BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG.
Pneumotorak adalah keadaan terdapat
udara atau gas dalam rongga pleura. Pada keadaan normal rongga pleura tidak
berisi udara, supaya paru-paru eluasa mengembang terhadap rongga udara
pneumotoraks dapat terjadi secara spontan maupun traumatic. Pneumotoraks
spontan dibagi menjadi primer dan sekunder, pneumotorak traumatic dibagi
menjadi iatrogenic dan bukan itrogenik. (Barmawy. H)
Insidens pneumotoraks sedikit
diketahui, karena episodenya banyak yang tidak diketahui. Pria lebih banyak
dari pada wanita dengan perbandingan 5:1. pneumotorak spontan primer (PSP)
sering juga dijumpai pada individu sehat, tanpa riwayat penyakit paru
sbelumnya. PSP banyak dijumpai pada pria dengan usia antara 2 dan 4. salah satu
penelitian menyebutkan sekitar 81% kasus PSP berusia kurang dari 45 tahun.
Seaton dkk melaporkan bahwa pasien tuberculosis aktif mengalami komplikasi
pneumotorak sekitar 2,4% dan jika ada kavitas paru komplikasi pneumotoraks
meningkat lebih dari 90%. (Barmawy. H)
Di Olmsted country, Minnesota,
amerika, meiton et al melakukan penelitian selama 25 tahun pada pasien yang
terdiagnosis sebagai pneumotoraks, didapatkan 75 pasien karena trauma, 102
pasien karena iatrogenic da sisanya 141 pasien karena pneumotoraks spontan.
Dari 141 pasien tersebut 77 pasien PSP dan 64 pasien PSS. Pada pasien
pneumotorak spontan didapatkan angka incident sebagai berikut: PSP terjadi pada
7,4 per 100.000 pertahun untuk peria dan 2,0 per 100.000 tahun untuk wanita.
(Barmawy. H)
Sesuai perkembangan dibidang
pulmunologi telah sering dikerjakan pendekatan baru berupa tindakan torakostomi
disertai video (video-assisted thoracostomi), ternyata memberikan banyak
keuntungan pada pasien yang mengalami pneumotoraks relaps dan lama rawat inap
di RS yang lebih sigkat.
B. TUJUAN.
1. Tujuan Umum
Tujuan yang ingin dicapai dalam
penyusunan makalah ini adalah penulis mempu mengungkapkan pola pikir ilmiah
dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan pneumotoraks secara
komprehensif dan memperoleh pengalaman secara nyata tentang pneumotoraks.
2. Tujuan Khusus.
Setelah dilakukan askep ini penulis mampu:
a.
Melakukan pengkajian klien
dengan pneumotoraks.
b.
Mengidentifikasi data klien.
c.
Menganalisa data yang diperoleh
dari pengkajian.
d.
Merumuskan diagnosa
keperawatan.
e.
Menentukan prioritas masalah
keperawatan.
f.
Menyusun rencana keperawatan.
g.
Melaksanakan tindakan
keperawatan, berdasarkan rencana yang telah disusun dalam intervensi
keperawatan.
h.
Melaksanakan evaluasi tindakan
keperawatan yang telah dilaksanakan berdasarkan criteria standard.
BAB II
TINJAUAN KEPERAWATAN
A. PENGERTIAN
Pneumotorak adalah keadaan
terdapatnya udara atau gas dalam rongga pleura. Pneumotoraks adalah
menggambarkan individu yang mengalami atau beresiko tinggi untuk mengalami
akumulasi udara pada pleura yang berhubungan dengan cedera. Pada keadaan normal
rongga pleura tidak berisi udara, supaya paru-paru leluasa mengembang terhadap
rongga dada.
Pneumotoraks dapat diklarifikasikan sesuai dengan
penyebabnya:
1.
Traumatic.
2.
Spontan : Spontan primer, spontan sekunder.
3.
Terapeutik : Bukan iatrogenic,
iatrogenic.
Pneumotoraks juga dapat
diklarifikasikan sesuai dengan urutan peristiwa yang merupakan kelanjutan
adanya robekan pleura:
1.
Terbuka
2.
Tertutub
3.
Tekanan
B. ETIOLOGI.
Berdasarkan Penyebabnya.
1. Pneumotoraks Spontan
a.
Pneumotoraks Spontan Primer.
Terjadi tanpa ada riwayat penyakit paru yang mendasari
sebelumnya umumnya pada individu sehat dewasa muda, tidak berhubungan. Dengan
aktifitas fisik yang berat tetapi justru terjadi pada saat istirahat da sampai
sekarang belum diketahui penyebabnya.
b.
Pneumotoraks Spontan Sekunder
Suatu pneumotoraks yang terjadi karena penyebab paru
yang mendasarinya (tuberculosis paru, PPOK, asma bronchial, pneumonia, tumor
paru, dan sebagainya).
2. Pneumotoraks traumatic
Pneumotoraks yang terjadi akibat suatu penetral kedalam
rongga pleura karena luka tusuk atau luka tembak atau tusukan jarum atau kanul.
a.
Pneumotorak Traumatic Bukan
Iatrogenic.
Terjadi karena jejas kecelakaan, jejas dada terbuka atau
tertutub, barotraumas.
b.
Pneumotoraks traumatic bukan
iatrogenic.
Terjadi Akibat Tindakan Oleh Tenaga Medis, Dibedakan
Lagi:
I.
Pneumotoraks traumatic
iatrogenic aksidental
Akibat tindakan medis karena kesalahan atau komplikasi
indakan tersebut, missal: pada tindakan parasentetis dada, biopsy pleural dan
lain-lain.
II.
Pneumotoraks traumatic
iatrogenic artificial (deliberate)
Sengaja dikerjakan dengan cara mengisis udara ke dalam
rongga pleura melalui jarum dengan suatu alat Maxwell box.
