Sabtu, 19 Januari 2013

askep disentri



BAB II
PEMBAHASAN


2.1 Definisi
Disentri berasal dari bahasa Yunani  yaitudys (=gangguan) dan enteron (=usus), yang berarti radang usus yang menimbulkan gejala meluas, tinja lendir bercampur darah, diare encer dengan volume sedikit dan nyeri saat buang air besar (tenesmus).Disentri adalah peradangan usus besar yang ditandai dengan sakit perut dan buang air besar.Buang air besar ini berulang-ulang yang menyebabkan penderita kehilangan banyak cairan dan darah.

2.2 Klasifikasi
       Ada 2 macam disentri, yaitu
  1. Disentri Amoebica
  2. Disentri Bacilaris
Perbedaan disentri Amoebica dan Basilaris

Disentri Amoebica
Disentri Bacilaris
Penyebab
Dimulai
Panas
Berak

 

Berjangkitnya
 

Diagnosa

Prognosis
Entamoeba Histolitika
Tidak dengan tiba-tiba dan hebat
Tidak ada
Tidak sering kali, tidak banyak darah dan lender dan baunya amat busuk
Tidak berat dan tidak secara wabah
Dapat dengan mikroskop
P
Ada penyakit endokrin tergantung pada penyakit dasarnya. Pada penyebab obat-obatan tergantung kemampuan menghindari pemakaian obat.
Shigela Disentri
Dengan hebat dan tiba-tiba
Ada
Terlalu sering, lebih banyak darah, lender dan nanah, tidak bau busuk.
Hebat dan sering secara wabah
Menghendaki pemeriksaan lebih lanjut di laboratorium.
Pada bentuk berat angka kematian tinggi, kecuali mendapat pengobatan dini.

2.3 Etiologi
  1. Bakteri (Disentri basiler)
    • Shigella, penyebab disentri yang terpenting dan tersering (± 60% kasus disentri yang dirujuk serta hampir semua kasus disentri yang berat dan mengancam jiwa disebabkan oleh Shigella.
    • Escherichia coli enteroinvasif (EIEC)
    • Salmonella
    • Campylobacter jejuni, terutama pada bayi
  2. Amoeba (Disentri amoeba), disebabkan Entamoeba hystolitica, lebih sering pada anak usia > 5 tahun
2.4 Simtoma Klinis
Ø  Disentri basiler
  • Diare mendadak yang disertai darah dan lendir dalam tinja. Pada disentri shigellosis, pada permulaan sakit, bisa terdapat diare encer tanpa darah dalam 6-24 jam pertama, dan setelah 12-72 jam sesudah permulaan sakit, didapatkan darah dan lendir dalam tinja.
  • Panas tinggi (39,5 - 40,0 C), kelihatan toksik.
  • Muntah-muntah.
  • Anoreksia.
  • Sakit kram di perut dan sakit di anus saat BAB.
  • Kadang-kadang disertai dengan gejala menyerupai ensefalitis dan sepsis (kejang, sakit kepala, letargi, kaku kuduk, halusinasi).

Ø  Disentri amoeba
  • Diare disertai darah dan lendir dalam tinja.
  • Frekuensi BAB umumnya lebih sedikit daripada disentri basiler (≤10x/hari)
  • Sakit perut hebat (kolik), Gejala konstitusional biasanya tidak ada (panas hanya ditemukan pada 1/3 kasus).
2.6 Komplikasi
  1. Dehidrasi (kekurangan cairan)
  2. Gangguan elektrolit, terutama hiponatremia ( kadar protein dalam darah yang rendah)
  3. Kejang
  4. Malnutrisi/malabsorpsi
  5. Perforasi lokal
  6. Peritonitis
2.7 Penularan
Diare dapat ditularkan melalui tinja yang mengandung kuman diare.Air sumur atau air tanah yang telah tercemar kuman diare, atau makanan dan minuman yang telah terkontaminasi kuman diare, atau tidak mencuci tangan sebelum memberikan makan/minum pada bayi/anak, memasak dll yang tanpa disadari sebenarnya tangan telah terkontaminasi kuman diare yang tak tampak oleh mata telanjang.
2.8 Penatalaksanaan

