STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN
PASIEN DENGAN BPH ( BENIGNA PROSTAT HYPERTHROPI )
A. PENGERTIAN
Benigna
prostat hypertropi adalah pertumbuhan kelenjar fibroadenomatosa majemuk dalam
prostat ( Price, 1992 : ).
Proses terjadinya pembesaran kelenjar prostat ini secara progresif. Angka kejadian BPH sekitar 50% dialami oleh pria yang berusia lebih dari 50 tahun.
B. ETIOLOGI
Sebab dari BPH tidak diketahui. Tetapi ada teori yang menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia akan terjadi perubahan keseimbangan testoteron estrogen, karena produksi testosteron menurun dan konversi testosteron menjadi estrogen pada jaringan adiposa di perifer.
C. PATOFISIOLOGI
Rangsangan
estrogen pertumbuhan
otot Akumulasi
Dan
pertumbuhan polos
yang ber- Dyhydroxy
Hormon lokal lebihan dari jaringan testosteron
Ikat
berlebihan karena berlebihan
Perubahan
Pembesaran kelenjar prostat
Obstruksi
leher kandung kemih Hiperiritable
bladder
Dan uretra pars
prostat
Berkurangnya
aliran air kemih dari Rangsangan
pada
Kandung
kemih kandung
kemih
Retensi Urin Kandung
kemih sering
berkontraksi
Statis urin Frekuensi
Urgensi
ISK Kandung
Dekompensasi
` Retensi
urin
Tekanan
intravesika Meningkat
Inkontinensia paradoks
Retensi urin
Hydroureter Hydronefrosis
Gagal
Ginjal
D. ASUHAN KEPERAWATAN
Non surgical
1. Pengkajian
Ø Eliminasi
Gejala : Penurunan kekuatan/dorongan
aliaran urin ; tetesan,
Ragu-ragu berkemih, nokturia, disuria,
hematuria.
Tanda :
Massa padat dibawah abdomen bawah ( Distensi
Kandung kemih, nyeri tekan kandung kemih ).
Ø Nyeri/ kenyamanan
Gejala : Nyeri suprapubis, panggul,punggung bawah
Ø
Sirkulasi : Peninggian tekanan darah
Ø
Psikososial : Ekspresi takut akibat inkontinensia, gangguan
Seksualitas.
Ø Pemeriksaan Diagnostik
Urinalisa : Warna kuning,coklat gelap,merah gelap atau terang
( berdarah ),PH 7 atau lebih.
Kultur urin :Ada staphylococcus Aureus,E.Colly,Proteus,
Pseudomonas.
BUN/Kreatinin : Meningkat pada gangguan ginjal
SDP : Lebih dari 11.000
Ultrasonografi transrektal dan suprapubic untuk mengetahui ukuran prostat.
2. Diagnosa keperawatan
Ø
Retensi
Urin ( Akut/kronik ) b.d. obstruksi mekanik; pembesaran prostat ; dekompensasi
otot detrusor ; ketidakmampuan kandung kemih untuk berkontraksi dengan adekuat.
Data
pendukung :
·
Frekuensi,keragu-raguan, ketidakmampuan
mengosongkan kandung kemih dengan lengkap, inkontinensia/menetes.
·
Distensi kandung kemih,residu urin
lebih dari 50 cc.
Hasil
yang diharapkan :
Pasien
menunjukan :
·
Peningkatan pola BAK
·
Tidak teraba distensi abdomen
·
Menunjukan residu setelah berkemih
kurang dari 50 ml, tidak adanya tetesan/kelebihan aliran.
Intervensi/tindakan:
1)
Dorong pasien untuk berkemih tiap 2 – 4
jam atau bila pasien tiba-tiba merasa untuk berkemih.
R/ Meminimalkan terjadinya retensi urin yang berlebihan
pada kandung kemih.
2)
Awasi dan catat waktu, jumlah setiap
berkemih, perhatikan penurunan haluaran urin.
R/ Untuk mengetahui kemampuan ginjal untuk berfungsi secara normal
3)
Palpasi area supra pubik.