C. PATOFISIOLOGI
TRAUMA TAJAM THORAK
TRAUMA TUMPUL
PNEUMOTORAKS
AKUMULASI CAIRAN DALAM KAVUM PLEURA
EKSPANSI PARU
PEMASANGAN WSD
THORAX DRAIN BERGESER
GANGGUAN POLA NAFAS DISKONTINUITAS JARINGAN
RESTI
INJEKSI
MERANGSANG
RESEPTOR NYERI
MERANGSANG RESEPTOR NYERI
PADA PERIVER KULIT
PADA PLEURA VISERALIS DAN PARIETALIS
NYERI
1. Komplikasi
Pneumomediastinum dan enfisoma
subkutan sebagai akibat komplikasi pneumotoraks spontan. Biasanya karena
pecahnya esophagus atau bronkus, sehingga kelainan tersebut harus ditegakkan
(insidennya sekitar 1%), pneumotoraks simultan bilateral, insidennya sekitar
2%, pneumotoraks kronik, bila tetap ada selama waktu lebih dari tiga bulan,
insidennya sekitar 5%.
2. Penatalaksanaan
Tindakan pengobatan pneumotoraks
tergantung beratnya, jika pasien dengan pneumotoraks ukurannya kecil dan
stabil, biasanya hanya diobservasi dalam beberapa hari (minggu) dengan foto
dada serial tanpa harus dirawat inap di RS, prinsipnya diupayakan dengan
pemasangan WSD.
Pasien pneumotoraks dengan klinis
tidak sesak dan luas pneumotoraks <15% cukup dilakukan observasi, bila
didapatkan penyebab paru perlu dipasang WSD. Apabila ada batuk dan nyeri dada,
diobati secra simtomatis, evaluasi foto dada setiap 12-24 jam selama 2 hari. Pneumotoraks
ukuran kecil umumnya, secara spontan akan diresorbsi meskipun kemungkinan
terjadinya progresifitas pneumotoraknya tetap diperhatikan. Pasien dengan mas
pneumotoraks kecil unilateral dan stabil, tanpa gejala diperbolehkan jalan
dalam 2-3 hari pasien harus control lagi.
Pasien dengan tanda-tanda
pneumotoraks berat yang nyata atau pneumotoraks ukuran besar, pemasangan pipa
dada harus dkerjakan dan dilakukan pula penyedotan hingga paru-paru berkembang.
Alat-alat infuse dan pipa emergensi pneumutoraks juga harus tersedia untuk
menghindari kegagalan.
Luas pneumotoraks >20% biasanya
dibutuhkan waktu >10 hari untuk berkembangnya paru kembali. Pasien dengan
tanda-tanda pneumotoraks berat yang nyata atau pneumotoraks ukuran besar,
pemasangan pipa dada (tube tracheostomy) harus dikerjakan dan dilakukan pula penyedotan higga paru-paru
berkembang pasien dengan pneumotoraks spontan primer sekitar 50% akan mengalami
kekambuhan hampir 100%. Pada hampir
semua pasien PSS akhirnya diterapi dengan torakostomi disertai pemberian obat sklerosing.
D. PENGKAJIAN
1. Aktivitas Atau Istirahat
Gejala : Dispnea
dengan aktifitas atau istirahat.
2. Sirkulasi
Tanda :
a.
Takikardi
b.
Frekuensi tidak teratur atau
disritmia.
c.
S3 atau S4 atau irama gantung
gallop.
d.
Nadi apical berpindah.
e.
Tanda homman.
f.
Tekanan darah hipertensi atau
hipotensi
g.
DVJ (Denyut Ventrikel Jantung).
3. Integritas Ego
Tanda : Ketakutan
atau gelisah.
4. Makanan atau Cairan.
Tanda : Ada pemasangan infuse.
5. Nyeri Atau Kenyamanan
Gejala : (tergantung
pada ukuran atau area yang terlibat):
Nyeri dada unilateral, meningkat karena pernafasan,
batuk. Timbul tiba-tiba. Gangguan sementara atau regangan (pneumotoraks
spontan) tajam dan nyeri, menusuk yang diperberat oleh nafas dalam, kemungkinan
menyebar keleher, bahu, abdomen (ekfusi pleura).
Tanda :
a.
Berhati-hati pada area yang
sakit.
b.
Perilaku dismaksi.
c.
Mengerutkan wajah.
6. Pernafasan
Gejala :
a.
Kesulitan bernafas.
b.
Batuk (mungkin).
c.
Riwayat bedag dada atau trauma,
penyakit paru kronis. Inflamasi atau infeksi paru interitislal menyebar,
keganasan.
d.
Pneumotoraks spontan
sebelumnya, rupture emfisema bula spontan, bleb sub pleural (PPOM).
Tanda :
peningkatan fekuensi pernafasan, peningkatan kerja
nafas, penggunaan otot aksesori, pernafasan pada dada, leher, retraksi
interkostae, ekspirasi abdominal kuat, bunyi nafas menurun atau tidak ada,
fremitus menurun, perkusi dada hiperesonan, dilatasi area terisi udara,
bunyipekat pada area yang terisi cairan (hematorak), observasi dan palpasi dada
: gerakan dada. Tidak sama bila trauma atau kempes, penurunan pengembangan
toraks (area yang sakit).
Kulit: pucat, stenosis, berkeringat, krebitasi sub kutan
(udara pada jaringan dengan palpasi).
Mental: asietas, gelisah, bingung, pingsan.
Penggunaan ventilasi mekanik tekanan positif atau terapi
PEEP.
Diagnosa Penunjang.