1.Perhatikan keadaan umum anak, bila anak appear toxic, status gizi kurang, lakukan pemeriksaan darah (bila memungkinkan disertai dengan biakan darah) untuk mendeteksi adanya bakteremia. Bila dicurigai adanya sepsis, berikan terapi sesuai penatalaksanaan sepsis pada anak.Waspadai adanya syok sepsis.

2.  Komponen terapi disentri
a. Koreksi dan maintenance cairan dan elektrolit
·         Seperti pada kasus diare akut secara umum, hal pertama yang harus diperhatikan dalam penatalaksanaan disentri setelah keadaan stabil adalah penilaian dan koreksi terhadap status hidrasi dan keseimbangan elektrolit.



b. Diet
·         Anak dengan disentri harus diteruskan pemberian makanannya.Berikan diet lunak tinggi kalori dan protein untuk mencegah malnutrisi. Dosis tunggal tinggi vitamin A (200.000 IU) dapat diberikan untuk menurunkan tingkat keparahan disentri, terutama pada anak yang diduga mengalami defisiensi. Untuk mempersingkat perjalanan penyakit, dapat diberikan sinbiotik dan preparat seng oral.Dalam pemberian obat-obatan, harus diperhatikan bahwa obat-obat yang memperlambat motilitas usus sebaiknya tidak diberikan karena adanya risiko untuk memperpanjang masa sakit.
c. Antibiotika
·         Pengobatan dengan antibiotika yang tepat akan mengurangi masa sakit dan menurunkan resiko komplikasi dan kematian.

d. Sanitasi
·         Beritahukan kepada orang tua anak untuk selalu mencuci tangan dengan bersih sehabis membersihkan tinja anak untuk mencegah autoinfeksi.















BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas
·         Nama                           : An.A.
·         Umur                           : 2 tahun.
·         Jenis kelamin               : Perempuan
·         Suku/ Bangsa              : Indonesia
·         Agama                         : Islam
·         Status                          : -
·         Alamat                        : Bebas

