus akut sebelumnya tidak
mengalami keluhan, tetapi mereka menunjukkan gejala setelahnya.
Ulkus
peptikum terjadi pada mukosa gastroduodenal karena jaringan ini tidak dapat
menahan kerja asam lambung pencernaan(asam hidrochlorida dan pepsin). Erosi
yang terjadi berkaitan dengan peningkatan konsentrasi dan kerja asam peptin,
atau berkenaan dengan penurunan pertahanan normal dari mukosa. Mukosa yang
rusak tidak dapat mensekresi mukus yang cukup bertindak sebagai barier terhadap
asam klorida.
Sekresi
lambung terjadi pada 3 fase yang serupa :
1.
Sefalik
Fase pertama
ini dimulai dengan rangsangan seperti pandangan, bau atau rasa makanan yang
bekerja pada reseptor kortikal serebral yang pada gilirannya merangsang saraf
vagal. Intinya, makanan yang tidak menimbulkan nafsu makan menimbulkan sedikit
efek pada sekresi lambung. Inilah yang menyebabkan makanan sering secara
konvensional diberikan pada pasien dengan ulkus peptikum. Saat ini banyak ahli
gastroenterology menyetujui bahwa diet saring mempunyai efek signifikan pada
keasaman lambung atau penyembuhan ulkus. Namun, aktivitas vagal berlebihan
selama malam hari saat lambung kosong adalah iritan yang signifikan.
2.
Fase lambung
Pada fase
ini asam lambung dilepaskan sebagai akibat dari rangsangan kimiawi dan mekanis
terhadap reseptor dibanding lambung. Refleks vagal menyebabkan sekresi asam
sebagai respon terhadap distensi lambung oleh makanan.
3.
Fase usus
Makanan
dalam usus halus menyebabkan pelepasan hormon (dianggap menjadi gastrin) yang
pada waktunya akan merangsang sekresi asam lambung.
Pada
manusia, sekresi lambung adalah campuran mukokolisakarida dan mukoprotein yang
disekresikan secara kontinyu melalui kelenjar mukosa. Mucus ini mengabsorpsi
pepsin dan melindungi mukosa terhadap asam. Asam hidroklorida disekresikan
secara kontinyu, tetapi sekresi meningkat karena mekanisme neurogenik dan
hormonal yang dimulai dari rangsangan lambung dan usus. Bila asam hidroklorida
tidak dibuffer dan tidak dinetralisasi dan bila lapisan luar mukosa tidak
memberikan perlindungan asam hidroklorida bersama dengan pepsin akan merusak
lambung. Asam hidroklorida kontak hanya dengan sebagian kecil permukaan
lambung. Kemudian menyebar ke dalamnya dengan lambat. Mukosa yang tidak dapat
dimasuki disebut barier mukosa lambung. Barier ini adalah pertahanan untama
lambung terhadap pencernaan yang dilakukan oleh sekresi lambung itu sendiri.
Factor lain yang mempengaruhi pertahanan adalah suplai darah, keseimbangan asam
basa, integritas sel mukosa, dan regenerasi epitel. Oleh karena itu, seseorang
mungkin mengalami ulkus peptikum karena satu dari dua factor ini :
1)
Hipersekresi asam pepsin
2)
Kelemahan barier mukosa lambung
Apapun yang
menurunkan yang mukosa lambung atau yang merusak mukosa lambung adalah
ulserogenik, salisilat dan obat antiinflamasi non steroid lain, alcohol, dan
obat antiinflamasi masuk dalam kategori ini.
Sindrom
Zollinger-Ellison (gastrinoma) dicurigai bila pasien datang dengan ulkus
peptikum berat atau ulkus yang tidak sembuh dengan terapi medis standar.
Sindrom ini diidentifikasi melalui temuan berikut : hipersekresi getah lambung, ulkus duodenal, dan
gastrinoma(tumor sel istel) dalam pancreas. 90% tumor ditemukan dalam gastric
triangle yang mengenai kista dan duktus koledokus, bagian kedua dan tiga dari
duodenum, dan leher korpus pancreas. Kira-kira ⅓ dari gastrinoma adalah
ganas(maligna).