R/ Retensi urin dapat diketahui dengan palpasi daerah
suprapubik, yaitu teraba adanya masa
pada daerah abdomen bawah.
4)
Anjurkan pasien untuk mengintake
cairan 3000 ml/hari ( 10 – 15 gelas
perhari.
R/ Peningkatan intake cairan dapat
mempertahankan perfusi keginjal dan kandung kemih dari pertumbuh bakter
5)
Observasi tanda-tanda vital setiap
jam.Awasi terjadinya hipertensi, edema perifer, perubahan mental.Timbang berat
badan setiap hari,ukur intake dan output cairan
setiap hari.
R/
Kehilangan fungsi ginjal menyebabkan penurunan eliminasi cairan dan akumulasi
sisa toksik ; dapat berlanjut pada terjadinya gagal ginjal total.
6)
Lakukan kompres hangat atau rendam
duduk.
R/ Untuk meningkatkan relaksasi otot, menurunkan edema dan
merangsang untuk berkemih.
7)
Tindakan kateterisasi menggunakan Kateter coude
R/ Mengurangi dan mencegah retensi urin.
Kateter Coude diperlukan karena ujungnya lengkung sehingga memudahkan masuknya selang melalui uretra
prostat.
8)
Kolaborasi pemberian antispasmodik misalnya oksibutinin klorida (Ditropan ).
R/ Menghilangkan
spasme kandung kemih sehubungan dengan iritasi kateter.
9)
Memberiakan antibiotik
R/ Untuk melawan infeksi.
10)
Siapkan untuk drainase urin, misalnya
sistostomy.
R/ untuk mengalirkan urin selama
episode akut dengan azotemia.
11)
Lakukan hipertermi transuretral ( pemanasan
bagian sentral prostat dengan memasukan elemen pemanas melalui uretra)
R/
Mengecilkan prostat ( 1 - 2 kali/ minggu )
Ø
Nyeri
Akut b. d. irirtasi mukosa ; distensi kandung, kolik ginjal; infeksi urinaria;
terapi radiasi.
Data Pendukung :
Keluhan nyeri,penyempitan ureter;
perubahan tonus otot, meringis, gelisah, respon otonomik.
Kriteria evaluasi / hasil yang diharapkan :
Pasien akan :
·
Memberitahukan nyeri hilang/ terkontrol
·
Tampak rileks
·
Istirahat dengan tenang.
1.
Kaji dan catat kualitas, lokasi dan durasi nyeri. Gunakan
skala nyeri (0-10) 0 (tidak ada nyeri) 10 (nyeri yang paling hebat).
2.
Jelaskan penyebab rasa sakit dan cara
menguranginya
3.
Kolaborasi terapi dengan pemberian
Analgesik sesuai program.
4.
Ajarkan teknik mengatasi rasa nyeri :
napas dalam untuk menurunkan stress dan membantu rilaks otot yang tegang
5.
Kompres es pada daerah yang sakit untuk
mengurangi nyeri
6.
Ciptakan lingkungan yang tenang
Ø
Risiko
tinggi terhadap kekurangan volume cairan b.d. pasca obstruksi diuresis dari drainase
cepat kandung kemih yang terlalu distensi secara kronis ; Endokrin, ketidakseimbangan elektrolit ( disfungsi
ginjal )
Data pendukung : ( Tidak dapat diterapkan
; adanya tanda-tanda dangejala-gejala membuat diagnosa aktual ).
Hasil
yang diharapkan/kriteria evaluasi :
Pasien
akan mempertahankan hidrasi yang adekuat
yang dibuktikan dengan tanda-tanda vital dalam batas
normal, pengisian kapiletr baik, dan membran mukosa lembab.
Intervensi/
rencana tindakan :
1
Monitor pengeluaran urin tiap jam.
R/
Diuresis dapat meneyababkan kekurangan volume cairan, karena natrium tidak
cukup diabsorbsi dalam tubulus ginjal.