BGA
Ä Suhu : 36,1 C
Ä PH : 7,315
Ä PCO2 : 34,2 mmHg
Ä PO2 : 99,6 mmHg
Ä HCO3- :
17,6 mmCl/l
Ä O2Sat : 97,1 %
Ä Base Exece : -7,9 mmCl/l
Darah lengkap:
Ä Leukosit : 24.800/ml
Ä Hb : 17,7
gr/dl
Ä PCV : 33,7 %
Ä Trombosit : 297.000/ ml
7. Keamanan
gejala :
a.
Adanya trauma dada.
b.
Radiasi atau kemoterapi untuk
keganasan.
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a.
Pola Pernafsan Tidak Efektif
Berhubungan Dengan Penurunan Ekspansi Paru.
Kemungkinan dibuktikan oleh : dispnea, takipnea,
perubahan kedalaman atau kesamaan pernafasan, penggunaan otot aksesori,
pelebaran nasal, gangguan pengembangan dada, sianosis, GDA tidak normal.
b.
Resiko Tinggi Terhadap Trauma
Atau Penghentian Nafas
Factor Resiko Meliputi :
1.
Penyakit saat ini atau proses
cidera.
2.
Tergantung pada alat dari luar
(system drainase dada).
3.
Kurang pendidikan keamanan atau
pencegahan.
c.
Kurang pengetahuan mengenai
kondisi, aturan pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan pada informasi.
Kemungkinan dibuktikan oleh mengekpresikan masalah,
meminta informasi, berulangnya masalah.
F. RENCANA ASUHAN
KEPERAWATAN
1. Diagnosa :
Pola Pernafasan Tidak Efektif.
Tindakan
Atau Intervensi
|
Rasional
|
Mandiri.
a.
Mengidentifikasi etiologi /
factor pencetus
b.
Evaluasi fungsi pernafasan.
c.
Awasi kesesuaian pola
pernafasan bila menggunakan ventilasi mekanik.
d.
Auskultasi bunyi nafas.
e.
Catat perkembangan dada dan
posisi trakea.
f.
Kaji fremitus.
g.
Kaji pasien adanya area nyeri
tekan bila batuk, nafas dalam.
h.
Pertahankan posisi nyaman.
i.
Pertahankan perilaku tenang.
j.
Bila selang dada dipasang: periksa
pengontrol penghisap untuk jumlah hisapan yang benar.
k.
Periksa batas cairan pada
botol penghisap.
l.
Observasi gelembung udara
botol penampung.
m.
Evaluasi ketidaknormalan
gelembung botol penampung.
n.
Tentukan lokasi kebocoran
udara dengan mengklem kateter torak pada hanya bagian distal sampai keluar
dari dada.
o.
Berikan kasa minyak disekitar
sisi pemasangan sesuai indikasi.
p.
Klem selang pada bagian bawah
unit drainase bila bocor berlanjut.
q.
Tutup rapat sambungan selang
drainase dengan aman menggunakan plaster.
r.
Awasi pasang surutnya air
penampung.
s.
Posisikan system drainase
selang untuk fungsi optimal.
t.
Catat karakter drainase
selang dada.
u.
Evaluasi kebutuhan untuk
memijat selang.
v.
Pijat selang hati-hati sesuai
protocol.
w.
Bila kateter torak terputus
observasi tanda distress pernafasan.
x.
Setelah kateter torak dilepas
tutup sisi lubang masuk dengan kasa setiril.
Kolaborasi.
1.
Kaji seri foto torak.
2.
Awasi gambaran seri gda dan
nada oksimetri.
3.
Berikan oksigen tambahan
melalui kanula sesuai indikasi.
|
Mandiri.
a.
Pemahaman penyebab kolap
perlu pemasangan selang dada.
b.
Distress pernafasan dan
perubahan pada tanda vital dapat terjadi sebagai akibat stress fisiologi.
c.
Kesulitan bernafas dengan
ventilator dan peningkatan tekanan jalan nafas diduga memperburuknya
komplikasi.
d.
Bunyi nafas menurun atau
tidak ada pada lobus, segmen paru atau sluruh area paru.
e.
Pengembangan dada sama dengan
ekspansi paru.
f.
Suara dan taktil premitus
menurun pada jaringan yang terisi cairan.
g.
Sokongan terhadap dada dan
otot abdominal membuat batuk lebih efektif.
h.
Meningkatkan inspirasi
maksimal.
i.
Membantu pasien mengalami
efek fisiologi hipoksia.
j.
Mempertahankan tekanan
negative intrapleural sesuai yang diberikan.
k.
Air botol penampung bertindak
sebagai pelindung yang mencegah udara masuk ke area pleural.
l.
Gelembung udara selama
ekspirasi menunjukan lubang angina dari pneumotorak.
m.
Dengan bekerjanya
penghisapan, menunjukan kebocoran udara menetap yang mungkin berasal dari
pneumotorak besar pada pemasangan selang dada.
n.
Bila gelembung berhenti pada
saat diklem kebocoran terjadi pada pasien.
o.
Biasanya memperbaiki
kebocoran pada sisi insersi.
p.
Mengisolasi lokasi kebocoran
udara pusat system.
q.
Mencegah kebocoran pada
sambungan.
r.
Botol penampung bertindak
sebagai manometer intrapleural.
s.
Posisi tak tepat,
penggumpalan bekuan pada selang mengubah tekanan negative yang diinginkan.
t.
Berguna dalam mengevaluasi
perbaikan kondisi komplikasi yang memerlukan upaya intervensi.
u.
Meskipun tidak seperti
drainase serosa akan menghambat selang.
v.
Pemijatan biasanya tidak
nyaman pada pasien karena perubahan tekanan intratorakal.
w.
Pneumotorak dapat terulang
dan memerlukan intervensi cepat untuk mencegah pulmonal fatal dan gangguan
sirkulasi.
x.
