Disusun
Oleh :
1. FANDIK
PRASETIYAWAN
3A
KEPERAWATAN
STIKES
MUHAMMADIYAH LAMONGAN
TAHUN
AJARAN 2012/2013
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya kepeda kami sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik.Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
Respirasi. Dalam makalah ini kami membahas tentang “Asuhan Keperawatan Klien
dengan Asma “.Dalam menyusun makalah ini penulis banyak mendapat bimbingan
serta motivasi dari beberapa pihak, oleh karenanya kami mengucapkan
Alhamdulillah dan terima kasih kepada
1. Bapak
Budi Utomo Amd.Kep, M.Kes, selaku ketua Stikes Muhammadiyah Lamongan
2. Ilkafah M.Kep, sebagai dosen pembimbing
3. Semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penyusunan makalah ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu penulis membuka diri untuk menerima berbagai masukan dan
kritikan dari semua pihak, Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi
penulis dan pembaca.
Lamongan, 24 September 2012
Penyusun
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Sistem pernafasan merupakan suatu sistem yang penting
bagi kehidupan manusia, maka sistem pernafasan harus di jaga dari patogen –
patogen yang dapat mempengaruhi pernafasan manusia seperti penyakit asma
bronkial. Asma merupakan penyakit
radang kronis umum dari saluran udara yang ditandai dengan gejala variabel dan
berulang, obstruksi aliran udara berlangsung secara reversibel, dan
bronkospasme. Dari tahun ke tahun prevalensi penderita asma semakin
meningkat.Di Indonesia, penelitian pada anak sekolah usia 13-14 tahun dengan
menggunakan kuesioner ISAAC (International
Study on Asthma and Allergy in Children) tahun 1995 menunjukkan,
prevalensi asma masih 2,1%, dan meningkat tahun 2003 menjadi dua kali lipat
lebih yakni 5,2%. Kenaikan prevalensi di Inggris dan di Australia mencapai
20-30%. National Heart, Lung and Blood Institute melaporkan bahwa asma
diderita oleh 20 juta penduduk amerika.
Asma terbukti menurunkan kualitas hidup penderitanya.
Dalam salah satu laporan di Journal of Allergy and Clinical Immunologytahun
2003 dinyatakan bahwa dari 3.207 kasus yang diteliti, 44-51% mengalami batuk
malam dalam sebulan terakhir. Bahkan 28,3% penderita mengaku terganggu tidurnya
paling tidak sekali dalam seminggu. Penderita yang mengaku mengalami
keterbatasan dalam berekreasi atau olahraga sebanyak 52,7%, aktivitas sosial
38%, aktivitas fisik 44,1%, cara hidup 37,1%, pemilihan karier 37,9%, dan
pekerjaan rumah tangga 32,6%. Absen dari sekolah maupun pekerjaan dalam 12
bulan terakhir dialami oleh 36,5% anak dan 26,5% orang dewasa. Selain itu,
total biaya pengobatan untuk asma di USA sekitar 10 milyar dollar per tahun
dengan pengeluaran terbesar untuk ruang emergensi dan perawatan di rumah sakit.
Oleh karena itu, terapi efektif untuk penderita asma berat sangat dibutuhkan.
Dalam
bab selanjutnya akan dibahas mengenai tentang Asma dan pemberian Asuhan Keperawatan
Klien dengan Asma.
1.2
Rumusan Masalah
1.2.1. Bagaimana anatomi fisiologi dari
system pernafasan?
1.2.2. Apa Definisi dari Asma Bronkial?
1.2.3. Apa klasifikasi dari Asma
Bronkial ?
1.2.4. Apa etiologi dari Asma Bronkial?
1.2.5. Apa manifestasi klinis dari Asma
Bronkial?
1.2.6. Bagaimana patofisiologis dari
Asma Bronkial?
1.2.7. Bagaiamana pathway dari Asma
Bronkial?
1.2.8. Bagaimana penatalaksanaan dari
Asma Bronkial?
1.2.9. Bagaimana asuhan keperawatan dari
Asma bronkial?
1.3
Tujuan
1.3.1. Untuk mengetahui anatomi
fisiologi dari system pernafasan
1.3.2. Untuk mengetahui definisi dari
Asma bronkial
1.3.3. Untuk mengetahui etiologi dari
asma bronkial
1.3.4. Untuk mengetahui manifestasi
klinis dari Asma bronkial
1.3.5. Untuk mengetahui patofisiologis
dari Asma bronkial
1.3.6. Untuk mengetahui pathway dari
Asma bronkial
1.3.7. Untuk mengetahui penatalaksanaan
dari Asma bronkial
1.3.8. Untuk mengetahui Asuhan keperawatan dari Asma
bronkial
BAB
2
PEMBAHASAN
2.1 Anatomi fisiologi dari Sistem Pernafasan
Sistem pernafasan terdiri dari komponen berupa saluran
pernafasan yang dimulai dari hidung, pharing, laring, trakea, bronkus,
bronkiolus, alveolus. Saluran pernafasan bagian atas dimulai dari hidung sampai
trakea dan bagian bawah dari bronkus sampai alveolus.
Fungsi utama sistem pernafasan adalah menyediakan oksigen
untuk metabolisme jaringan tubuh dan mengeluarkan karbondioksida sebagai sisa
metabolisme jaringan. Sedangkan fungsi tambahan sistem pernafasan adalah
mempertahankan keseimbangan asam basa dalam tubuh, menghasilkan suara,
memfasilitasi rasa kecap, mempertahankan kadar cairan dalam tubuh serta
mempertahankan keseimbangan panas tubuh.