2
Monitor tanda-tanda vital : nadi, tekanan darah; evaluasi pengisian
kapiler danmembran mukosa oral
R/
untuk mendeteksi terjadinya hipovolemik.
3
Motivasi pasien untuk meningkatkan intake cairan peroral
R/
untuk mengimbangi cairan yang keluar akibat diuresis
4
Berikan posisi semi fowler kepaa pasien
R/ Menurunkan
kerja jantung, memudahkan homeostasis sirkulasi.
5
Berikan cairan IV
R/
Menggantikan cairan yang hilang.
Ø
Ketakutan
/ ansietas b.d perubahan status kesehatan : kemungkinan prosedur/ malignansi
Data
pendukung :
Perut
tegang
Hasil
yang diharapkan :
·
Rasa takut dan tegang berkurang
·
Pasien tampak rileks
Intervensi
:
- Selalu bersama – sama dengan pasien bina hubungan saling percaya
R/ :
Menunjukan perhatian dan keinginan untuk membantu
- Berikan informasi tentang tanda / prosedur dan tes khusus seperti pemasangan kateter, urin berdarah, iritasi pada kandung kemih.
R/ :
Meningkatkan pemahaman pasien tentang tujuan dari apa yang dilakukan, sehingga
dapat mengurangi rasa takut dan kecemasan
- Anjurkan kepada pasien untuk mengungkapkan peraaannya kepada orang terdekat
R/ :
mengurangi kecemasan
Ø
Kurang
pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan b.d kurang
terpapar terhadap informasi, tidak mengenal sumber informasi
Data
pendukung :
Pasien
sering bertanya tentang penyakit, pasien tidak melakukan intervensi sesuai instruksi.
Hasil
yang diharapkan /Kriteria evaluasi :
1.
Pasien akan memahami tentang proses
penyakit
2.
Pasien akan dapat mengidentifikasi
tentang tanda dan gejala proses penyakit
3.
Pasien akan berpartisipasi dalam
program pengobatan.
Tindakan/Intervensi
:
Pada
pendidikan kesehatan.
Pendidikan
Kesehatan
1.
Berikan informasi tentang penyakit :
pengertian,etiologi, tanda dan gejala penyakit.
2.
Berikan informasi kepada pasien bahwa penyakit ini tidak
ditulakan secara seksual/ atau melalui hubungan seksual.
3.
Anjurkan pasien untuk menghindari makanan berbumbu,
kopi alkohol, mengemudikan dalam waktu yang lama, karena dapat menyebabkan
iritasi dan meningkatkan produksi urin sehingga terjadi distensi otot bladder.`
4.
Berikan latihan berkemih kepada pasien
post pemasangan kateter.
5.
Anjurkan kepada pasien untuk melakukan
kunjungan ulang selama 6 bulan sampai 1 tahun.
Surgical:
Prostatektomi
1. Pengertian
Prostatektomi
adalah bedah reseksi pada bagian portio kelenjar prostat untuk memperbaiki
aliran urin yang mengalami retensi.
2. Jenis- jenis pembedahan prostat :
·
Transuretral
Resection of the prostate ( TURP )
Jaringan
prostat obstruktif dari lobus medial sekitar uretra diangkat .
·
Suprapubic/open
Prostatectomy
Diindikasikan
untuk massa lebih dari 60 gr. Penghambat jaringan prostat diangkat melalui
insisi garis tengah bawah dibuat melalui kandung kemih.
·
Retropubic
prostatectomy
Massa
jaringan prostat yang hipertropi ( Lokasi tinggi dibagian pelvis ) Diangkat
melalui insisi abdomen bawah tanpa pembukaan kandung kemih.
·
Perineal
Prostatectomy
Massa
pada prostat yang terletak dibawah
pelvis diangkat melalui insisi diantara skrotum dan rektum.
Asuhan Keperawatan :
1. Pengkajian
Data
dasar dalam pengkajian pasien dengan prostatectomy :
Sirkulasi :
Gejala: Riwayat penyakit
jantung, edema paru, penyakit vaskuler perifer
Integritas Ego :
Gejala:
Cemas,takut,marah.