Diare dan stiatore(lemak yang tidak diserap dalam
feces)dapat ditemui. Pasien ini dapat mengalami adenoma paratiroid koeksisten atau hyperplasia, dan
karenanya dapat menunjukkan tanda hiperkalsemia. Keluhan pasien paling utama
adalah nyeri epigastrik. Ulkus stress adalah istilah yang diberikan pada
ulserasi mukosa akut dari duodenal atau area lambung yang terjadi setelah kejadian
penuh stress secara fisiologis. Kondisi stress seperti luka bakar, syok, sepsis
berat, dan trauma dengan organ multiple dapat menimbulkan ulkus stress.
Endoskopi fiberoptik dalam 24 jam setelah cedera menunjukkan erosi dangkal pada
lambung, setelah 72 jam, erosi lambung multiple terlihat. Bila kondisi stress
berlanjut ulkus meluas. Bila pasien sembuh, lesi sebaliknya. Pola ini khas pada
ulserasi stress.
Pendapat lain yang berbeda adalah penyebab lain dari
ulserasi mukosa. Biasanya ulserasi mukosa dengan syok ini menimbulkan penurunan
aliran darah mukosa lambung. Selain itu jumlah besar pepsin dilepaskan.
Kombinasi iskemia, asam dan pepsin menciptakan suasana ideal untuk menghasilkan
ulserasi. Ulkus stress harus dibedakan dari ulkus cushing dan ulkus curling, yaitu dua tipe lain
dari ulkus lambung. Ulkus cushing umum terjadi pada pasien dengan trauma otak.
Ulkus ini dapat terjadi pada esophagus, lambung, atau duodenum, dan biasanya
lebih dalam dan lebih penetrasi daripada ulkus stress. Ulkus curling sering
terlihat kira-kira 72 jam setelah luka bakar luas.
Klasifikasi
Klasifikasi ulkus
berdasarkan lokasi:
Ulkus
duodenal
|
Ulkus
Lambung
|
Insiden
Usia 30-60 tahun
Pria: wanita3:1
Terjadi lebih
sering daripada ulkus lambung
|
Insiden
Biasanya 50 tahun lebih
Pria:wanita 2:1
|
Tanda dan gejala
Hipersekresi asam
lambung
Dapat mengalami
penambahan berat badan
Nyeri terjadi 2-3
jam setelah makan; sering terbangun dari tidur antara jam 1 dan 2 pagi.
Makan makanan
menghilangkan nyeri
Muntah tidak umum
Hemoragi jarang
terjadi dibandingkan ulkus lambung tetapi bila ada milena lebih umum daripada
hematemesis.
Lebih mungkin
terjadi perforasi daripada ulkus lambung.
|
Tanda dan gejala
Normal sampai
hiposekresi asam lambung
Penurunan berat
badan dapat terjadi
Nyeri terjadi ½
sampai 1 jam setelah makan; jarang terbangun pada malam hari; dapat hilang
dengan muntah.
Makan makanan tidak
membantu dan kadang meningkatkan nyeri.
Muntah umum terjadi
Hemoragi lebih umum
terjadi daripada ulkus duodenal, hematemesis lebih umum terjadi daripada
melena.
|
Kemungkinan Malignansi
Jarang
|
Kemungkinan malignansi
Kadang-kadang
|
Faktor Risiko
Golongan darah O,
PPOM, gagal ginjal kronis, alkohol, merokok, sirosis, stress.
|
Faktor Risiko
Gastritis, alkohol,
merokok, NSAID, stres
|
E.
Penatalaksanaan
-
Farmakoterapi:
§ Antagonis reseptor histamin seperti simetidin (Tagamet), ranitidin
(Zantac), famotidin (Pepcid), Nizatidin (Axid).
§ Antasida seperti antasida magnesium hidroksida (Maalox atau
Mylanta), atau antasida aluminium hidroksida (Amphojel atau Alternangel).
§ Sukralfat (Carafate).
§ Antikolinergik seperti propantelin bromida (Pro-Banthinne).
-
Penurunan atau penghilangan
faktor ulserogenik, seperti merokok penghentian obat ulserogenik sementara
ulkus masih aktif.
-
Modifikasi diet.
-
Penatalaksanaan stres.
-
Pembedahan bila komplikasi
terjadi:
§ Gastrektomi subtotal (pengangkatan bagian lambung).