3.1.2 Riwayat Kesehatan
·         Keluhan Utama
BAB lebih dari 3 xdalam sehari dengan intensitas sering dan jumlah yang sedikit.
·         Riwayat Penyakit Sekarang
BAB warna kuning kehijauan, bercampur lendir dan darah atau lendir saja. Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali
·         Riwayat Penyakit Dahulu
Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau kortikosteroid jangka panjang, alergi makanan, ISPA, ISK, OMA campak.
·         Riwayat Penyakit Keluarga
Ada salah satu keluarga yang mengalami diare.
·         Riwayat Kesehatan Lingkungan
Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan, lingkungan tempat tinggal
3.1.3 Pemeriksaan Fisik
·         Kesadaran       : Composmentis
·         Keadaan umun: Lemas
·         BB : 5,5 kg. TB : 45 cm
·         TTV
-          Nadi                : 70 x/menit
-          TD                   : 130/90 mmHg
-          RR                   : 18 x/menit
-          Suhu                : 38.5 ̊ C
·         Kepala dan Leher
Rambut           : Keriting, ada lesi, distribusi merata.
Wajah              : Normal, mata agak cowong
Hidung            : Pernapasan cuping hidung,Tidak ada polip
Mulut              : Bersih
Leher               : Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid
·         Thorax
Inspeksi           : Tidak tampak otot bantu pernafasan
Palpasi             : Tidak terdapat krepitasi
Perkusi            : Suara paru normal
Auskultasi       : Suara napas vesikuler.
·         Sistem gastrointestinal : nafsu makan klien tidak ada, anoreksia, abdomen datar, bising usus 26x/menit, suara timpani, ada nyeri tekan.
·         Sistem musculoskeletal : badan lemah, tidak bisa melakukan aktivitas secara mandiri
·         Sistem Integumen : kulit kering dan turgor kulit juga jelek
·         Sistem perkemihan : BAK 8-10x/hari warna kuning jernih, bau khas. BAB > 5-7x/hari dengan konsistensi encer, nyeri saat BAB.
Eks. Atas         : jumlah dan bentuk jari normal,tidak terdapat odema
Eks. Bawah     : jumlah dan bentuk jari normal,tidak terdapat odema
·         Genetalia         : tampak kemerahan pada daerah anus
3.2Analisa Data
No
Analisa data
Etiologi
Problem
1.
Ds: keluarga klien mengatakan BAB lebih dari 3x sehari dengan konsistensi cair
Do:
-    TTV(N : 70 x/mnt, S ; 38,50C, RR : 18 x/mnt, TD : 130/90 mmHg)
-    Turgor kulit turun, kembali dalam 5 detik
-    Membran mukosa bibir kering
-    Mata cowong
Kehilangan cairan yang berlebihan
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
2.
Ds: keluarga klien mengatakan tidak bernafsu untuk makan
Do: BB klien turun, porsi makan tidak habis, BAB > 3x/hari
Output berlebihan dan intake yang kurang
Nutrisi kurang dari kebutuhan
3
Ds: keluarga klien mengatakan badannya terasa hangat
Do:
suhu tubuh : 380C
akral hangat
Leukosit : 9.100 /mm3
Proses infeksi sekunder diare
Resiko peningkatan suhu tubuh
4.
Ds: keluarga klien mengatakan bahwa pada daerah sekitar anus terasa gatal
Do: daerah sekitar anus terlihat kemerahan dan lecet
Peningkatan frekuensi diare
Resiko gangguan integritas kulit
55.
Ds : keluarga  mengatakan pasien lemes
Do : wajah terlihat lemas, lesu dan terlihat tidak bersemangat
Ketunadayaan fidik
Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan



3.3 Diagnosa Keperawatan
1.      Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan skunder terhadap diare.
2.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare atau output berlebihan dan intake yang kurang.
3.      Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi dampak sekunder dari diare.
4.      Resiko gangguan integritas kulit perianal berhubungan dengan peningkatan frekuensi BAB (diare).
5.      Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan efek ketunadayaan fisik ditandai dengan penurunan waktu respon, lesu/ tidak bersemangat.

3.4 Intervensi
1.      Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan skunder terhadap diare.
Tujuan :
Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam keseimbangan dan elektrolit dipertahankan secara maksimal.
Kriteria Hasil :
a.       Tanda vital dalam batas normal (N: 60-100x/mnt, S; 36-37,50 c, RR : 14-24x/mnt).
b.      Turgor elastik, membran mukosa bibir basah, mata tidak cowong, UUB tidak cekung.
c.       Konsistensi BAB lembek, frekwensi 1 kali perhari.
Intervensi :
1.      Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit.
Rasional :Penurunan sisrkulasi volume cairan menyebabkan kekeringan mukosa dan pemekatan urin. Deteksi dini memungkinkan terapi pergantian cairan segera untuk memperbaiki defisit.

2.      Pantau intake dan output.
Rasional : Dehidrasi dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus, membuat keluaran tak adekuat untuk membersihkan sisa metabolisme.
3.      Timbang berat badan setiap hari.
Rasional : Mendeteksi kehilangan cairan , penurunan 1 kg BB sama dengan kehilangan cairan 1 lt.
4.      Anjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada kien, 2-3 lt/hr.
Rasional : Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang secara oral.
5.      Kolaborasi :
-          Pemeriksaan laboratorium serum elektrolit (Na, K,Ca, BUN)
Rasional : Koreksi keseimbang cairan dan elektrolit, BUN untuk mengetahui faal ginjal (kompensasi).
-          Cairan parenteral ( IV line )
Rasional :Mengganti cairan dan elektrolit secara adekuat dan cepat.
-          Obat-obatan : (antisekresin, antispasmolitik, antibiotik)
Rasional :Anti sekresi untuk menurunkan sekresi cairan dan elektrolit agar seimbang, antispasmolitik untuk proses absorbsi normal, antibiotik sebagai anti bakteri berspektrum luas untuk menghambat endotoksin.