Deteksi dini terjadi
komplikasi penting
Kolaborasi.
1.
Mengawasi kemajuan perbaikan hemotorak
dan ekspansi paru.
2.
Mengkaji status pertukaran
gas dan ventilasi.
3.
Alat dalam menurunkan kerja
nafas. Meningkatkan penghilangan distress.
|
2. Diagnosa :
Trauma/Penghentian Napas, Risiko Tinggi Terhadap.
Tindakan
Atau Intervensi
|
Rasional
|
Mandiri.
a.
Kaji dengan pasien tujuan unit
drainase dada, catat gambaran keamanan.
b.
Pasangkan kateter torak ke
dinding dada dan berikan panjang selang ekstra sebelum memindahkan atau
mengubah posisi pasien.
c.
Amankan sisi sambungan
selang.
d.
Beri bantalan pada sisi
dengan kasa.
e.
Amankan unit drainase pada
tempat tidur pasien.
f.
Berikan transportasi aman
bila pasien dikirim keluar yunit untuk tujuan diagnostic.
g.
Awasi sisi lubang pemasangan
selang, catat kondisi kulit.
h.
Anjurkan pasien untuk
menghindari berbaring menarik selang.
i.
Identifikasi perubahan yang
harus dilaporkan pada perawat.
j.
Observasi tanda distress pernafasan
bila kateter torak lepas.
|
Mandiri.
a.
Informasi tentang bagaimana
system bekerja memberikan keyakinan, menurunkan ansietas pasien.
b.
Mencegah terlepasnya kateter
dada.
c.
Mencegah terlepasnya selang.
d.
Melindungi kulit dari
iritasi.
e.
Mempertahankan posisi duduk
tinggi dan menurunan resiko kecelakaan jatuh pecah.
f.
Meningkatkan kontinuitas
evakuasi optimal cairan selama pemindahan.
g.
Memberikan pengenalan diri
dan mengobati adanya erosi kulit.
h.
Menurunkan resiko opstruksi
drainase selang.
i.
Intervensi tepat waktu dapat
mencegah komplikasi serius.
j.
Pneumotorak dapat terulang,
karena mempegaruhi fungsi pernafasan dan memerlukan intervensi darurat.
|
3. Diagnosa : Kurang Pengetahuan (Kebutuhan Belajar) Mengenai
Kondisi, Aturan Pengobatan.
Tindakan
Atau Intervensi
|
Rasional.
|
Mandiri.
a.
Kaji patologi masalah
individu.
b.
Identifikasi kemungkinan
kambuh jangka panjang.
c.
Kaji ulang tanda yang
memerlukan evaluasi medik cepat.
d.
Kaji ulang praktik kesehatan
yang baik.
|
Mandiri.
a.
Informasi menurunkan takut
karena ketidaktahuan.
b.
Penyakit paru yang ada
seperti PPOM berat dan keganasan dapat meningkatkan insiden kambuh.
c.
Berulangnya pneumotorak
memerlukan intrervensi medik untuk potensial komplikasi.
d.
Mempertahankan kesehatan umum
meningkatkan penyembuhan dan dapat mencegah kekambuhan.
|
BAB III
TINAJAUAN KASUS
A.
PENGKAJIAN
1.
Biodata
Nama : Tn. AB
Jenis kelamin :
Laki-laki
Umur :
65 th
Status perkawinan :
Menikah
Pekerjaan :
Pensiunan AURI
Agama :
Islam
Pendidikan terakhir :
SMP
Alamat :
Singosari
Tanggal MRS :
5 Desember 2003
Tanggal pengkajian :
9 Desember 2003
2.
Diagnosa Medis
Comosio cerebri, fraktur clavikula, pnemothorak
3.
Keluhan Utama
Saat MRS : Pingsan , muntah, nyeri pada bahu
kanan, untuk gerak sakit, disertai nyeri pinggang karena klien terjatuh dari
pohon Nangka ( ± 3 m)
Saat pengkajian: Nyeri pada bahu kanan sampai tangan
kanan disertai oedema, nyeri pada tempat pemasangan selang WSD, klien merasakan
sesak sudah berkurang.
4.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pada 5
Desember 2003, sekitar pukul 09.00, klien terjatuh dari pohon Nangka dengan
ketinggian ±3m. Dengan posisi dada kanan dahulu,
lengan kanan melindungi dada. Setelah terjatuh klien pingsan dan klien
merasakan nyeri pada bahu kanan dan pinggang sehingga sakit kalau untuk
bergerak.Kemudian keluarga membawa klien ke IRD RSSA Malang dan klien
mendapatkan terapi infus dan oksigen kemudian menjalani rawat inap di R12
selama sehari. Di R 12 klien dipasang WSD dan setelah kleadaan membaik klien di
pindah ke R 19 dengan tetap terpasang infus dan WSD serta kateter.
5.
Riwayat Penyakit Yang Lalu
Selama
iniklien tidak pernah menderuta penyakit menular dan penyakit berbahaya.
6.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam
keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit seperti yang diderita klien
saat ini . Keluarga klien juga tidak ada yang menderita penyakit menular maupun
penyakit keturunan hingga di rawat di RS.
7.
Pola Aktivitas Sehari-Hari
|
SMRS
|
MRS
|
Minum
|
3x sehari,komposisi nasi, sayur, lauk. Porsi habis
±6 gelas sehari,terdiri dari kopi dan air putih
BAB 1x sehari, konsistensi lunak
BAK 5x sehari, warna kuning, jernih dan lancar
Siang ±2 jam.