§ Vagotomi (memotong saraf vagus untuk mengurangi sekresi
asamhidroklorik) dengan piroloplasti (pembesaran bedah terhadap sphincter
pilorik untuk memungkinkan peningkatan pengosongan lambung pada adanya
penurunan motilitas gastrik, yang terjadi setelah vagotomi).
*MEDIS
a.
Pemberian cairan.
b.
Diatetik : pemberian makanan
dan minuman khusus pada penderita dengan tujuan penyembuhan dan menjaga
kesehatan adapun hal yang perlu diperhatikan :
1.
Memberikan asi.
2.
Memberikan bahan makanan yang
mengandung kalori, protein, vitamin, mineral dan makanan yang bersih.
c.
Obat-obatan.
Keterangan :
a. Pemberian cairan,pada klien Diare
dengasn memperhatikan derajat dehidrasinya dan keadaan umum.
1. cairan per oral.
Pada
klien dengan dehidrasi ringan dan sedang,cairan diberikan peroral berupa cairan
yang berisikan NaCl dan Na,Hco,Kal dan Glukosa,untuk Diare akut diatas umur 6
bulan dengan dehidrasi ringan,atau sedang kadar natrium 50-60 Meq/I dapat
dibuat sendiri (mengandung larutan garam dan gula ) atau air tajin yang diberi
gula dengan garam. Hal tersebut diatas adalah untuk pengobatan dirumah sebelum
dibawa kerumah sakit untuk mencegah dehidrasi lebih lanjut.
2. Cairan parenteral.
Mengenai seberapa banyak cairan yang harus diberikan
tergantung dari berat badan atau ringannya dehidrasi,yang diperhitungkan
kehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat badannya.
2.1.Dehidrasi ringan.
2.1.1. 1 jam
pertama 25 – 50 ml / Kg BB / hari
2.1.2. Kemudian
125 ml / Kg BB / oral
2.2. Dehidrasi sedang.
2.2.1. 1 jam
pertama 50 – 100 ml / Kg BB / oral
2.2.2. kemudian 125 ml / kg BB / hari.
2.2.2. kemudian 125 ml / kg BB / hari.
2.3. Dehidrasi berat.
2.3.1. Untuk anak umur 1 bulan – 2
tahun dengan berat badan 3 – 10 kg
•
1 jam pertama : 40 ml / kg BB / jam =
10 tetes / kg BB / menit (infus set 1 ml = 15 tetes atau 13 tetes / kg BB /
menit.
•
7 jam berikutnya 12 ml / kg BB / jam =
3 tetes / kg BB / menit ( infus set 1 ml = 20 tetes ).
•
16 jam berikutnya 125 ml / kg BB oralit
per oral bila anak mau minum,teruskan dengan 2A intra vena 2 tetes / kg BB /
menit atau 3 tetes / kg BB / menit.
2.3.2.
Untuk anak lebih dari 2 – 5 tahun
dengan berat badan 10 – 15 kg.
1 jam pertama 30 ml / kg BB / jam atau 8 tetes / kg BB / menit ( infus set 1 ml = 15 tetes ) atau 10 tetes / kg BB / menit ( 1 ml = 20 tetes ).
1 jam pertama 30 ml / kg BB / jam atau 8 tetes / kg BB / menit ( infus set 1 ml = 15 tetes ) atau 10 tetes / kg BB / menit ( 1 ml = 20 tetes ).
7 jam kemudian 127 ml / kg BB oralit per oral,bila anak
tidak mau minum
dapat diteruskan dengan 2A intra vena 2 tetes / kg BB / menit atau 3 tetes / kg
BB / menit.
2.3.3. Untuk anak lebih dari 5 – 10 tahun dengan berat badan 15 – 25 kg.
2.3.3. Untuk anak lebih dari 5 – 10 tahun dengan berat badan 15 – 25 kg.
1 jam pertama 20 ml / kg BB / jam atau 5 tetes / kg BB
/ menit ( infus set 1 ml = 20 tetes ).
16 jam berikutnya 105 ml / kg BB oralit
per oral.
2.4. Diatetik ( pemberian makanan ).
Terafi diatetik adalah pemberian makan dan minum khusus
kepada penderita dengan tujuan meringankan,menyembuhkan serta menjaga kesehatan
penderita.
Hal – hal yang perlu diperhatikan :
2.4.1.
Memberikan Asi.
2.4.2.
Memberikan bahan makanan yang
mengandung cukup kalori,protein,mineral dan vitamin,makanan harus bersih.