Tanda: Tidak dapat beristirahat,peningkatan
ketegangan.
Makanan/Cairan :
Gejala:
Insufisiensi pankreas / DM, malnutrisi, membran mukosa kering
Pernapasan:
Gejala
: Infeksi, batuk kronis, merokok.
Keamanan :
Gejala : Alergi terhadap obat, makanan, plester ; defisiensi
imun ; riwayat penyakit hepatik
Tanda : Adanya tanda-tanda infeksi.
Pemeriksaan
diagnostik :
Waktu koagulasi : adanya pemanjangan faktor koagulasi akan
mempengaruhi
intraoperasi/pascaoperasi
EKG
: Adanya keabnormalan pada hasil EKG
akan mempengaruhi dalam pemberian
anastesi.
2.
Diagnosa keperawatan
Ø
Perubahan
eliminasi urin b.d. Obstruksi mekanikal
: Bekuan darah,edema ; Tekanan dan iritasi kateter/balon ; Hilang tonus kandung
kemih sehubungan dengan distensi berlebihan praoperasi.
Data
Pendukung :
Frekuensi, urgensi, disuria,
inkontinensia, retensi, kandung kemih
penuh,ketidaknyamanan suprapubik.
Hasil yang diharapkan :
Pasian akan memperbaiki pola berkemih yang normal tanpa retensi.
Pasien akan dapat
mengontrol pola berkemih.
Tindakan/ Intervensi :
1.
Kaji pengeluaran urin khususnya selama
irigasi kandung kemih
R/
Retensi dapat terjadi karena edema area bedah, bekuan darah, dan spasme kandung
kemih.
2.
Perhatikan waktu, jumlah berkemih,
setelah kateter dilepas. Perhatikan keluhan rasa penuh kandung kemih;
ketidakmampuan berkemih, urgensi.
R/
Kateter biasanya dilepas 2 5 hari
setelah pembedahan, tetapi keluhan penuh
pada bladder masih tetap terjadi karena
adanya edema pada uretra.
3.
Motivasi pasien untuk berkemih jika ada
keinginan untuk berkemih.
R/
Mencegah terjadinya retensi urin.
4.
Anjurkan pasien untuk minum 3000 ml
setiap hari. Batasi cairan pada malam hari, setelah kateter dilepas.
R/ Mempertahankan hidrasi yang adekuat dan perfusi ginjal
untuk aliran urin.
5.
Instruksikan pasien untuk latihan
perineal, contoh mengencangkan bokong, menghentikan dan memulai aliran urin.
R/ Membantu meningkatkan kontrol kandung kemih/ sfingter,
meminimalkan inkontinensia.
6.
Pertahankan irigasi kandung kemih
secara kontinu sesuai indikasi pad periode pasca operasi.
R/ Mencuci kandung kemih dari bekuan darah dan debris untuk mempertahankan aliran urin.
Ø
Risiko
tinggi kekurangan volume cairan b.d. area bedah vaskuler ; kesulitan mengontrol
perdarahan, pembatasan pemasukan preoperasi
Data
pendukung :
(
Tidak dapat diterapkan : adanya tanda-tanda dan gejala membuat diagnosa aktual )
Hasil yang diharapkan :
Mempertahankan
hidrasi yang dekuat dengn tandavital stabil, ndi perifer teraba , pengisian kapiler baik, membran
mukosa lembab dan keluaran urin tetap serta tidak ada perdarahan aktif.
Tindakan/ Intervensi :
-
Observasi intake dan output
R/
Indikator keseimbangan cairan dan kebutuhan penggantian.
- Observasi
drainase kateter dan perhatikan perdarahan yang berlebihan/ berlanjut.
R/ dengan
mengetahui adanya perdarahan dapat
menentukan intervensi yang diberikan
sebagai evaluasi medik.
-
Observasi tanda-tanda vital
R/
Perubahan tanda-tanda vital akibat perdarahan dapat menunjukan terjadinya syok
hipovolemik.
