Kamis, 11 Oktober 2012

STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN BPH ( BENIGNA PROSTAT HYPERTHROPI )


STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN
PASIEN DENGAN  BPH  ( BENIGNA PROSTAT HYPERTHROPI )


A.   PENGERTIAN


Benigna prostat hypertropi adalah pertumbuhan kelenjar fibroadenomatosa majemuk dalam prostat ( Price, 1992 : ).

 Proses terjadinya pembesaran kelenjar prostat ini secara progresif. Angka kejadian BPH sekitar 50% dialami oleh pria yang berusia lebih dari 50 tahun.


B.   ETIOLOGI


Sebab dari BPH tidak diketahui. Tetapi ada teori yang menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia akan terjadi perubahan keseimbangan testoteron  estrogen, karena produksi testosteron menurun dan konversi testosteron menjadi estrogen pada jaringan adiposa di perifer.


C.   PATOFISIOLOGI


Rangsangan estrogen                      pertumbuhan otot                      Akumulasi
Dan pertumbuhan                            polos yang ber-                         Dyhydroxy
Hormon lokal                                  lebihan dari jaringan                   testosteron
                                                      Ikat berlebihan karena                berlebihan
                                                      Perubahan



 



                                                  Pembesaran  kelenjar prostat


 
      Obstruksi leher kandung kemih                                Hiperiritable bladder
      Dan uretra pars prostat                                                       
     
Berkurangnya aliran air kemih dari                            Rangsangan pada 
      Kandung kemih                                                       kandung kemih
 

      Retensi Urin                                                            Kandung kemih sering
                                                                                    berkontraksi

         Statis urin                                                                        Frekuensi
                                                                                    Urgensi

          ISK                                                                           Kandung Dekompensasi
                                                                                               
            `                                                                                   Retensi urin
Tekanan intravesika Meningkat
 

      Inkontinensia paradoks

Retensi urin

Hydroureter                   Hydronefrosis

Gagal Ginjal


D.   ASUHAN KEPERAWATAN

Non surgical

1.    Pengkajian

Ø  Eliminasi
Gejala                   : Penurunan kekuatan/dorongan aliaran urin ; tetesan,
                                Ragu-ragu berkemih, nokturia, disuria, hematuria.
Tanda                   : Massa padat dibawah abdomen bawah ( Distensi           
                                Kandung kemih, nyeri tekan kandung kemih ).

Ø  Nyeri/ kenyamanan

Gejala                   : Nyeri suprapubis, panggul,punggung bawah

Ø  Sirkulasi              : Peninggian tekanan darah

Ø  Psikososial          : Ekspresi takut akibat inkontinensia, gangguan
                                      Seksualitas.
                         

Ø  Pemeriksaan Diagnostik

Urinalisa              : Warna kuning,coklat gelap,merah gelap atau terang

                          ( berdarah ),PH 7 atau lebih.

Kultur urin           :Ada staphylococcus Aureus,E.Colly,Proteus,

                                                 Pseudomonas.

BUN/Kreatinin    : Meningkat pada gangguan ginjal

SDP                      : Lebih dari 11.000

     Ultrasonografi transrektal dan suprapubic untuk mengetahui ukuran prostat.


2.    Diagnosa keperawatan
Ø  Retensi Urin ( Akut/kronik ) b.d. obstruksi mekanik; pembesaran prostat ; dekompensasi otot detrusor ; ketidakmampuan kandung kemih untuk berkontraksi dengan adekuat.

Data pendukung :
·         Frekuensi,keragu-raguan, ketidakmampuan mengosongkan kandung kemih dengan lengkap, inkontinensia/menetes.
·         Distensi kandung kemih,residu urin lebih dari 50 cc.

Hasil yang diharapkan :
Pasien menunjukan :
·         Peningkatan pola BAK
·         Tidak teraba  distensi abdomen
·         Menunjukan residu setelah berkemih kurang dari 50 ml, tidak adanya tetesan/kelebihan aliran.

