BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Disentri berasal dari bahasa Yunani yaitudys (=gangguan) dan enteron
(=usus), yang berarti radang usus yang menimbulkan gejala meluas, tinja lendir
bercampur darah, diare encer dengan volume sedikit dan nyeri saat buang air
besar (tenesmus).Disentri adalah peradangan usus besar yang ditandai dengan
sakit perut dan buang air besar.Buang air besar ini berulang-ulang yang
menyebabkan penderita kehilangan banyak cairan dan darah.
2.2 Klasifikasi
Ada 2 macam disentri, yaitu
- Disentri Amoebica
- Disentri Bacilaris
Perbedaan disentri Amoebica dan
Basilaris
Disentri Amoebica
|
Disentri Bacilaris
|
|
Penyebab
Dimulai
Panas
Berak
Berjangkitnya
Diagnosa
Prognosis
|
Entamoeba Histolitika
Tidak dengan tiba-tiba dan hebat
Tidak ada
Tidak sering kali, tidak banyak darah dan lender
dan baunya amat busuk
Tidak berat dan tidak secara wabah
Dapat dengan mikroskop
P
Ada penyakit
endokrin tergantung pada penyakit dasarnya. Pada penyebab obat-obatan
tergantung kemampuan menghindari pemakaian obat.
|
Shigela Disentri
Dengan hebat dan tiba-tiba
Ada
Terlalu sering, lebih banyak darah,
lender dan nanah, tidak bau busuk.
Hebat dan sering secara wabah
Menghendaki
pemeriksaan lebih lanjut di laboratorium.
Pada bentuk berat angka kematian
tinggi, kecuali mendapat pengobatan dini.
|
2.3 Etiologi
- Bakteri (Disentri basiler)
- Shigella, penyebab disentri yang terpenting dan tersering (± 60% kasus disentri yang dirujuk serta hampir semua kasus disentri yang berat dan mengancam jiwa disebabkan oleh Shigella.
- Escherichia coli enteroinvasif (EIEC)
- Salmonella
- Campylobacter jejuni, terutama pada bayi
- Amoeba (Disentri amoeba), disebabkan Entamoeba hystolitica, lebih sering pada anak usia > 5 tahun
2.4
Simtoma Klinis
Ø Disentri basiler
- Diare mendadak yang disertai darah dan lendir dalam tinja. Pada disentri shigellosis, pada permulaan sakit, bisa terdapat diare encer tanpa darah dalam 6-24 jam pertama, dan setelah 12-72 jam sesudah permulaan sakit, didapatkan darah dan lendir dalam tinja.
- Panas tinggi (39,5 - 40,0 C), kelihatan toksik.
- Muntah-muntah.
- Anoreksia.
- Sakit kram di perut dan sakit di anus saat BAB.
- Kadang-kadang disertai dengan gejala menyerupai ensefalitis dan sepsis (kejang, sakit kepala, letargi, kaku kuduk, halusinasi).
Ø Disentri amoeba
- Diare disertai darah dan lendir dalam tinja.
- Frekuensi BAB umumnya lebih sedikit daripada disentri basiler (≤10x/hari)
- Sakit perut hebat (kolik), Gejala konstitusional biasanya tidak ada (panas hanya ditemukan pada 1/3 kasus).
- Dehidrasi (kekurangan cairan)
- Gangguan elektrolit, terutama hiponatremia ( kadar protein dalam darah yang rendah)
- Kejang
- Malnutrisi/malabsorpsi
- Perforasi lokal
- Peritonitis
2.7 Penularan
Diare dapat ditularkan melalui tinja yang mengandung kuman diare.Air
sumur atau air tanah yang telah tercemar kuman diare, atau makanan dan minuman
yang telah terkontaminasi kuman diare, atau tidak mencuci tangan sebelum
memberikan makan/minum pada bayi/anak, memasak dll yang tanpa disadari
sebenarnya tangan telah terkontaminasi kuman diare yang tak tampak oleh mata
telanjang.
