Jumat, 20 Juli 2012

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN KARDIOMIOPATI


ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
DENGAN KARDIOMIOPATI


1.      KONSEP DASAR MEDIS
            Pengertian
-          Kardiomiopati adalah penyakit yang mengenai miokardium dan disertai gangguan fungsi ventrikel (WITO)
-          Kardiomiopati adalah semua bentuk hipertropik miokard yang bukan disebabkan oleh hipertropi atrium, sklerosis, penyakit kasub atau penyakit bawaan.

            Klasifikasi
Kardiomiopati Dilatatif
yaitu suatu penyakit miokard yang ditanrai dengan
dilatasi semua rongga jantung, disertai dengan  penurunan fungsi ventrikel, baik kanan maupun kiri.
2.      Kardiomiopati Hipertrofik.
Yaitu suatu penyakit jantung ang ditandai dengan penebalan ventrikel kiri dimana  penebalan septum intraventrikuler lebih menyolok.
3.      Kardiomiopati Restriktif
Yaitu adanya gangguan pada fungsi diastolik, dinding sangat kaku dan mengalami pengisian ventrikel.

1.3.      Etiologi
1.      Kardiomiopati dilatatif
Tidak diketahui secara pasti tetapi kemungkinan adanya hubungan dengan pemakaian alkohol berlebih, araviditas paerperium hipertensi sistemik, infeksi virus, kelainan auto imun dan pengaruh bahan  kimia.
2.      Kardiomiopati hipertropik
Karena faktor genetik, rangsangan karekolamin, kelainan pembuluh yang menyebabkan iskemia miokard, kelainan atroventikuler dan kelainan kolagen.


3.      Kardiomiopati restriktif
Sering ditemukan pada amilodosis, hemokomatil, deposisi glikogen fibrosis endomiokardinal, ensinofelia dan lain-lain.

1.4.      Patofisiologi
KARDIOMIOPATI

KONGESTI

HIDERTROPIK


RESTRIKTIF
Dilatasi ruangan
Jantung

Rangsangan Katekolamin



Dinding Ventrikel Kaku
Pompa Sistolik Kurang
Kelainan pen. Darah koroner


Pengsian Ventrikel
Bertambah

Volume Akhir Sistol dan Diastole meningkat

Islemia Miocard



Fibroma
Dinding Ventrikel
Bertambah
Kelainan induksi atrio
Ventrikuler


Infiltrasi Otot Jantung
Tekanan pengisian
Ventrikel meningkat

Kelainan Kolagen

Fungsi Diastole terge
Kegagalan fungsi
jantung
Kaku Katup Mitral
 


Tek Atrium Meningkat

Stenosis dan Reguraitasi
Katub Mitral

Tek Ven Ruimonal
Meningkat



Odem Paru

STROKE VOLUME
MENURUN

Sesak
CROMAC OUTPUT
MENURUN
Gangguan Pertukaran
Gas
Otak
Ginjal

Ekstremitas

Hipoksia
GFR menurun


 


Metabolisme
An Aerob

Disomentasi
Kesadaran
Ougrouri
Asam Laktat Me



Cepat Lelah




Intoleran Aktivitas









1.5.      Gejala Klinis
1.      Kardiomiopati dilatatif
Ditanoni dengan keluhan dan tanda-tanda ginjal jantung kongestif terutama yang kiri, lelah dan lemas dan dapat disertai tanda-tanda emboli sistemik dan paru.
2.      Kardiomiopati hipertropik
Ditandai dengan gejala yang mirip dengan stenosis Aorta gejala klinik yang lain adalah aritmia.
3.      Kardiomiopati restriktif
Didapatkan gejala dan tanda-tanda dari gagal jantung kongestif terutama gagal jantung kanan serta adanya ofitmia.

1.6.      Pemeriksaan
JENIS KARDIOMIOPATI
FOTO DAJA
EKG
EKOLARDIOMATI
KARDIOMIOPATI
DILATATIF
KARDIOMEGALI
EDEMA PARU
LVH
DILATASI RONGGA-RONGGA JANTUNG
KARDIOMIOPATI
HIPERTROPIK
NORMAL
LVH
PENEBALAN, TERUTAMA PADA IVS
KARDIOMIOPATI
RESTRIKTIF
NORMAL
NON SPESIFIK
DILATASI PADA ATRIUM PENEBALAN ENDOKARO