Malam ±6 jam
Mandi 2x sehari
Gosok gigi 2x sehari
Keramas 2x seminggu
Potong kuku 1x seminggu
|
3x sehari, komposisi nasi, sayur ,lauk,buah.porsi tidak dihabiskan
±4 gelas sehari,terdiri dari air putih dan susu
BAB 1x sehari, konsistensi lunak
BAK terpasang kateter, produksi ml/jam
Siang ±1
jam,tapi sering terbangun.
Malam±4 jam, sulit itdur karena nyeri yang
dirasakan( sering terbangun).
Mandi 2x sehari,diseka oleh keluarga
Gosokgigi 1x sehari
Keramas –
Potong kuku-
|
8.
Riwayat Psikososial
Klien
mampu berkomunikasi denagn perawat dan keluarga dengan baik. Anggota lekuarga
yang terdekat adalah istri kliendan keluarga klien. Klien berharap dapat segera
sembuh sehingga klien dapat melakukan aktivitasnya kmebali.
9.
Pemeriksaan Fisik
A.
Keadaan Umum
Klien
tampak lemah, klien berada di atas tempat tidur dengan posisi semifowler.
Kesadaran compos mentis, klien tampak sesekali memegangi dada pada tempat
pemasangan selang WSD. Wajah klien tampak grimace jika pantan digunakan unutk
miring kanan dan kiri.
B.
Tanda Vital dan Tingkat
Kesadaran
Ä Tensi : 130/90 mmHg
Ä Suhu : 38°C
Ä Nadi : 84x/menit
Ä RR : 24x/ menit
C.
Pemeriksaan kepala
1.
Rambut tipis , beruban
seluruhnya( putih merata), rambut jarang dan agak kotor. Wajah berbentuk oval,
tidak ada kesan sembab, simetris,tampak grimace. Kulit kepala agak berminyak
tetapi bersih.
2.
Mata lengkap, tidak ada
ikterik, dan konjungtiva tidak pucat
3.
Hidung lengkap, terdapat
pernafasan cuping hidung, tidak terjadi peradangan.
4.
Bibir lembab, tidak ada luka,
gigi ada yang tanggal, lidah merah dan tidak kotor, tidak berbau dan tidak ada
peradangan.
5.
Telinga tegang, simetris,
ukuran sedang, tidak ada serumen/ benda asing/ perdarahan.
D.
Pemeriksaan Leher
Posisi
trachea simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, dan tidak ada
pembeseran kelenjar limfe.
E.
Dada dan thorak ( Paru dan
Jantung)
Dada anterior posterior
Inspeksi :
a.
Bentuk dada normal Chest
b.
Tidak ada retraksi inter costa
c.
Frekuensi pernafasan 24
kali/menit
d.
Pergerakan simetris
Auskultasi :
a.
Vocal fremitus kanan dan kiri
sama.
b.
Tidak ada ronchi.
c.
Tidak ada wheezing.
Perkusi :
a.
Hipersonor.
Palpasi :
a.
Tidak ada pembesaran jantung.
Luka pemasangan WSD :
a.
Luka bersih.
b.
Tertutub dengan kasa.
c.
Tidak terdapat tanda-tanda
infeksi.
F.
Payudara dan Aksila
a.
Tidak dikaji
G.
Abdomen
a.
Inspeksi: bentuk normal,tidak
ada asites maupun pembengkakan.
b.
Auskultasi : peristaltik usus
28x/menit
c.
Palpasi : tidak ada masa, tidak
nyeri tekan, tidak ada pembesaran hepar.
d.
Perkusi : timpani, tidak ada
cairan.
H.
Genetalia
a.
Tidak di kaji.
I.
Ekstrimitas
Atas : 3
5 Bawah :
Oedema + -
4
5
- -
Atropi -
10.
Pemeriksaan Penunjang
BGA( tgl 5 Desember 2003)
Suhu :
36,1 C
PH :
7,315 (N : 7,35- 7,45)
PCO2 : 34,2mmHg (N :
34-35)
PO2 :
99,6 mmHg (N : 80-100)
HCO3- :
17,6 mmcl/l (N: 21-28)
O2
Saturasi : 97,1 % (N:
85-95)
Base exece :
- 7,9 mmcl/l (N : (-3)-(+3))
Darah lengkap ( 5 Desember 2003)
Leukosit :
24.800/ml (N: 3000-1000)
Hb :
11,7gr/dl ( N: 11,o-16,5)
PCV :
33,7 %(N: 35,0-50,0)
Trombosit :
297.000/ml (N: 150.000- 390.000)
11.
Terapi/ Pengobatan/
Penatalaksanaan
Ø Diet TKTP
Ø WSD
Ø Foto rontgen
Ø Kalmoxicylin
Ø Toradol
Ø Antrain
Ø Fisioterapi napas( tiup balon).
Malang, Desember 2003
Perawat
B.
ANALISA DATA
Nama pasien :
Tn .AB
Umur : 65 th
No .register : 325600
DATA PENUNJANG
|
MASALAH
|
KEMUNGKINAN PENYEBAB
|
1. Data
subyektif
Data obyektif
a.
Suhu:36,1ºC
b.
pH 7,315
c.
pCO2:34,2mmHg
d.
pO2:99,6mmHg
e.
HCO3:17,6
f.
O2 sat:97,1%
g.
Base excese :
7,9mmCl/l
h.
Darah lengkap
Leukosit:24000/ml
Hb:11,7gr/dl
PCV:33,7%
Trombosit:297000
2.Data
subyektif
Data obyektif
3. Data
subyektif
Data obyektif
4. Data
subyektif
Data obyektif
|
Gangguan pola
napas
Gangguan mobilitas
fisik
Gangguan rasa
nyaman nyeri
Potensial
terjadi infeksi
|
Akumulasi udara
dalam rongga pleura
Pemasangan WSD
dan nyeripada extremitas
Kerusakan
jaringan
Luka pemasangan
WSD
|
C. DAFTAR MASALAH
Ruang : 19
Nama pasien : Tn .AB
No. register : 325600
No
|
Tanggal
Muncul
|
Diagnosa Keperawatan
|
Tanggal Teratasi
|
Tanda Tangan
|
1.