2.8 Penatalaksanaan
1.Perhatikan keadaan umum anak, bila anak appear toxic, status gizi
kurang, lakukan pemeriksaan darah (bila memungkinkan disertai dengan biakan
darah) untuk mendeteksi adanya bakteremia. Bila dicurigai adanya sepsis,
berikan terapi sesuai penatalaksanaan sepsis pada anak.Waspadai adanya syok
sepsis.
2. Komponen terapi disentri
a. Koreksi dan maintenance cairan dan elektrolit
·
Seperti pada kasus diare akut
secara umum, hal pertama yang harus diperhatikan dalam penatalaksanaan disentri
setelah keadaan stabil adalah penilaian dan koreksi terhadap status hidrasi dan
keseimbangan elektrolit.
b. Diet
·
Anak dengan disentri harus
diteruskan pemberian makanannya.Berikan diet lunak tinggi kalori dan protein
untuk mencegah malnutrisi. Dosis tunggal tinggi vitamin A (200.000 IU) dapat
diberikan untuk menurunkan tingkat keparahan disentri, terutama pada anak yang
diduga mengalami defisiensi. Untuk mempersingkat perjalanan penyakit, dapat
diberikan sinbiotik dan preparat seng oral.Dalam pemberian obat-obatan, harus
diperhatikan bahwa obat-obat yang memperlambat motilitas usus sebaiknya tidak
diberikan karena adanya risiko untuk memperpanjang masa sakit.
c. Antibiotika
·
Pengobatan
dengan antibiotika yang tepat akan mengurangi masa sakit dan menurunkan resiko
komplikasi dan kematian.
d. Sanitasi
·
Beritahukan kepada orang tua
anak untuk selalu mencuci tangan dengan bersih sehabis membersihkan tinja anak
untuk mencegah autoinfeksi.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas
·
Nama : An.A.
·
Umur : 2 tahun.
·
Jenis kelamin : Perempuan
·
Suku/ Bangsa : Indonesia
·
Agama : Islam
·
Status : -
3.1.2 Riwayat Kesehatan
·
Keluhan Utama
BAB lebih dari 3 xdalam sehari dengan
intensitas sering dan jumlah yang sedikit.
·
Riwayat Penyakit Sekarang
BAB warna kuning kehijauan, bercampur lendir dan darah atau lendir
saja. Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali
·
Riwayat Penyakit Dahulu
Pernah
mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau kortikosteroid jangka
panjang, alergi makanan, ISPA, ISK, OMA campak.
·
Riwayat Penyakit Keluarga
Ada salah satu
keluarga yang mengalami diare.
·
Riwayat
Kesehatan Lingkungan
Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan, lingkungan
tempat tinggal
3.1.3 Pemeriksaan Fisik
·
Kesadaran : Composmentis
·
Keadaan umun: Lemas
·
BB : 5,5 kg. TB : 45 cm
·
TTV
-
Nadi : 70 x/menit
-
TD : 130/90 mmHg
-
RR : 18 x/menit
-
Suhu : 38.5 ̊ C
·
Kepala dan Leher
Rambut : Keriting, ada lesi,
distribusi merata.
Wajah : Normal,
mata agak cowong
Hidung : Pernapasan
cuping hidung,Tidak ada polip
Mulut : Bersih
Leher : Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid
·
Thorax
Inspeksi : Tidak tampak otot bantu pernafasan
Palpasi : Tidak terdapat krepitasi
Perkusi : Suara paru normal
Auskultasi : Suara napas vesikuler.
·
Sistem
gastrointestinal : nafsu makan klien tidak ada, anoreksia, abdomen datar,
bising usus 26x/menit, suara timpani, ada nyeri tekan.
·
Sistem
musculoskeletal : badan lemah, tidak bisa melakukan aktivitas secara mandiri
·
Sistem Integumen : kulit kering
dan turgor kulit juga jelek
·
Sistem
perkemihan : BAK 8-10x/hari warna kuning jernih, bau khas. BAB > 5-7x/hari
dengan konsistensi encer, nyeri saat BAB.