2.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare atau output berlebihan dan intake yang kurang.
Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24 jam diharapkan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi.
Kriteria Hasil :
a.       Klien tidak menghindari makanan
b.      Klien tidak mual muntah
c.       Klien berminat terhadap makanan
d.      Klien tidak mengeluh mengalami gangguan sensasi rasa
Intervensi :
1)      Pertahankan kebersihan mulut dengan baik sebelum dan sesudah makan.
Rasional : Mulut yang tidak bersih dapat mempengaruhi makanan dan menimbulkan mual.
2)      Tawarkan makanan porsi kecil tetapi sering untuk mengurangi perasaan tegang pada lambung.
Rasional : Makan dalam porsi kecil tetapi sering bisa mengurangi perasaan tegang pada lambung.
3)      Atur agar mendapatkan nutrien yang berprotein atau kalori yang disajikan pada saat individu ingin makan.
Rasional : Agar asupan nutrisi dan kalori klien adekuat.
4)      Siapkan dalam kemasan yang menarik dan makanan yang disukai oleh pasien.
Rasional : Dapat meningkatkan selera makan.
5)      Konsultasikan dengan ahli gizi mengenai kebutuhan kalori yang realistis dan adekuat.
Rasional : Konsultasi ini dilakukan agar klien mendapatkan nutrisi sesuai indkasi dan kebutuhan kalorinya.

3.      Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi dampak sekunder dari diare.
Tujuan :
Setelah dilaksanakan asuhan keperawatan selama 24jam diharapkan suhu tubuh bisa kembali dalam rentang normal.
Kriteria Hasil :
a.       Suhu tubuh dalam batas normal ( 36-37,5 C)
b.      Tidak terdapat tanda infeksi (rubor,dolor,kalor,tumor,fungtio leasa)
Intervensi :
1.      Monitor suhu tubuh setiap 2 jam.
Rasional :Deteksi dini terjadinya perubahan abnormal fungsi tubuh ( adanya infeksi)
2.      Berikan kompres hangat.
Rasional : Merangsang pusat pengatur panas untuk menurunkan produksi panas tubuh.
3.      Kolaborasi pemberian antipirektik.
Rasional : Merangsang pusat pengatur panas di otak.

4.      Resiko gangguan integritas kulit perianal berhubungan dengan peningkatan frekuensi BAB (diare).
Tujuan :
Setelah dilaksanakan asuhan keperawatan selama 24jam diharapkanintegritas kulit tidak terganggu.
Kriteria Hasil :
a.       Tidak terjadi iritasi : kemerahan, lecet, kebersihan terjaga.
b.      Keluarga mampu mendemontrasikan perawatan perianal dengan baik dan benar.
Intervensi :
1.      Diskusikan dan jelaskan pentingnya menjaga tempat tidur.
Rasional : Kebersihan mencegah perkembang biakan kuman.
2.      Demontrasikan serta libatkan keluarga dalam merawat perianal (bila basah dan mengganti pakaian bawah serta alasnya).
Rasional :Mencegah terjadinya iritassi kulit yang tak diharapkan oleh karena kelebaban dan keasaman feces.
3.      Cuci tangan sebelum dan sesudah seluruh kontak perawatan dilakukan. Instruksikan pasien/orang terdekat untuk mencuci tangan sesuai indikasi
Rasional : Mengurangi resiko kontaminasi silang
4.      Pantau tanda-tanda vital
Rasional : Adanya proses inflamasi atau infeksi membutuhkan evaluasi atau pengobatan.

5.      Atur posisi tidur atau duduk dengan selang waktu 2-3 jam.
Rasional : Melancarkan vaskulerisasi, mengurangi penekanan yang lama sehingga tak terjadi iskemi dan irirtasi .