LVH : Leh Ventikuler Hipertropy
IVS  : Interventrikuler Septum

1.7.      Penyulit
-          Sinkope
-          Gagal jantung
-          Aritmia
-          Trobosis


1.8.      Penatalaksanaan
1.      Kardiomiopati Dilamit
Tidak ada pengobatan spesifik, obat vasodilator bila ditemukan tanda gagal jantung, pengobatan simptomatik seperti anti koagulan dan anti Aritmia.
2.      Kardiomiopati hipertropik
-          Pengobatan dengan penghambat beta adrenergik, yang efek samping mengurangi peninggian obstruktif jalan pengosongan ventrikel kiri, juga untuk mencegah gangguan irama jantung yang sering menyebabkan kematian mendadak.
-          Operasi miomektomi juga dilakukan pada keadaan tertentu.
3.      Kardiomiopati Restriktif
Pengobatan pada umumnya sukar diberikan karena tidak efisien untuk diobati, obat anti aritmia dapat diberikan bila ada gangguan irama jantung.
Pemasangan alat padu jantung untuk gangguan konduksi yang berat dapat diberikan.




















2.            KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
2.1        Pengkajian
1.      Biodata
Sering timbul pada anak-anak dan dewasa muda pada waktu atau setelah latihan fisik.
2.      Keluhan utama
Sesak nafas, pusing,  berdebar-debar, mudah lelah.
3.      RPS
Sesak saat kerja, lemah, eutopnea, proksimal nokturnal, edema perifer, palpitasi  berlangsung secara perlahan.
4.      RPD
-          Hipertensi
-          Intark Miokard dengan episode GJK sebelumnya
-          Penyakit katup
-          Bedah jantung
-          Endukarditis
-          Sistemik lupus eritematosur (SLE)
-          Syok septik

5.      RPK
Kemungkinan ada penyakit jantung bawaan
6.      Pemeriksaan fisik
- TTV
TD    :  Mungkin rendah
Nadi :  Nadi Perifer berkurang, perubahan dalam kekuatan denyutan dapat terjadi.
S       :  Normal, kadang-kadang meningkat
RR    :  Tekipnea, Nafas dangkal, dispreu
-          Leher
Terdapat pembesar vena jugularis
-          Dara
I        : Warna kulit pucat/sianosis
P       : Nyeri tekan pada daerah jantung
P       : suara pekak, terjadi pembesaran jantung
A      : bunyi jantung S3 (Gallop) adalah diagnostik, S1 dan S2 mungkin melemah.
-          Ekstremitas
Kemungkinan sianosis
7.      Pemeriksaan penunjang
-          Foto thorax
Menunjukkan pembesaran ventrikel kiri, pembesaran pangkal aorta dan perkapuran katup tidak terlihat.
-          EKCI
Hipertropi ventrikuler, kenaikan segmen ST/T persisten 6 minggu atau lebih setelah intark miokard menunjukkan adanya ansukisme ventrikuler.
-          AGD
Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkalosis respimitorik ringan atau hipoksemia dengan peningkatan PCO2.
-          Kreatinin
Kenaikan kreatinin indikasi gagal sinyal
-          Albumin
Mungkin menurun akibat penurunan protein atau sintesis protein dalam hepar yang mengalami kongesti.
8.      Diagnosa keperawatan
1.      Penurunan CO b/d perubahan kontraksi miokrad/perubahan inotropik. Perubahan irama dan kontraksi jantung serta perubahan struktural (hambatan katub) ditandai dengan:
-          Curah jantung meningkat
-          Perubahan tekanan darah
-          Siam jatung tambahan (S3, S4) disritmia dan perubahan ECG
-          Penurunan pengeluaran urine
-          Melemahnya nadi perifer
2.      – Dingin, kulit lembab
-          Orthopnea
-          Nyeri dada
3.      Intoleransi aktinatas b/d keseimbangan suplai O2 kelemahan umum, bedrest yang lama ditandai dengan :
-          Kelemahan
-          Perubahan TTV
-          Disritmia
-          Dispnoe
-          Pucat dan diaforesis
4.      Perubahan atau peningkatan cairan berhubungan dengan penurunan filtrasi gromezulus (penurunan CO), peningkatan produksi ADIT dan retensi sodium ditandai dengan:
-          Orthopnea
-          S3 (Gallop)
-          Oligouria
-          Odema
-          Ristensi Vena Jugulans
-          Reflek Hepatojugularis Positif
-          Peningkatan BB
-          Hambatan, respirasi
-          Suara nafas abnormal