Eks. Atas : jumlah dan bentuk jari normal,tidak
terdapat odema
Eks. Bawah : jumlah dan bentuk jari normal,tidak
terdapat odema
·
Genetalia : tampak kemerahan pada daerah anus
3.2Analisa Data
No
|
Analisa data
|
Etiologi
|
Problem
|
1.
|
Ds: keluarga klien
mengatakan BAB lebih dari 3x sehari dengan konsistensi cair
Do:
-
TTV(N : 70 x/mnt, S ; 38,50C, RR : 18 x/mnt, TD :
130/90 mmHg)
-
Turgor
kulit turun, kembali dalam 5 detik
-
Membran
mukosa bibir kering
-
Mata
cowong
|
Kehilangan cairan yang
berlebihan
|
Gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit
|
2.
|
Ds: keluarga klien
mengatakan tidak bernafsu untuk makan
Do: BB klien turun,
porsi makan tidak habis, BAB > 3x/hari
|
Output berlebihan dan
intake yang kurang
|
Nutrisi kurang dari
kebutuhan
|
3
|
Ds: keluarga klien
mengatakan badannya terasa hangat
Do:
suhu tubuh : 380C
akral hangat
Leukosit : 9.100 /mm3
|
Proses infeksi sekunder
diare
|
Resiko peningkatan suhu
tubuh
|
4.
|
Ds: keluarga klien
mengatakan bahwa pada daerah sekitar anus terasa gatal
Do: daerah sekitar anus
terlihat kemerahan dan lecet
|
Peningkatan frekuensi
diare
|
Resiko gangguan
integritas kulit
|
55.
|
Ds : keluarga mengatakan pasien lemes
Do : wajah terlihat
lemas, lesu dan terlihat tidak bersemangat
|
Ketunadayaan fidik
|
Keterlambatan pertumbuhan
dan perkembangan
|
3.3
Diagnosa Keperawatan
1.
Gangguan keseimbangan cairan
dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan skunder terhadap diare.
2.
Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare atau output berlebihan dan intake yang
kurang.
3.
Resiko peningkatan suhu tubuh
berhubungan dengan proses infeksi dampak sekunder dari diare.
4.
Resiko gangguan integritas
kulit perianal berhubungan dengan peningkatan frekuensi BAB (diare).
5.
Keterlambatan
pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan efek ketunadayaan fisik
ditandai dengan penurunan waktu respon, lesu/ tidak bersemangat.
3.4
Intervensi
1.
Gangguan keseimbangan cairan
dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan skunder terhadap diare.
Tujuan :
Setelah diberikan tindakan
keperawatan selama 2 x 24 jam keseimbangan dan elektrolit dipertahankan secara
maksimal.
Kriteria Hasil :
a. Tanda vital dalam batas normal (N: 60-100x/mnt, S; 36-37,50 c, RR :
14-24x/mnt).
b. Turgor elastik, membran mukosa bibir basah, mata tidak cowong, UUB
tidak cekung.
c. Konsistensi BAB lembek, frekwensi 1 kali perhari.
Intervensi :
1.
Pantau tanda dan gejala
kekurangan cairan dan elektrolit.
Rasional :Penurunan
sisrkulasi volume cairan menyebabkan kekeringan mukosa dan pemekatan urin.
Deteksi dini memungkinkan terapi pergantian cairan segera untuk memperbaiki
defisit.
2. Pantau intake dan output.
Rasional : Dehidrasi
dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus, membuat keluaran tak adekuat untuk
membersihkan sisa metabolisme.
3. Timbang berat badan setiap hari.
Rasional : Mendeteksi
kehilangan cairan , penurunan 1 kg BB sama dengan kehilangan cairan 1 lt.
4. Anjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada kien, 2-3 lt/hr.
Rasional : Mengganti
cairan dan elektrolit yang hilang secara oral.
5. Kolaborasi :
-
Pemeriksaan laboratorium serum
elektrolit (Na, K,Ca, BUN)
Rasional : Koreksi keseimbang cairan dan elektrolit, BUN untuk mengetahui faal
ginjal (kompensasi).
-
Cairan parenteral ( IV line )
Rasional :Mengganti cairan dan
elektrolit secara adekuat dan cepat.