5.      Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan efek ketunadayaan fisik ditandai dengan penurunan waktu respon, lesu/ tidak bersemangat.
Tujuan :
Setelah dilaksanakan asuhan keperawatan selama 24jam diharapkan pertumbuhan dan perkembangan optimal dengan kriteria hasil :
a.       Klien akan tubuh sesuai dengan kurva pertumbuhan berat dan tinggi badan.
Intervensi :
1.      Kaji tingkat tumbuh kembang anak.
Rasional : Untuk mengetahui tingkat tumbuh kembang klien sehingga dapat menetukan intervensi selanjutnya.
2.      Berikan stimulasi tumbuh kembang, aktivitas, nonton TV, dan lain-lain sesuai kondisi klien.
Rasional : Dengan adanya stimulasi tumbuh kembang dapat menstimulasi otak sehingga dapat mengoptimalkan tumbuh kembang klien sesuai dengan DDST.
3.      Libatkan keluarga agar tetap memberikan stimulasi selama dirawat
Rasional : Keluarga merupakan orang-orang terdekat klien, sehingga sangat membantu dalam mengoptimalkan pemberian tidakan / intervensi yang dilakukan.






BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Disentri berasal dari bahasa Yunani  yaitudys (=gangguan) dan enteron (=usus), yang berarti radang usus yang menimbulkan gejala meluas, tinja lendir bercampur darah, diare encer dengan volume sedikit dan nyeri saat buang air besar (tenesmus).Disentri adalah peradangan usus besar yang ditandai dengan sakit perut dan buang air besar.Buang air besar ini berulang-ulang yang menyebabkan penderita kehilangan banyak cairan dan darah.
Ada 2 macam disentri, yaitu
1. Bakteri (Disentri basiler)
Shigella, penyebab disentri yang terpenting dan tersering (± 60% kasus disentri yang dirujuk serta hampir semua kasus disentri yang berat dan mengancam jiwa disebabkan oleh Shigella, Escherichia coli enteroinvasif (EIEC), Salmonella dan Campylobacter jejuni, terutama pada bayi.
2. Amoeba (Disentri amoeba), disebabkan Entamoeba hystolitica, lebih sering pada anak usia > 5 tahun
Diare dapat ditularkan melalui tinja yang mengandung kuman diare.Air sumur atau air tanah yang telah tercemar kuman diare, atau makanan dan minuman yang telah terkontaminasi kuman diare, atau tidak mencuci tangan sebelum memberikan makan/minum pada bayi/anak, memasak dll yang tanpa disadari sebenarnya tangan telah terkontaminasi kuman diare yang tak tampak oleh mata telanjang.

4.2 Saran
            Saran dari penulis untuk pembaca hindari kegiatan atau kaftor-faktor yang bisa meningkatkan resiko terkena penyakit Disentri seperti yang telah dijelaskan diatas.

DAFTAR PUSTAKA

Doenges,Marilyn E, dkk.1999.Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Pencernaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.Jakarta : EGC

J.Corwin, Elizabeth.2009.Buku Saku Patofisiologis.Jakarta : EGC
 http://fandik-prasetiyawan.blogspot.com/
Wilkinson, J,M.2007.Buku Saku Diagnosis Keperawatan Dengan Intervensi NIC Dan Kriteria Hasil NOC.Jakarta : EGC

A.Prince, S & M. Wilson.2005.Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit.Jakarta : EGC
Dharma, Andi Pratama.2001.Buku Saku Diare Edisi 1.Bandung : SMF IKA FK-UP/RSHS
Mansjoer,Arif,dkk.2001.Kapita Selekta Kedokteran.Jakarta : Media Aesculaplus FK UI
Gandahusada, Srisasi.2000.Parasitologi Kedokteran Edisi Ketiga.Jakarta : FK-UI
http://fandik-prasetiyawan.blogspot.com/

0 komentar:

Posting Komentar