Intervensi/tindakan:
1)    Dorong pasien untuk berkemih tiap 2 – 4 jam atau bila pasien tiba-tiba merasa untuk berkemih.
R/ Meminimalkan terjadinya retensi urin yang berlebihan pada     kandung kemih.
2)    Awasi dan catat waktu, jumlah setiap berkemih, perhatikan penurunan haluaran urin.
R/ Untuk mengetahui kemampuan ginjal untuk berfungsi secara normal
3)    Palpasi area supra pubik.
R/ Retensi urin dapat diketahui dengan palpasi daerah suprapubik, yaitu teraba  adanya masa pada daerah abdomen bawah.
4)    Anjurkan pasien untuk mengintake cairan  3000 ml/hari ( 10 – 15 gelas perhari.
R/ Peningkatan intake cairan dapat mempertahankan perfusi keginjal dan kandung kemih dari pertumbuh bakter
5)    Observasi tanda-tanda vital setiap jam.Awasi terjadinya hipertensi, edema perifer, perubahan mental.Timbang berat badan setiap hari,ukur intake dan output cairan  setiap hari.
R/ Kehilangan fungsi ginjal menyebabkan penurunan eliminasi cairan dan akumulasi sisa toksik ; dapat berlanjut pada terjadinya gagal ginjal total.
6)    Lakukan kompres hangat atau rendam duduk.
R/ Untuk meningkatkan relaksasi otot, menurunkan edema dan merangsang untuk berkemih.
7)    Tindakan kateterisasi  menggunakan Kateter coude
   R/ Mengurangi dan mencegah retensi urin. Kateter Coude diperlukan karena ujungnya lengkung  sehingga memudahkan masuknya selang melalui uretra prostat.  
8)      Kolaborasi pemberian antispasmodik  misalnya oksibutinin klorida (Ditropan ).        
R/ Menghilangkan spasme kandung kemih sehubungan dengan iritasi kateter.
9)    Memberiakan antibiotik
R/ Untuk melawan infeksi.
10)    Siapkan untuk drainase urin, misalnya sistostomy.
R/ untuk mengalirkan urin selama episode akut dengan azotemia.
11)    Lakukan hipertermi transuretral ( pemanasan bagian sentral prostat dengan memasukan elemen pemanas melalui uretra)
R/ Mengecilkan prostat ( 1 - 2 kali/ minggu )

Ø  Nyeri Akut b. d. irirtasi mukosa ; distensi kandung, kolik ginjal; infeksi urinaria; terapi radiasi.
Data Pendukung :
Keluhan nyeri,penyempitan  ureter;  perubahan tonus otot, meringis, gelisah, respon otonomik.
 Kriteria evaluasi / hasil yang diharapkan :
Pasien akan :
·         Memberitahukan nyeri hilang/ terkontrol
·         Tampak rileks
·         Istirahat dengan tenang.
1.    Kaji dan catat  kualitas, lokasi dan durasi nyeri. Gunakan skala nyeri (0-10) 0 (tidak ada nyeri) 10 (nyeri yang paling hebat).
2.    Jelaskan penyebab rasa sakit dan cara menguranginya
3.    Kolaborasi terapi dengan pemberian Analgesik sesuai program.
4.    Ajarkan teknik mengatasi rasa nyeri : napas dalam untuk menurunkan stress dan membantu rilaks otot yang tegang
5.    Kompres es pada daerah yang sakit untuk mengurangi nyeri
6.    Ciptakan lingkungan yang tenang

Ø  Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b.d. pasca obstruksi diuresis  dari drainase  cepat kandung kemih yang terlalu distensi secara kronis ; Endokrin,  ketidakseimbangan elektrolit ( disfungsi ginjal )
Data pendukung : ( Tidak dapat diterapkan ; adanya tanda-tanda dangejala-gejala membuat diagnosa aktual ).

Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi :
Pasien akan mempertahankan hidrasi yang adekuat  yang dibuktikan dengan tanda-tanda vital dalam batas normal, pengisian kapiletr baik, dan membran mukosa lembab.
Intervensi/ rencana tindakan :
1     Monitor pengeluaran urin tiap jam.
R/ Diuresis dapat meneyababkan kekurangan volume cairan, karena natrium tidak cukup diabsorbsi  dalam tubulus ginjal.
2     Monitor tanda-tanda vital  : nadi, tekanan darah; evaluasi pengisian kapiler danmembran mukosa oral
R/ untuk  mendeteksi  terjadinya hipovolemik.
3     Motivasi pasien untuk meningkatkan  intake cairan peroral
R/ untuk mengimbangi cairan yang keluar akibat diuresis
4     Berikan posisi semi fowler kepaa pasien
R/ Menurunkan kerja jantung, memudahkan homeostasis sirkulasi.
5     Berikan cairan IV
R/ Menggantikan cairan yang hilang.
Ø  Ketakutan / ansietas b.d perubahan status kesehatan : kemungkinan prosedur/ malignansi

Data pendukung :
Perut tegang
Hasil yang diharapkan :
·         Rasa takut dan tegang berkurang
·         Pasien tampak rileks
Intervensi :
  1. Selalu bersama – sama dengan pasien bina hubungan saling percaya
R/ : Menunjukan perhatian dan keinginan untuk membantu
  1. Berikan informasi tentang tanda / prosedur dan tes khusus seperti pemasangan kateter, urin berdarah, iritasi pada kandung kemih.
R/ : Meningkatkan pemahaman pasien tentang tujuan dari apa yang dilakukan, sehingga dapat mengurangi rasa takut dan kecemasan
  1. Anjurkan kepada pasien untuk mengungkapkan peraaannya kepada orang terdekat
R/ : mengurangi kecemasan

Ø  Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan b.d kurang terpapar terhadap informasi, tidak mengenal sumber informasi

Data pendukung :
Pasien sering bertanya tentang penyakit, pasien tidak melakukan intervensi sesuai  instruksi.
Hasil yang diharapkan /Kriteria evaluasi :
1.    Pasien akan memahami tentang proses penyakit
2.    Pasien akan dapat mengidentifikasi tentang tanda dan gejala proses penyakit
3.    Pasien akan berpartisipasi dalam program pengobatan.

Tindakan/Intervensi :
Pada pendidikan kesehatan.

Pendidikan Kesehatan
1.    Berikan informasi tentang penyakit : pengertian,etiologi, tanda dan gejala penyakit.
2.    Berikan informasi  kepada pasien bahwa penyakit ini tidak ditulakan secara seksual/ atau melalui hubungan seksual.
3.    Anjurkan  pasien untuk menghindari makanan berbumbu, kopi alkohol, mengemudikan dalam waktu yang lama, karena dapat menyebabkan iritasi dan meningkatkan produksi urin sehingga terjadi distensi otot bladder.`
4.    Berikan latihan berkemih kepada pasien post pemasangan kateter.
5.    Anjurkan kepada pasien untuk melakukan kunjungan ulang selama 6 bulan sampai 1 tahun.

Surgical:
Prostatektomi

1.       Pengertian
Prostatektomi adalah bedah reseksi pada bagian portio kelenjar prostat untuk memperbaiki aliran urin yang mengalami retensi.

2.    Jenis- jenis pembedahan prostat :
·         Transuretral Resection of the prostate ( TURP )
Jaringan prostat obstruktif dari lobus medial  sekitar uretra diangkat .
·         Suprapubic/open Prostatectomy
Diindikasikan untuk massa lebih dari 60 gr. Penghambat jaringan prostat diangkat melalui insisi garis tengah bawah dibuat melalui kandung kemih.


·         Retropubic prostatectomy
Massa jaringan prostat yang hipertropi ( Lokasi tinggi dibagian pelvis ) Diangkat melalui insisi abdomen bawah tanpa pembukaan kandung kemih.
·         Perineal Prostatectomy
Massa pada prostat  yang terletak dibawah pelvis diangkat melalui insisi diantara skrotum dan rektum.