2.5.
Obat-obatan.
2.5.1. Obat
anti sekresi.
2.5.2. Obat anti spasmolitik.
2.5.3. Obat antibiotik.
2.5.2. Obat anti spasmolitik.
2.5.3. Obat antibiotik.
F.
Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
1.
Pemeriksaan fisik dapat menunjukkan
adanya nyeri, nyeri tekan epigastrik atau distensi abdominal.
2. Bising usus
mungkin tidak ada.
3. Pemeriksaan
dengan barium terhadap saluran GI atas dapat menunjukkan adanya ulkus, namun
endoskopi adalah prosedur diagnostic pilihan.
4. Endoskopi GI atas digunakan untuk
mengidentifikasi perubahan inflamasi, ulkus dan lesi. Melalui endoskopi mukosa
dapat secara langsung dilihat dan biopsy didapatkan.Endoskopi telah diketahui
dapat mendeteksi beberapa lesi yang tidak terlihat melalui pemeriksaan sinar X
karena ukuran atau lokasinya.
5. Feces dapat diambil setiap hari sampai laporan
laboratorium adalah negatif terhadap darah samar.
6. Pemeriksaan
sekretori lambung merupakan nilai yang menentukan dalam mendiagnosis
aklorhidria(tidak terdapat asam hdroklorida dalam getah lambung) dan sindrom
zollinger-ellison. Nyeri yang hilang dengan makanan atau antasida, dan tidak
adanya nyeri yang timbul juga mengidentifikasikan adanya ulkus.
7. Adanya H.
Pylory dapat ditentukan dengan biopsy dan histology melalui kultur, meskipun
hal ini merupakan tes laboratorium khusus. serta tes serologis terhadap
antibody pada antigen H. Pylori.
G.
H.Pertimbangan Pembedahan
1. Perfurasi.
2. Obstruksi organis
3. Perdarahan masif.
4. Ulkus yang besar sekali.
2. Obstruksi organis
3. Perdarahan masif.
4. Ulkus yang besar sekali.
H.
Pertimbangan Pemulangan
1. Perawatan lanjutan.
2. Tanda dan gejala yang dapat dilaporkan.
3. Obat-obatan untuk dilanjutkan di rumah.
2. Tanda dan gejala yang dapat dilaporkan.
3. Obat-obatan untuk dilanjutkan di rumah.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
ASUHAN KEPERAWATAN
I.
PENGKAJIAN
1.
Wawancara
a.
Identitas Klien
Nama : Tn.
A
Umur : 65
tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku : Bugis
Status perkawinan : Kawin
Pendidikan Terakhir : SMU
Pekerjaan : Purnawirawan
ABRI
Alamat : Jl.
Bunaken No. 40 A Makassar
Tanggal masuk RS : 12
Maret 2004
Golongan darah : O
Ruangan : Mawar IA
b.
Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn
.S
Umur : 30
tahun
Pekerjaan : Karyawan
Swasta
Pendidikan Terakhir : S1 (Ekomomi)
Hubungan dengan klien: anak kandung
Alamat : Jl.
Bunaken No. 40 A Makassar
2.
Riwayat Kesehatan Saat Ini
a.
Keluhan utama
Pasien merasa sakit/nyeri pada ulu
hati, merasa tidak enak dan kurang berselera terhadap makanan, perasaan selalu
kenyang dan kadang disertai dengan muntah.
b.
Alasan masuk rumah sakit
Sejak tadi sore pasien merasa tidak
enak, merasa mual dan nyeri yang dirasakan semakin lama semakin tidak dapat
ditahan dan semakin sering timbul sehingga pasien dan keluarganya memutuskan
untuk masuk rumah sakit.
c.
Riwayat penyakit
Pasien sudah mengalami nyeri pada
ulu hati sejak 2 tahun yang lalu dan pernah dirawat di rumah sakit Labuang Baji
pada tahun 2003.Keluhan yang paling sering dirasakan oleh pasien adalah nyeri
pada ulu hati. Hal ini dapat timbul secara terputus-putus, biasanya 2 sampai
dengan 3 jam setelah makan atau pada waktu lambung kosong dan meredah setelah
menelan obat atau makanan. Pasien juga mengatakan bahwa nyeri dapat berkurang
pada saat pasien beristirahat yang cukup atau rileks dan kontrol ke rumah sakit
kira-kira satu bulan terakhir pasien tidak lagi kontrol ke rumah sakit sebab
tidak ada lagi gejala yang timbul.Biasanya obat yang dikonsumsi adalah antasida
dan beberapa obat lainnya.