2.
3.
4.
|
8-12-03
8-12-03
9-12-03
9-12-03
|
Gangguan pola
napas berhubungan dengan akumulasi udara pada rongga pleura
Gangguan
mobilitas fisik berhubungan dengan pemasangan WSDdan nyeri pada extremitas
Gangguan rasa
nyaman nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan
Gangguan
mobilitas fisik berhubungan dengan pemasangan WSD dan nyeri pada extremitas
|
10-12-2003
|
|
D.
RENCANA ASUHAN
KEPERAWATAN
Nama pasien :
Tn .AB
No.register : 325600
Tanggal
|
No.
DX
|
Diagnosa
Keperawatan
|
Tujuan Kriteria Standard
|
Intervensi
|
Rasional
|
TT
|
8-12-03
8-12-03
9-12-03
9-12-03
|
1
2
3
4
|
Gangguan pola
napas
Berhubungan dengan akumulasi udara pada
rongga pleura
Gangguan
mobilitas fisik berhubungan dengan pemasangan WSD dan nyeri pada
extremitas
Gangguan rasa
nyaman nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan
Potensial
terjadi infeksi berhubungan dengan luka
pemasangan WSD
|
Tujuan :
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan diharapkan pola napas kembali normal.
Kriteria
standar:
RR:14-20x/menit
Cuping hidung
tidak ada
Klien tidak
lemah
BGA normal
Tidak ada
kebocoran WSD
BGA normal
Ph : 7,35-7,45
PCO2 : 34-35
mmHg
PO2 : 80-100
mmHg
HCO3- : (21-28).
O2 saturasi :
85-95 %.
Base Exece :
(-3)-(+3).
Darah lengkap :
Leukosit :
3000-1000/ml
Hb : 11,0-16,5
PCV : 35-50
Trombosit :
150.000-390.000
Tujuan :
Setelah
dilakukan tindakan dihrapkan dapat melaksanakan aktivitasnya tanpa bantuan .
Kriteria
standar:
Kekuatan otot
Udem berkurang
Klien dapat melakukan
aktivitas sehari-hari tanpa bantuan
Klien tidak
lemah
Luka insisi
sembuh
Tujuan :
Setelah
dilakukan tindakan diharapkan intensitas nyeri dapat berkurang
Kriteria
standar:
Skala nyeri 3-0
Expresi wajah
rileks
Tidak terdapat
tanda –tanda infeksi pada luka pemasangan WSD
Suhu : 36-37º
Luka kering
Tujuan :
Setelah
dilakukan tindakan diharapkan tidak terjadi infeksi pada klien
Kriteria standar
Tanda infeksi
tidak ada
Luka operasi
tidak ada pus .
Leukosit
±6000-10.000
Suhu : 36,5-37ºC
Kultur negatif
|
1. Kaji kecepatan,kedala
Man ,frekuensi,irama,&
Bunyi napas.
2. Beri posisi
semi fowler
3. Ajarkan napas
dalam &
Batuk efektif
4. Latihan
meniup balon
5. Observasi RR
6. Observasi WSD
7.Kolaborasi
dengan tim
Medis
untuk pemeriksaan
BGA
Vital
Nyeri
Dis pemberian analgesik.
|
Mengidentifikasi
faktor pencetus
Pengembangan
paru secara maksimal dapat dicapai .
Latihan
pengembangan paru dan mengeluarkan secret
Latihan
pengembangan paru
Sebagai indikasi
pola napas sudah efektif
Perawatan terhadap
selang apabila ada sumbatan
Mengetahui BGA
Mengetahui
tingkat ADL
Memperbaiki
sirkulasi vaskuler klien
Mempercepat
pengeringan luka
Melatih
pergerakan sendi
Melatih
mobilitas fisik klien
Mengetahui
tingkat nyeri
Mengurangi
intensitas nyeri
Mempercepat
penyembuhan luka
Perubahan TTV
mengindikasikan rasa nyeri yang dirasakan
Mengetahui skala
nyeri.
Menurunkan
ambang nyeri.
Mengetahui
adanya infeksi
Mempercepat
pengeringan dan penyembuhan luka
Mencegah
penyebaran kuman , mengetahui jumlah leukosit .
|
|
E.
CATATAN PERKEMBANGAN
Ruang :19
Nama pasien : Tn . AB
Umur : 65 th
No . register : 325600
No
|
Tanggal
|
Jam
|
No
Dx.Kep
|
Tindakan
|
Tanda
Tangan
|
|||||||||
1.
|
8-12-03
|
16:30
16:50
17:00
17:15
17:20
|
1
|
|
|
|||||||||
2.
3
|
9-12-03
10-12-03
|
15:00
15:30
16:00
16:00
16:30
16:30
16:00
18:00
18:00
16:00
15:30
15:00
15:30
16:00
15:30
18:00
|
1
2
3
4
1
3.
|
Dan bunyi napas
|
|
F.
EVALUASI
Nama : Tn.AB
Umum :
No Register : ………………….
Dx:I. Dx:II
No.
Dx. Kep.
|
Tanggal
9-12-2003
|
Tanggal
10-12-2003
|
Tanggal 9-12-2003
|
Tanggal
10-12-2003
|
1
|
S: klien mengatakan tidak sesak
tapi buat nafas agak berat.
O: * RR 18X/menit
* WSD dilepas selang diklem 24 jam.
* Pernafasan cuping hidung (+).
* Fisio terapi nafas
A: Masalah teratasi sebagian.