Asuhan Keperawatan :
1.    Pengkajian
Data dasar dalam pengkajian pasien dengan prostatectomy  :

Sirkulasi :
Gejala:   Riwayat penyakit jantung, edema paru, penyakit vaskuler perifer

Integritas Ego :
Gejala: Cemas,takut,marah.
Tanda:  Tidak dapat beristirahat,peningkatan ketegangan.

Makanan/Cairan :
Gejala: Insufisiensi pankreas / DM, malnutrisi, membran mukosa kering

Pernapasan:
Gejala : Infeksi, batuk kronis, merokok.

Keamanan :
Gejala : Alergi terhadap obat, makanan, plester ; defisiensi imun ; riwayat penyakit hepatik           
Tanda : Adanya tanda-tanda infeksi.



Pemeriksaan diagnostik :
Waktu koagulasi : adanya pemanjangan faktor koagulasi akan
                              mempengaruhi  intraoperasi/pascaoperasi
EKG                   : Adanya keabnormalan pada hasil EKG
                             akan mempengaruhi dalam  pemberian anastesi.

2.    Diagnosa keperawatan
Ø  Perubahan eliminasi urin  b.d. Obstruksi mekanikal : Bekuan darah,edema ; Tekanan dan iritasi kateter/balon ; Hilang tonus kandung kemih sehubungan dengan distensi berlebihan praoperasi.

Data Pendukung :
                     Frekuensi, urgensi, disuria, inkontinensia, retensi, kandung kemih   penuh,ketidaknyamanan suprapubik.

              Hasil yang diharapkan :
              Pasian akan memperbaiki  pola berkemih yang normal tanpa retensi.
     Pasien akan dapat mengontrol pola berkemih.
   
    Tindakan/ Intervensi :
1.     Kaji pengeluaran urin khususnya selama irigasi kandung kemih
R/ Retensi dapat terjadi karena edema area bedah, bekuan darah, dan spasme kandung kemih.
2.     Perhatikan waktu, jumlah berkemih, setelah kateter dilepas. Perhatikan keluhan rasa penuh kandung kemih; ketidakmampuan berkemih, urgensi.
R/ Kateter  biasanya dilepas 2 5 hari setelah pembedahan, tetapi keluhan  penuh pada bladder  masih tetap terjadi karena adanya edema pada uretra.
3.    Motivasi pasien untuk berkemih jika ada keinginan untuk berkemih.
R/ Mencegah terjadinya retensi urin.
                       
4.    Anjurkan pasien untuk minum 3000 ml setiap hari. Batasi cairan pada malam hari, setelah kateter  dilepas.
R/ Mempertahankan hidrasi yang adekuat dan perfusi ginjal untuk aliran urin.  
           
5.    Instruksikan pasien untuk latihan perineal, contoh mengencangkan bokong, menghentikan dan memulai aliran urin.
R/ Membantu meningkatkan kontrol kandung kemih/ sfingter, meminimalkan inkontinensia. 
     
6.    Pertahankan irigasi kandung kemih secara kontinu sesuai indikasi pad periode pasca operasi.
R/ Mencuci kandung kemih dari bekuan darah dan debris  untuk mempertahankan aliran urin.


Ø  Risiko tinggi kekurangan volume cairan b.d. area bedah vaskuler ; kesulitan mengontrol perdarahan, pembatasan pemasukan preoperasi

Data pendukung :
( Tidak dapat diterapkan : adanya tanda-tanda dan gejala  membuat diagnosa aktual )
     
      Hasil yang diharapkan :
      Mempertahankan hidrasi yang dekuat dengn tandavital stabil, ndi perifer      teraba , pengisian kapiler baik, membran mukosa lembab dan keluaran urin tetap serta tidak ada perdarahan aktif.