-
Obat-obatan : (antisekresin,
antispasmolitik, antibiotik)
Rasional :Anti sekresi untuk menurunkan
sekresi cairan dan elektrolit agar seimbang, antispasmolitik untuk proses
absorbsi normal, antibiotik sebagai anti bakteri berspektrum luas untuk
menghambat endotoksin.
2.
Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare atau output berlebihan dan intake yang
kurang.
Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24 jam
diharapkan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi.
Kriteria Hasil :
a. Klien tidak menghindari makanan
b. Klien tidak mual muntah
c. Klien berminat terhadap makanan
d. Klien tidak mengeluh mengalami gangguan sensasi
rasa
Intervensi :
1)
Pertahankan
kebersihan mulut dengan baik sebelum dan sesudah makan.
Rasional : Mulut yang tidak bersih dapat mempengaruhi makanan dan menimbulkan mual.
2) Tawarkan makanan porsi kecil tetapi sering untuk
mengurangi perasaan tegang pada lambung.
Rasional : Makan dalam porsi kecil tetapi sering bisa mengurangi perasaan tegang pada
lambung.
3) Atur agar mendapatkan nutrien yang berprotein atau
kalori yang disajikan pada saat individu ingin makan.
Rasional : Agar asupan nutrisi dan kalori klien adekuat.
4) Siapkan dalam kemasan yang menarik dan makanan
yang disukai oleh pasien.
Rasional : Dapat meningkatkan selera makan.
5) Konsultasikan dengan ahli gizi mengenai kebutuhan
kalori yang realistis dan adekuat.
Rasional : Konsultasi ini dilakukan agar klien mendapatkan nutrisi sesuai indkasi dan
kebutuhan kalorinya.
3. Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi
dampak sekunder dari diare.
Tujuan :
Setelah dilaksanakan asuhan keperawatan selama
24jam diharapkan suhu tubuh bisa kembali dalam rentang
normal.
Kriteria Hasil :
a. Suhu tubuh dalam batas normal ( 36-37,5 C)
b. Tidak terdapat tanda infeksi (rubor,dolor,kalor,tumor,fungtio leasa)
Intervensi :
1. Monitor suhu tubuh setiap 2 jam.
Rasional :Deteksi dini terjadinya perubahan abnormal fungsi
tubuh ( adanya infeksi)
2. Berikan kompres hangat.
Rasional : Merangsang
pusat pengatur panas untuk menurunkan produksi panas tubuh.
3. Kolaborasi pemberian antipirektik.
Rasional : Merangsang
pusat pengatur panas di otak.
4. Resiko gangguan integritas kulit perianal berhubungan dengan
peningkatan frekuensi BAB (diare).
Tujuan :
Setelah dilaksanakan asuhan keperawatan selama
24jam diharapkanintegritas kulit tidak terganggu.
Kriteria Hasil :
a. Tidak terjadi iritasi : kemerahan, lecet, kebersihan terjaga.
b. Keluarga mampu mendemontrasikan perawatan perianal dengan baik dan
benar.
Intervensi :
1. Diskusikan dan jelaskan pentingnya menjaga tempat tidur.
Rasional : Kebersihan
mencegah perkembang biakan kuman.
2. Demontrasikan serta libatkan keluarga dalam merawat perianal (bila
basah dan mengganti pakaian bawah serta alasnya).
Rasional :Mencegah
terjadinya iritassi kulit yang tak diharapkan oleh karena kelebaban dan
keasaman feces.
3. Cuci tangan sebelum dan sesudah seluruh kontak
perawatan dilakukan. Instruksikan pasien/orang terdekat untuk mencuci tangan
sesuai indikasi
Rasional : Mengurangi resiko kontaminasi silang
4. Pantau tanda-tanda vital
Rasional : Adanya proses inflamasi atau infeksi membutuhkan evaluasi atau pengobatan.
5. Atur posisi tidur atau duduk dengan selang waktu 2-3 jam.
Rasional : Melancarkan
vaskulerisasi, mengurangi penekanan yang lama sehingga tak terjadi iskemi dan
irirtasi .