P: Lanjutkan intervensi.
S: Klien mengatakan tangan kanan
kaku dan nyeri bila digerakan.
O: *Tangan kanan Oedem.
*Skala nyeri S-7
*Klien lemah
*Terdapat selang WSD yang diklem 24 jam
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
|
S: Klien mengatakan sudah tidak
sesak.
O: *KU baik
*RR 17X/menit
*Selang WSD dilepas.
*Fisio terapi nafas
tiup.
*Pernf.cuping hidung
(-).
A: Masalah teratasi
P: Hentikan Intervensi
S: Klien mengatakan Nyeri sudah
berkurang.
O: *Oedem berkurang
*Skala nyeri 3-5
*Selang WSD dilepas
*KU tidak lemah
A: Masalah teratasi sebagian.
P: Lanjutkan Intervensi.
|
S : #Klien mengatakan kaki kanan
terasa kaku + nyeri bila digerakan.
#Keluarga klien mengatakan tangan kanan
klien bengkak dank aku bila digerakan.
O: #Tangan kanan Odem.
#Kaku tangan kanan
#Makan dibantu istri
#Klien masih lemah
A: masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
S: *Klien mengatakan Nyeri pada
tangan kanan.
*Klien mengatakan bengkak pada tangan
kanan
O: *Suhu 38 C
*Leukosit 24.800/ml
*Oedem pada tangan kanan
A: Masalah belum teratasi.
P: Lanjutkan Intervensi
|
S:*Klien mengatakan tangan kanan
sudah tidak kaku bila digerakkan.
*Oedem berkurang
O: *Selang WSD dilepas.
*Makan dibantu iastri
*Klien sudah tidak lemah.
A:Masalah teratasi sebagian.
P: Lanjutkan Intervensi
S: Klien mengatakan nyeri
berkurang.
O: *Suhu 37 C
*Oedem berkurang
A: Maslah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
|
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah membandingkan antara asuhan keperawatan pada
tinjauan teori dengan asuhan keperawatan pada tinjauan kasus, maka pada asuhan
keperawatan pada tinjauan kasus perlu ditambahkan hal-hal sebagai berikut.
A. PENGKAJIAN.
- Sirkulasi.
Pada teori dijelaskan terdapat tanda takikardi,
frekuensi tidak teratur S3/S4/ irama jantung gallop, nadi apical berpindah,
tanda homman, hipetensi/hipotensi, DVJ. Sedangkan pada kasus tidak didapatkan
tanda-tanda seperti dalam sirkulasi, karena pada saat pengkajian keadaan klien
sudah berangsur-angsur membaik.
- Integritas Ego.
Terdapat kesenjangan antara teori dan kasus, sementara
pada teori terdapat ketakutan dan gelisah tetapi pada kasus tidak didapatkan seperti
dalam sirkulasi, karena mekanisme coping klien baik.
B. DIAGNOSA
Pada Tinjauan Kasus Didapatkan Diagnosa.
1.
Gangguan pola nafas berhubungan
dengan akumulasi udara dalam rongga dada.
2.
Gangguan rasa nyaman nyeri
berhubungan dengan kerusakan jaringan.
3.
Pontensial terjadi infeksi
berhubungan dengan luka pemasangan wsd.
4.
Ganguan mobilitas fisik
berhubungan dengan pemasangan wsd dan nyeri pada ekstermitas.
Pada Teori Didapatkan Diagnosa.
1.
Resiko tinggi terhadap trauma
penghentian nafas tidak ditemukan pada kasus karena pada saat pengkajian klien
membaik dan tidak ada komplikasi.
2.
Kurang pengetahuan (kebutuhan
belajar) mengenai kondisi aturan pengobatan pada kasus tidak muncul karena
klien kooperatif dengan perawat sehingga klien dapat melakukan self care nya
C. PERENCANAN.
Intervensi pada tinjauan teori tidak semuanya masuk dalam
intervensi kasus karena disesuaikan dengan kondisi klien yang meliputi kondisi
fisik, psikologis, dan social ekonomi maupun dari segi penyediaan sarana yang
ada di RS.
D. PELAKSANAAN.
Pelaksanaan tidak semua dilakukan, karena situasi yang
tidak memungkinkan dan menyesuaikan dengan kondisi fisik, psikologis dan social
ekonomi maupun dari segi penyediaan sarana yang ada di RS.
E. EVALUASI.
Evaluasi pada asuhan keperawatan (tinjauan kasus) sudah
sesuai dengan evaluasi pada tinjauan teori.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari Kasus Dan Pembahasan Diatas, Kami Dapat Mengambil
Kesimpulan Bahwa.
1.
Pada pengkajian sirkulasi dan
integritas ego terdapat perbedaan antara kasus dan teori.
2.
Pada intervensi dan
implementasi, tidak semua dapat dilakukan karena menyesuaikan dengan kondisi
dan situasi klien.
B. SARAN
1.
Dengan adanya perbedaan antara
teori dan kasus, diharapkan perawat dapt melakukan pengkajian dengan benar dan
tepat sehingga intervensi yang dilaksanakan sesuai dengan yang diharapkan.
2.
Perawat dalam melakukan
intervensi dan implementasi hendaknya tidak hanya mengacu pada teori yang ada,
tetapi juga harus mempertimbangkan kondisi klien.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Linda Jual. 2000. Diagnosa
Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi 6 : Jakarta. EGC.
Doengoes, M.et.al. 1999. Rencana Asuhan
Keperawatan Edisi III. Jakarta
: EGC
Price. A. Silvia, Wilson. M. Lorrame. 1995. Patofisiologi
Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Jakarta : EGCono, Stamet. 2001.