9.      Intervensi
1.      Dx I
1)      Auskultasi nadi, apikal, kaji cairan jantung dan irama jantung.
R/  Tacicardi biasanya ada karena sebagai kompensasi penurunan ventrikel kiri.
2)      Catat suam nafas tambahan
R/  Suara nafas tambahan merupakan gambaran dari sianosis dan stenosis katup.
3)      Palpasi Nadi Renfer
R/  Penurunan Cardia output mungkin digambarkan dengan  melemahnya nadi radial, popliteal, dorsalis redis, dan post tibia
4)      Monitor TD
R/  Tekanan daerah dapat meningkat CHF, tubuh tidak dapat berkompensasi dan hipersensi intreversibel dapat terjadi.
5)      Inspeksi  adanya sianosis dan diatoresis
R/  Indikasi dari melemahnya perfusi perifer sekunder terhadap penurunan tidak adequatnya vaso kunstraksi curah jantung dan anemia dapat berkembang.
6)      Monitor pengeluaran urine
R/  Respon ginjal dapat menemukan cardiac output dan menahan air dan sodium
7)      Istirahat ½ berbaring.
R/     Fisik yang istirahat meningkatkan  efisiensi kontraksi jantung dan menurunkan kebutuhan O2
8)      Kolaborasi pemberian O2 dengan masker
R/     Meningkatkan  persediaan O2 dan miokard untuk mengatasi efek hipoksia.

2.      Dx II
Intervensi :
1)      Ukur TTV sebelum dan sesudah aktivitasi
R/  Hipertensi ortostatik dapat terjadi dalam aktivitas disebabkan oleh penyebab (vasodilatar) diuretis.


2)      Catat tachicardi, disritmia, dispnea, diaforesis dan pucat.
R/  Kemampuan miokard untuk mengungkapkan stroke volume secara aktivitas dapat menyebabkan peningkatan cairan jantung yang tiba-tiba dan kabutuhan O2 menyebabkan kelemahan dan kelelahan.
3)      Evaluasi Intokrain Aktivitas
R/  Mungkin menunjukkan ke kebala pompo jantung
4)      Beri bantuan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari
R/  Menghambat kerja jantung yang terlalu berat dan mengurangi kebutuhan O2

3.      Dx III
Intervensi :
1)      Monitor Haluaran urine
R/  Pengeluaran urine yang sering dan pekat dikarenakan  penurunan perfusi ginjal.
2)      Monitor keseimbangan intake dan output selama 24 jam.
R/  Hasil dari terapi diuretik dalam hilangnya cairan tiba-tiba (hipovolume).
3)      Atur posisi semi fowler 
R/  Peningkatan filtrasi glomerolis dan penurunan produksi ADH tiap hari.
4)      Timbang-timbang BB tiap hari
R/  Terapi diurotik akan menurunkan BB.
5)      Monitor tekanan darah dan CVP
R/  Hipertensi dan peningkatan CVP akan mengarah pada hilangnya volume cairan dan menyebabkan kongesti pulmonal dan gagal jantung.
10.  Evaluasi
1.      Dx I
-          Menunjukkan TTV normal
-          Tidakaon dishtmia
-          Individu bebas dari gejala gagal jantung
-          Menurunkan penurnan dispneu dan Angina
-          Partisipasi dalam aktivitas
2.      Dx II
-          Menentukan partisipasi dalam aktivitas memenuhi kebutuhan sehari-hari.
-          Nemukan lelah dan kelemahan
-          TTV dalam batas normal setelah aktivitas
3.      Dx III
-          Menunjukkan keseimbangan cairan yang stabil dengan seimbangnya intake out put.
-          Suara nafas vasibuler
-          TTV normal
-          Tidak ada oven, BB stabil.


DAFTAR PUSTAKA

Rachmat muin A. Dr. Dkk (1996), ILMU PENYAKIT DALAM FKUI, Jakarta.
Pedoman Diagnostik dan Terapi LAB/UPF (1994) Ilmu Penyakit Jantung, FK Unair, Surabya.
Dongoes E. Marylin. (1998). Nursing Care Plan Edisi II.
Boewono Soesetyo Budi. (2003). Ilmu Penyakit Jantung FK Unair Surabaya.


































LAPORAN PENDAHULUAN
KLIEN DENGAN KASUS KARDIOMIOPATI












Di Susun oleh :
CHICHIK RETNO PUTRI






AKADEMI KEPERAWATAN
PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN

0 komentar:

Posting Komentar