      Tindakan/ Intervensi :
-          Observasi  intake dan output
R/ Indikator keseimbangan cairan dan kebutuhan penggantian.
-    Observasi drainase kateter dan perhatikan perdarahan yang berlebihan/ berlanjut.   
      R/ dengan mengetahui adanya perdarahan dapat  menentukan intervensi yang diberikan   sebagai evaluasi medik.
-          Observasi tanda-tanda vital
R/ Perubahan tanda-tanda vital akibat perdarahan dapat menunjukan terjadinya syok hipovolemik.
-   Tingkatkan pemasukan cairan 3000 ml  Perhari kecuali  jika ada           R/ kontraindikasi membilas ginjal / kandung kemih dari bakteri  dan debris tetapi dapat mengakibatkan intoksikasi cairan / kelebihan            cairan bila tidak diawasi dengan ketat.
-      Observasi hasil laboratorium sesuai indikasi  [ Hb,Ht,jumlah sel darah      merah.            
              R/Berguna dalam mengevaluasi  kehilangan darah dan kebutuhan penggantiannya.
          
Ø  Risiko tinggi terhadap infeksi b.d. prosedur invasif : alat selama pembedahan, kateter, irigasi kandung kemih  yang sering ; trauma jaringan, insisi bedah.

Data pendukung :
( tidak dapat diterapkan ; adanya tanda-tanda            dan gejala-gejala membuat diagnosa aktual ).

Hasil yang diharapkan/ kriteria evaluasi  :
Pasien tidak menunjukan terjadinya tanda-tanda infeksi.

Tindakan/Intervensi :
-          Berikan perawatan kateter secara teratur .
R/  Mencegah pemasukan bakteri dan infeksi.
-          Mengganti balutan dengan sering
R/ balutan yang basah menyebabkan kulit iritasi dan memberikan media untuk pertumbuhan bakteri.
             
-           Observasi tanda-tanda vital, tanda-tanda infeksi

-          Pemberian antibiotik sesuai indikasi
R/ Untuk mencegah terjadinya infeksi.

Ø  Nyeri ( akut ) b.d. iritasi mukosa kandung kemih; refleks spasme otot sehubungan dengan prosedur bedah dan/atau tekanan dari balon kandung kemih.

Data pendukung :
Nyeri spasme kandung kemih
Wajah meringis,gelisah

Hasil yang diharapkan :
-          Pasien akan  melaporkan nyeri hilang / terkontrol
-          Pasien akan menunjukan penggunaan ketrampilan relaksasi dan aktivitas teraupetik sesuai indikasi untuk situasi individu.
-          Pasien akan tampak rileks, tidur/istirahat dengan tenang.

Tindakan / intervensi :
-          Pertahankan posisi kateter. Pertahankan selang bebas dari lekukan dan bekuan.
R/ Mempertahankan fungsi kateter dan drainase sistem, menurunkan risiko distensi/ spasme kandung kemih.

-          Tingkatkan pemasukan sampai 3000 ml/hari sesuai toleransi.
R/ Menurunkan iritasi dengan mempertahankan aliran cairan  secara tetap ke mukosa kandung kemih.
                                       
-          Berikan rendam duduk atau lampu penghangat
R/ Meningkatkan  perfusi jaringan dan perbaikan edema dan meningkatkan penyembuhan.
 
-          Berikan antispamodik.
R/ Merilekskan otot polos, untuk menurunkan spasme.

Ø  Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan b.d. Kurang mengingat, salah interpretasi data ; kurang terpapar terhadap informasi.

Data Pendukung :
Pasien selalu menanyakan tentang penyakitnya ; Tidak akurat mengikuti instruksi.

Hasil yang diharapkan/ Kriteria evaluasi :
Pasien akan memahami tentang prosedur bedah dan pengobatan,
Pasien akan akan berpartisipasi dalam program pengobatan.
           


Pendidikan Kesehatan

1.    Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake nutrisi; dorong pasien untuk konsumsi buah-buahan,meningkatkan diet tinggi serat
2.    Anjurkan kepada pasien untuk membatasi aktifitas misalnya menghindari mengangkat beban berat, latihan keras, duduk yang  terlalu lama, memanjat tangga.
3.    Motivasi latihan berkemih
4.    Ajarkan tentang cara perawatan kateter


0 komentar:

Posting Komentar