Buku Ajar IPD
Jilid 2 Edisi III. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa karena hanya atas kehendak-Nyalah penyusunan makalah
asuhan keperawatan ini dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas seminar mata
ajaran Keperawatan Medikal Bedah II tahun ajaran 2002-2003. setelah melalui
beberapa tahapan antara lain penentuan topic dan judul, penyusunan kerangka,
pengumpulan data hingga pada analisis data. Akhirnya makalah asuhan keperawatan
ini dapat diselesaikan dengan baik.
Makalah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik apabila
tidak didukung oleh beberapa pihak. Oleh karena itu penyusun mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada :
- Yth. Ibu Wajan Juni Udjianti, S.Kep, Ns. Selaku Coordinator Mata Kuliah Keperawatan Medical Bedah II.
- Yth. Bapak Rudi Hamarno Skp, M. Pd selaku dosen pembimbimg klinik dan seminar mata ajaran Keperawatan Medikal Bedah II.
- Semua pihak yang telah berperan dalam penyusunan makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca sangat penyusun
harapkan. Dan makalah ini penyusun persembahkan kepada para pembaca. Semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Malang, Desember 2003
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR :
…………………………………...…….. i
DAFTAR ISI :
…………………………………………. ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang : ………………………………………….01
B.
Tujuan Penulisan : ………………………………………….02
BAB II TINJAUAN KEPERAWATAN
A.
Pengertian :
………………………………………….03
B.
Etiologi : ………………………………………….03
C.
Patofisiologi :
………………………………………….05
D.
Pengkajian :
………………………………………….07
E.
Diagnosa Keperawatan : ………………………………………….10
F.
Rencana Keperawatan : ………………………………………….11
BAB III TINJAUAN KASUS
A.
Pengkajian :
………………………………………….15
B.
Analisa Data :
………………………………………….23
C.
Daftar Masalah : ………………………………………….26
D.
Rencana Keperawatan : ………………………………………….27
E.
Catatan Perkembangan : ………………………………………….31
F.
Evaluasi : ………………………………………….33
BAB IV PEMBAHASAN
A.
Pengkajian : ………………………………………….35
B.
Diagnosa : ………………………………………….35
C.
Perencanaan :
………………………………………….36
D.
Pelaksanaan :
………………………………………….36
E.
Evaluasi : ………………………………………….36
BAB V PENUTUB
A.
Kesimpulan :
………………………………………….37
B.
Saran : ………………………………………….37
DAFTAR PUSTAKA
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA Tn. AB DENGAN PNEUMOTORAKS
DI RUANG XIX RUMAH SAKIT UMUM
DR. SYAIFUL ANWAR MALANG
Disusun Sebagai Salah Satu Tugas Seminar
Mata Ajar Keperawatan Medical Bedah II
Disusun Oleh :
FANDIK ELEK
DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
STIKES MUHAMMADIYAH LAMONGAN
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa karena hanya atas kehendak-Nyalah penyusunan makalah
asuhan keperawatan ini dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas seminar mata
ajaran Keperawatan Medikal Bedah II tahun ajaran 2012. setelah melalui
beberapa tahapan antara lain penentuan topic dan judul, penyusunan kerangka,
pengumpulan data hingga pada analisis data. Akhirnya makalah asuhan keperawatan
ini dapat diselesaikan dengan baik.
Makalah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik apabila
tidak didukung oleh beberapa pihak. Oleh karena itu penyusun mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada :
- Yth. Ibu Wajan Juni Udjianti, S.Kep, Ns. Selaku Coordinator Mata Kuliah Keperawatan Medical Bedah II.
- Yth. Bapak Rudi Hamarno Skp, M. Pd selaku dosen pembimbimg klinik dan seminar mata ajaran Keperawatan Medikal Bedah II.
- Semua pihak yang telah berperan dalam penyusunan makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca sangat penyusun
harapkan. Dan makalah ini penyusun persembahkan kepada para pembaca. Semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Malang, Desember 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR :
…………………………………...…….. i
DAFTAR ISI :
…………………………………………. ii
BAB I PENDAHULUAN
C.
Latar Belakang : ………………………………………….01
D.
Tujuan Penulisan : ………………………………………….02
BAB II TINJAUAN KEPERAWATAN
G.
Pengertian :
………………………………………….03
H.
Etiologi : ………………………………………….03
I.
Patofisiologi :
………………………………………….05
J.
Pengkajian :
………………………………………….07
K.
Diagnosa Keperawatan : ………………………………………….09
L.
Rencana Keperawatan : ………………………………………….10
BAB III TINJAUAN KASUS
G.
Pengkajian :
………………………………………….14
H.
Analisa Data :
………………………………………….20
I.
Daftar Masalah : ………………………………………….23
J.
Rencana Keperawatan : ………………………………………….24
K.
Catatan Perkembangan : ………………………………………….28
L.
Evaluasi : ………………………………………….30
BAB IV PEMBAHASAN
F.
Pengkajian :
………………………………………….32
G.
Daftar masalah : ………………………………………….32
H.
Perencanaan :
………………………………………….33
I.
Pelaksanaan :
………………………………………….33
J.
Evaluasi : ………………………………………….33
BAB V PENUTUB
C.
Kesimpulan :
………………………………………….34
D.
Saran : ………………………………………….34
DAFTAR PUSTAKA
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA Tn. AB DENGAN PNEUMOTORAKS
DI RUANG XIX RUMAH SAKIT UMUM
DR. SYAIFUL ANWAR MALANG
Disusun Sebagai Salah Satu Tugas Seminar
Mata Ajar Keperawatan Medical Bedah II
(KJR 202)
Disusun Oleh :
FANDIK ELEK
DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
STIKES MUHAMMADIYAH LAMONGAN
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
2012
sangat membantu :) terimakasih
BalasHapus