3.
Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Sejak kecil
klien tidak pernah mengalami penyakit akut maupun kronis, namun kadang-kadang
pasien tersebut kadang-kadang flu, demam dan batuk-batuk ringan.Klien tersebut
pernah dirawat dengan penyakit gastritis sebanyak 1 kali dan pernah juga
dirawat dengan Ulkus peptikum sebanyak dua kali di rumah sakit Labuang Baji.Selama
menderita penyakit tersebut, Tn.A rajin kontrol setiap bulannya ke rumah
sakit.Riwayat penyakit gastritis sudah dialami sejak berumur 45 tahun, namun
masih dapat ditahan sampai umur 50 tahun.Dan pada akhirnya klien tersebut
mengalami Ulkus peptikum.Klien tidak pernah dioperasi dan tidak mengalami
alergi terhadap makanan atau obat tertentu.
4.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien
mengatakan bahwa di dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit
tersebut (Ulkus peptikum).
5.
Riwayat Psikososial Keluarga
·
Pola koping
Klien dapat menerima keadaan
penyakitnya sebagai suatu yang wajar terjadi di usia tua.
·
Harapan klien tentang penyakitnya:
Klien berharap penyakitnya sembuh
dan tidak dapat kambuh lagi dan jangan sampai dirawat lagi di rumah sakit.
·
Faktor stressor
Merasa bosan dan diam terus di rumah
·
Konsep diri
Klien tidak merasa rendah diri
karena penyakitnya dianggap wajar terjadi pada usia tua.
·
Pengetahuan klien
Tentang penyakitnya: klien
mengatakan bahwa penyakitnya merupakan hal yang biasa terjadi pada usia tua.
·
Hubungan dengan anggota keluarganya
Baik, anak-anak klien sering
berkunjung ke rumah klien.
·
Hubungan dengan masyarakat
Klien di lingkungannya bergabung
dengan masyarakat lainnya.
·
Aktivitas sosial
Klien mau mengikuti kegiatan sosial
di masyarakat sesuai dengan kemampuannya
·
Kegiatan keagamaan
Klien rajin shalat dan mengikuti
pengajian
·
Keyakinan tentang kesehatan
Klien mengatakan bahwa menjaga
kesehatan itu merupakan hal yang paling penting.
6.
Kebutuhan Dasar
·
Pola makan
Sebelum sakit klien makan 3 x sehari
dengan porsi tiap kali makan 1 piring berupa nasi, sayur, kadang-kadang ada
buah.Makanan yang spesifik tidak ada dan selera makan biasa.Setelah masuk RS
klien diberi makan 3 x/hari, selera makan terganggu.
·
Pola minum
Sebelum masuk RS pasien dapat minum
8 – 9 gelas/hari dibarengi dengan minuman kesukaan klien (kopi) setiap pagi.
·
Pola eliminasi BAK
Klien buang air kecil lancar dengan
frekuensi 4 – 5 x/hari, tidak ada kelainan saat klien miksi dan tidak ada
keluhan lain.
·
Pola eliminasi BAB
Klien buang air besar 1 x/hari
dengan konsistensi lunak, kadang-kadang encer dan berwarna kuning.
·
Pola tidur
Sebelum masuk RS klien tidur malam
sekitar jam 6 – 8 jam, klien juga mengatakan tidur siang pada pukul 13.00 –
14.00. Setelah masuk RS istirahat sedikit terganggu karena adanya nyeri dan
suasana RS tetapi tidak terlalu mengganggu terhadap penyakitnya.
·
Aktivitas sehari-hari
Klien mengatakan bahwa ia tidak
bekerja/sudah pension, tetapi kadang-kadang melakukan aktivitas sehari-hari di
rumah dengan membersihkan halaman rumah.
7.
Pemeriksaan Fisik
·
Keadaan umum
Kelemahan diakibatkan oleh adanya
nyeri ulu hati sebelum masuk RS BB klien 56 kg dan setelah di rawat BB 54 kg.
Klien tidak merasa tidak betah di RS bila tidak ada aktivitas dan vital sign
TD: 130/90 mmHg, HR 100 x/menit, RR 24 x/menit, temperaturnya/suhu: 37 ºC.