5.
Keterlambatan
pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan efek ketunadayaan fisik
ditandai dengan penurunan waktu respon, lesu/ tidak bersemangat.
Tujuan :
Setelah dilaksanakan asuhan keperawatan selama
24jam diharapkan pertumbuhan dan perkembangan optimal dengan kriteria hasil :
a. Klien akan tubuh sesuai dengan kurva pertumbuhan
berat dan tinggi badan.
Intervensi :
1. Kaji tingkat tumbuh kembang anak.
Rasional : Untuk mengetahui tingkat tumbuh kembang klien sehingga dapat menetukan
intervensi selanjutnya.
2. Berikan stimulasi tumbuh kembang, aktivitas,
nonton TV, dan lain-lain sesuai kondisi klien.
Rasional : Dengan adanya stimulasi tumbuh kembang dapat menstimulasi otak sehingga
dapat mengoptimalkan tumbuh kembang klien sesuai dengan DDST.
3. Libatkan keluarga agar tetap memberikan stimulasi
selama dirawat
Rasional : Keluarga merupakan orang-orang terdekat klien, sehingga sangat membantu
dalam mengoptimalkan pemberian tidakan / intervensi yang dilakukan.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Disentri berasal dari bahasa Yunani yaitudys (=gangguan) dan enteron
(=usus), yang berarti radang usus yang menimbulkan gejala meluas, tinja lendir
bercampur darah, diare encer dengan volume sedikit dan nyeri saat buang air
besar (tenesmus).Disentri adalah peradangan usus besar yang ditandai dengan
sakit perut dan buang air besar.Buang air besar ini berulang-ulang yang
menyebabkan penderita kehilangan banyak cairan dan darah.
Ada 2 macam
disentri, yaitu
1. Bakteri (Disentri basiler)
Shigella, penyebab
disentri yang terpenting dan tersering (± 60% kasus disentri yang dirujuk serta
hampir semua kasus disentri yang berat dan mengancam jiwa disebabkan oleh
Shigella, Escherichia coli enteroinvasif (EIEC), Salmonella dan Campylobacter
jejuni, terutama pada bayi.
2. Amoeba (Disentri amoeba), disebabkan Entamoeba
hystolitica, lebih sering pada anak usia > 5 tahun
Diare
dapat ditularkan melalui tinja yang mengandung kuman diare.Air sumur atau air
tanah yang telah tercemar kuman diare, atau makanan dan minuman yang telah
terkontaminasi kuman diare, atau tidak mencuci tangan sebelum memberikan
makan/minum pada bayi/anak, memasak dll yang tanpa disadari sebenarnya tangan
telah terkontaminasi kuman diare yang tak tampak oleh mata telanjang.
4.2
Saran
Saran dari penulis untuk pembaca hindari kegiatan atau kaftor-faktor yang
bisa meningkatkan resiko terkena penyakit Disentri seperti yang telah dijelaskan diatas.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges,Marilyn E, dkk.1999.Rencana
Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Pencernaan Dan Pendokumentasian Perawatan
Pasien.Jakarta : EGC
J.Corwin, Elizabeth.2009.Buku Saku
Patofisiologis.Jakarta : EGC
http://fandik-prasetiyawan.blogspot.com/
Wilkinson, J,M.2007.Buku Saku
Diagnosis Keperawatan Dengan Intervensi NIC Dan Kriteria Hasil NOC.Jakarta
: EGC
A.Prince, S & M. Wilson.2005.Patofisiologi
Konsep Klinis Proses Penyakit.Jakarta : EGC
Dharma, Andi Pratama.2001.Buku Saku Diare Edisi 1.Bandung :
SMF IKA FK-UP/RSHS
Mansjoer,Arif,dkk.2001.Kapita Selekta Kedokteran.Jakarta : Media Aesculaplus FK UI
Gandahusada, Srisasi.2000.Parasitologi Kedokteran Edisi Ketiga.Jakarta :
FK-UI
http://fandik-prasetiyawan.blogspot.com/
0 komentar:
Posting Komentar