- Tingkatkan
pemasukan cairan 3000 ml Perhari
kecuali jika ada R/ kontraindikasi membilas ginjal /
kandung kemih dari bakteri dan debris
tetapi dapat mengakibatkan intoksikasi cairan / kelebihan cairan bila tidak diawasi dengan
ketat.
- Observasi hasil
laboratorium sesuai indikasi [
Hb,Ht,jumlah sel darah merah.
R/Berguna dalam mengevaluasi kehilangan darah dan kebutuhan
penggantiannya.
Ø
Risiko
tinggi terhadap infeksi b.d. prosedur invasif : alat selama pembedahan,
kateter, irigasi kandung kemih yang
sering ; trauma jaringan, insisi bedah.
Data
pendukung :
(
tidak dapat diterapkan ; adanya tanda-tanda
dan gejala-gejala membuat diagnosa aktual ).
Hasil
yang diharapkan/ kriteria evaluasi :
Pasien
tidak menunjukan terjadinya tanda-tanda infeksi.
Tindakan/Intervensi
:
-
Berikan perawatan kateter secara
teratur .
R/ Mencegah pemasukan
bakteri dan infeksi.
-
Mengganti balutan dengan sering
R/
balutan yang basah menyebabkan kulit iritasi dan memberikan media untuk
pertumbuhan bakteri.
-
Observasi tanda-tanda vital, tanda-tanda
infeksi
-
Pemberian antibiotik sesuai indikasi
R/
Untuk mencegah terjadinya infeksi.
Ø
Nyeri
( akut ) b.d. iritasi mukosa kandung kemih; refleks spasme otot sehubungan
dengan prosedur bedah dan/atau tekanan dari balon kandung kemih.
Data
pendukung :
Nyeri
spasme kandung kemih
Wajah
meringis,gelisah
Hasil
yang diharapkan :
-
Pasien akan melaporkan nyeri hilang / terkontrol
-
Pasien akan menunjukan penggunaan
ketrampilan relaksasi dan aktivitas teraupetik sesuai indikasi untuk situasi
individu.
-
Pasien akan tampak rileks,
tidur/istirahat dengan tenang.
Tindakan
/ intervensi :
-
Pertahankan posisi kateter. Pertahankan
selang bebas dari lekukan dan bekuan.
R/
Mempertahankan fungsi kateter dan drainase sistem, menurunkan risiko distensi/
spasme kandung kemih.
-
Tingkatkan pemasukan sampai 3000
ml/hari sesuai toleransi.
R/
Menurunkan iritasi dengan mempertahankan aliran cairan secara tetap ke mukosa kandung kemih.
-
Berikan rendam duduk atau lampu
penghangat
R/
Meningkatkan perfusi jaringan dan
perbaikan edema dan meningkatkan penyembuhan.
-
Berikan antispamodik.
R/
Merilekskan otot polos, untuk menurunkan spasme.
Ø
Kurang pengetahuan tentang kondisi,
prognosis, dan kebutuhan pengobatan b.d. Kurang mengingat, salah interpretasi
data ; kurang terpapar terhadap informasi.
Data
Pendukung :
Pasien
selalu menanyakan tentang penyakitnya ; Tidak akurat mengikuti instruksi.
Hasil
yang diharapkan/ Kriteria evaluasi :
Pasien
akan memahami tentang prosedur bedah dan pengobatan,
Pasien
akan akan berpartisipasi dalam program pengobatan.
Pendidikan Kesehatan
1.
Anjurkan pasien untuk meningkatkan
intake nutrisi; dorong pasien untuk konsumsi buah-buahan,meningkatkan diet
tinggi serat
2.
Anjurkan kepada pasien untuk membatasi
aktifitas misalnya menghindari mengangkat beban berat, latihan keras, duduk
yang terlalu lama, memanjat tangga.
3.
Motivasi latihan berkemih
4.
Ajarkan tentang cara perawatan kateter
0 komentar:
Posting Komentar