·
Kulit
Kulit sudah mulai keriput, kering,
tidak ada lagi atau benjolan, sianosis (-) dan edema (-).
·
Kepala
Simetris tegak lurus dengan garis
tengah tubuh, tidak ada luka, rambut beruban.
·
Mata
Ikterus (-), refleks cahaya (+),
tanda anemis (-)
·
Hidung
Bentuk simetris, fungsi penciuman
baik, polip (-) tidak ditemukan darah/cairan keluar dari hidung.
·
Mulut dan tenggorokan
Bibir agak kering, sianosis (-),
fungsi pengecapan baik, tonsil tidak infeksi, jumlah gigi sudah tidak lengkap.
·
Leher
Tidak ada pembengkakan kelenjar
tiroid, leher dapat digerakkan dengan bebas.
·
Dada
Bentuk dan gerakan dada tetap
baik/simetris.
·
Sistem pernafasan
Tidak ada sesak, pernafasan teratur
dengan frekuensi 26 x/menit, suara pernafasan normal pada auskultasi.
·
Sistem kardiovaskuler
Tekanan darah selama ini teratur,
frekuensi jantung normal tidak ad tanda-tanda kelainan.
·
Sistem gastrointestinal
-
Inspeksi: bentuk abdomen datar,
umbilicus tidak menonjol, tidak ada benjolan.
-
Auskultasi: peristaltic usus
meningkat, bunyi peristaltic bising usus.
-
Palpasi: tidak dijumpai adanya
massa, nyeri area epigastik, hepar dan lien tidak teraba.
-
Perkusi; suara timpani.
·
Sistem musculoskeletal
Nyeri sendi kadang-kadang dialami
klien bila cuaca terlalu dingin, kelemahan otot (+), kekakuan otot dan sendi
(-), tonus otot sedang, atropi otot (-), edema (-).
·
Sistem neurologi
Kesadaran komfos mentis, kehilangan
memori (-), komunikasi lancar dan jelas, orientasi terhadap orang baik.
·
Sistem endokrin
Belum pernah dideteksi adanya
penyakit akibat gangguan sistem endokrin.
8.
Pemeriksaan Penunjang
Penonjolan
besar berbentuk nodular pada kurvatura minor lambung melalui pemeriksaan
radiogram dengan barium.
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Klasifikasi Data
Data Subjektif:
-
Nyeri pada ulu hati
-
Lemah
-
Selera makan menurun
Data
Objektif:
-
Gelisah
-
Meringis
-
Nadi 100 x/menit
-
RR 24 x/menit
-
BB menurun 2 kg dari 56 kg menjadi
54 kg
-
Mual/muntah
-
Porsi makanan tidak dihabiskan
-
Penonjolan pada kurvatura minor
-
Turgor kulit buruk
-
Skala nyeri 7 – 10 (berat)
-
TD 120/90 mmHg
2.
Analisa Data
Data
|
Penyebab/Etiologi
|
Masalah
|
DS:
- Lemah
- Nyeri ulu hati
DO:
- Gelisah
- Meringis
- Nadi 100 x/menit
- RR 24 x/menit
- Skala nyeri 7
|
Ulkus peptikum
Kerusakan sekat penghalang/sawar
mukosa
Kontinuitas mukosa lambung
terputus dan meluas sampai di epitel
erosi
Stimulus zat-zat perangsang
(alkohol, kafein, aspirin, dsb)
Merangsang ujung saraf nyeri
|
Gangguan rasa nyaman, nyeri
|
DS:
- Nafsu makan menurun
DO:
- BB menurun 2 kg dari 56 kg
menjadi 54 kg
- Mual/muntah
- Turgor kulit buruk
- Porsi makanan tidak
dihabiskan
|
Ulkus peptikum
Peningkatan sekresi lambung
Mempengaruhi kerja N. vagus
Terjadi peningkatan HCl (asam
lambung)
Mual/muntah
Penurunan nafsu makan
|
Nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh
|
DS:
- Nyeri ulu hati
- Lemah
DO:
- Penonjolan pada kurvatura
minor
- Skala nyeri 9
- Gelisah
|
Zat perangsang (alkohol, kafein,
aspirin, dsb)
Restriksi mukosa lambung
Ulkus peptikum
Kerusakan jaringan
Mukosa kapiler rusak
|
Potensial perdarahan
|
3.
Diagnosa Berdasarkan Prioritas
1)
Gangguan rasa nyaman, nyeri
berhubungan dengan kerusakan kontinuitas mukosa lambung yang ditandai dengan:
-
Nyeri ulu hati
-
Lemah
-
Gelisah
-
Meringis
-
Nadi 100 x/menit
-
RR 24 x/menit
-
Skala nyeri 7
2)
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan kurangnya intake oral ditandai dengan:
-
Nafsu makan kurang
-
Mual
-
Muntah
-
BB menurun 2 kg dari 56 kg menjadi
54 kg
-
Turgor kulit buruk
-
Porsi makanan tidak dihabiskan
3)
Potensial perdarahan berhubungan
dengan kerusakan mukosa kapiler lambung ditandai dengan:
-
Nyeri ulu hati
-
Lemah
-
Penonjolan pada kurvatura minor
-
Gelisah
-
Skala nyeri 9
III. TUJUAN
1.
Gangguan rasa nyaman, nyeri
berhubungan dengan kerusakan kontinuitas mukosa lambung.
Tujuan yang
diharapkan:
Nyeri
berkurang/hilang dengan kriteria:
-
Merasa rileks
-
Mampu tidur/istirahat dengan tenang
-
Nadi 80 x/menit
-
RR 20 x/menit
2.
Nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan intake yang kurang.
Tujuan yang
diharapkan.
Kebutuhan
nutrisi terpenuhi dengan kriteria:
-
Intake nutrisi yang adekuat
-
Selera makan meningkat
-
BB meningkat
3.
Potensial perdarahan berhubungan
dengan kerusakan mukosa kapiler.
Tujuan yang
diharapkan
Mencegah
perdarahan dengan kriteria:
-
Klien merasa nyaman/tenang
-
Tidak menunjukkan adanya tanda-tanda
perdarahan
·
Hematonesis
·
Pucat
·
Kulit dingin
·
Pusing
·
Sianotik
IV. INTERVENSI KEPERAWATAN
1.
Gangguan rasa nyaman, nyeri
berhubungan dengan kerusakan kontinuitas mukosa lambung.
Tindakan/Intervensi
|
Rasional
|
Mandiri:
Kaji tingkat nyeri, lokasi lamanya
dan karakteristik nyeri serta faktor yang dapat memperburuk atau meredakan.
|
Nyeri merupakan pengalaman
subjektif dan harus dijelaskan oleh pasien. Identifikasi karakteristik nyeri
dan faktor yang berhubungan merupakan hal yang penting untuk memilih
intervensi yang cocok dan untuk mengevaluasi keefektifan terapi yang diberikan.
|
Beri dorongan untuk melakukan
aktivitas yang meningkatkan istirahat dan relaksasi
|
Relaksasi otot menurunkan
peristaltic dan menurunkan nyeri gastritis.
|
Anjurkan klien untuk makan dengan
teratur
|
Makanan yang mencukupi jumlah
partikel dalam lambung membantu menetralisir keasaman sekresi lambung
|
Dorong klien untuk menghindari
merokok dan menurunkan masukan minuman yang mengandung alkohol ataupun
kafein, dan makan yang mengandung gas.
|
Alkohol pada lambung yang kosong
akan mengikis lapisan mukosa. Merokok menurunkan sekresi bikarbonat pankreas
yang meningkatkan keasaman sedangkan mencerna kafein dapat merangsang sekresi
asam lambung.
|
Masase daerah yang nyeri jika
pasien dapat mentoleransi sentuhan
|
Masase dapat meningkatkan
relaksasi otot, memfokuskan perhatian dan meningkatkan kemampuan koping.
|
Kompres hangat pada daerah nyeri
|
Meningkatkan sirkulasi otot dan
meningkatkan relaksasi otot
|
Tindakan kolaboratif
Berikan obat sesuai indikasi
·
Analgesik
·
Aseraminofen
·
Antasida
|
·
Menghilangkan nyeri dan menurunkan
aktivitas peristaltic
·
Meningkatkan kenyamanan dan
istirahat
·
Menurunkan keasaman lambung
|
Berikan dan lakukan perubahan diit
|
Berguna untuk membuat program diet
untuk memenuhi kebutuhan individu
|
2.
Nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan kurangnya intake oral.
Tindakan/Intervensi
|
Rasional
|
||
Mandiri:
Berikan makan sedikit tapi sering
|
Makan terlalu banyak mengakibatkan
rangsangan berlebihan dan berulangnya gejala.
|
||
Diskusikan yang disukai klien dan
masukkan dalam diet murni
|
Dapat meningkatkan masukan,
meningkatkan rasa berpartisipasi.
|
||
Bantu pasien dalam pemilihan
makanan/cairan yang memenuhi kebutuhan nutrisi dan pembatasan bila diet
dimulai
|
Kebiasaan diet sebelumnya mungkin
tidak memuaskan pada pemenuhan kebutuhan saat ini untuk regenerasi jaringan
dan penyembuhan
|
||
Timbang berat badan setiap hari
sesuai dengan indikasi
|
Mengkaji pemasukan yang adekuat
|
||
Anjurkan makan pada posisi duduk
tegak
|
menurunkan rangsangan penuh pada
abdomen dan dapat meningkatkan pemasukan
|
||
Tindakan
kolaboratif
Berikan diet
sesuai kebutuhan
Makanan
lunak
|
Berguna
untuk membuat program diet untuk memenuhi kebutuhan individu.
|
||
Berikan
obat sesuai indikasi antiemetik
|
Untuk
menekan timbulnya rangsangan yang dapat menghambat intake oral.
|
||
3.
Potensial perdarahan berhubungan dengan
kerusakan mukosa kapiler.
Tindakan/Intervensi
|
Rasional
|
Mandiri:
Pantau terhadap darah samar pada
aspirat lambung dan feses.
|
Pengkajian yang sering dan cermat
terhadap status klien dapat membantu mendiagnosa perdarahan sebelum status
klien terganggu lebih parah
|
Pantau pH lambung setiap 4 jam
|
Dengan mempertahankan pH lambung
di bawah 5 telah menurunkan perdarahan
|
Pantau tanda dan gejala hemorogi
|
Hemorogi adalah komplikasi paling
umum dari penyakit Ulkus peptikum. Tanda dan gejala hemorogi dapat tersembunyi
atau timbul secara bertahap dan cukup jelas dan massif.
|
Tindakan kolaboratif
Berikan obat sesuai indikasi
|
Pemberian obat yang sesuai dapat
mengurangi adanya perdarahan
|
Berikan diet sesuai kebutuhan
|
Pemberian diit yang sesuai dapat
mencegah adanya kerusakan mukosa lambung yang dapat merangsang terjadinya
perdarahan.
|
EVALUASI.
1.
Volume cairan dan elektrolit kembali
normal sesuai kebutuhan.
2.
Kebutuhan nutrisi terpenuhi sesuai
kebutuhan tubuh.
3.
Integritas kulit kembali noprmal.
4.
Rasa nyaman terpenuhi.
5.
Pengetahuan kelurga meningkat.
6.
Cemas pada klien teratasi.
BAB IV
PENUTUP
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1.
Ulkus peptikum mengacu pada rusaknya
lapisan mukosa dibagian mana saja di saluran gastro intestinal, tetapi biasanya
di lambung atau duodenum.
2.
Gejala yang sering muncul pada ulkus
peptikum yaitu nyeri, muntah, konstipasi dan perdarahan.
B. SARAN
1.
Untuk mencapai asuhan keparawatan
dalam merawat klien, pendekatan dalam proses keperawatan harus dilaksanakan
sedacara sistematis.
2.
Pelayanan keperawatan hendaknya dilaksanakan
sesuai dengan prosedur tetap dan tetap memperhatikan dan menjaga privacy klien.
3.
Perawat hendaknya selalu menjalin
hubungan kerjasama yang baik/ kolaborasi baik kepada teman sejawat, dokter atau
para medis lainnya dalam hal pelaksanaan Asuhan Keperawatan maupun dalam hal
pengobatan kepada klien agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai.
DAFTAR PUSTAKA
A,
Price, Silvya. Patofisiologi.Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 2.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. 1991: Jakarta.
Engram
Barbara.Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Volume 1. Penerbit Buku
Penerbit Kedokteran. 1994: Jakarta
Soeparman.
Dkk. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai Penerbit FKUI. 1990: Jakarta
0 komentar:
Posting Komentar