Tercapainya fungsi utama pernafasan didasarkan pada empat
proses yaitu: ventilasi (keluar masuknya udara pernafasan), difusi (pertukaran
gas di paru-paru), transportasi (pengangkutan gas melalui sirkulasi) dan
perfusi (pertukaran gas di jaringan).
Adapun kondisi yang mendukung dari proses pernafasan
adalah tekanan oksigen atau udara atmosfer harus cukup, kondisi jalan nafas
dalam keadaan normal, kondisi otot pernafasan dan tulang iga harus baik,
ekspansi dan rekoil paru, fungsi sirkulasi (jantung), kondisi pusat pernafasan
dan hemoglobin sebagai pengikat oksigen.
Berikut ini dijelaskan lebih rinci mengenai anatomi dan
fisiologi dari organ-organ pernafasan
1. Hidung
Merupakan saluran pernafasan teratas.
Ditempat ini udara pernafasan mengalami proses yaitu penyaringan (filtrasi),
penghangatan dan pelembaban (humidifikasi). Ketiga proses ini merupakan fungsi
utama dari mukosa respirasi yang terdiri dari epitel thoraks bertingkat,
bersilia dan bersel goblet. Bagian belakang hidung berhubungan
dengan pharing disebut nasopharing.
2. Pharing
Berada di belakang mulut dan rongga nasal.
Dibagi dalam tiga bagian yaitu nasopharing, oropharing, dan laringopharing.
Pharing merupakan saluran penghubung antara saluran pernafasan dan saluran
pencernaan. Bila makanan masuk melalui oropharing, epiglotis akan
menutup secara otomatis sehingga aspirasi tidak terjadi.
3. Laring,
Berada di atas trakea di bawah pharing.
Sering kali disebut sebagai kotak suara karena udara yang melewati daerah itu
akan membentuk bunyi. Laring ditunjang oleh tulang-tulang rawan, diantaranya
yang terpenting adalah tulang rawan tiroid (Adam Apple) yang khas pada pria,
namun kurang jelas pada wanita.Di bawahnya terdapat tulang rawan krikoid yang
berhubungan dengan trakea.
4. Trakea,
Terletak di bagian depan esophagus, dan
mulai bagian bawah krikoid kartilago laring dan berakhir setinggi vertebra
torakal 4 atau 5. Trakea bercabang menjadi bronkus kanan dan kiri. Tempat
percabangannya disebut karina yang terdiri dari 6 – 10 cincin kartilago.
5. Bronkus,
Dimulai dari karina, dilapisi oleh silia
yang berfungsi menangkap partikel-partikel dan mendorong sekret ke atas untuk
selanjutnya dikeluarkan melalui batuk atau ditelan. Bronkus kanan lebih gemuk
dan pendek serta lebih vertikal dibanding dengan bronkus kiri.
6. Bronkiolus,
Merupakan cabang dari bronkus yang dibagi
ke dalam saluran-saluran kecil yaitu bronkiolus terminal dan bronkiolus
respirasi.Keduanya berdiameter ≤ 1 mm. Bronkiolus terminalis dilapisi silia dan
tidak terjadi difusi di tempat ini.Sebagian kecil hanya terjadi pada bronkiolus
respirasi.
7.
Alveolus
Duktus alveolus menyerupai buah anggur dan merupakan
cabang dari bronkiolus respirasi.Sakus alveolus mengandung alveolus yang
merupakan unit fungsional paru sebagai tempat pertukaran gas.Diperkirakan
paru-paru mengandung ± 300 juta alveolus (luas permukaan ± 100 m2)
yang dikelilingi oleh kapiler darah.
Dinding alveolus menghasilkan surfaktan (terbuat dari
lesitin) sejenis fosfolipid yang sangat penting dalam mempertahankan ekspansi
dan rekoil paru.Surfaktan ini berfungsi menurunkan ketegangan permukaan dinding
alveoli. Tanpa surfaktan yang adekuat maka alveolus akan mengalami kolaps.
8. Paru Paru
Paru merupakan jaringan elastis yang dibungkus
(dilapisi) oleh pleura.Pleura terdiri dari pleura viseral yang langsung
membungkus/ melapisi paru dan pleura parietal pada bagian luarnya.Pleura
menghasilkan cairan jernih (serosa) yang berfungsi sebagai lubrikasi.Banyaknya
cairan ini lebih kurang 10 – 15 cc. Lubrikasi dimaksudkan untuk mencegah
iritasi selama respirasi. Peredaran darah ke paru-paru melalui dua pembuluh
darah yaitu : arteri pulmonalis dan arteri bronkialis.
2.2. Definisi
asma bronkial
Asma Bronchial adalah penyakit
saluran nafas yang dapat pulih yang terjadi karena spasme bronkus disebabkan
oleh berbagai sebab misalnya allergen, infeksi dan latihan. (Hudak & Gallo,
1997; 225)
Asma Bronkial adalah inflamasi dari plasma
akut dari otot halus pada bronkus dan bronkiolus dengan peningkatan produksi
dan pelengketan mukus. (Susan Martin Tucker,et.al, 1998; 2215)
Asma Bronkial adalah suatu penyakit
dengan ciri meningkatnya respons trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan
dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya
dapat berubah-ubah, baik secara spontan maupun sebagai hasil pengobatan
(Soeparman, Sarwono Waspadji, 1999; 71)
Asma Bronkial adalah suatu penyakit
yang dikarakteristikkan oleh konstriksi yang dapat pulih dari otot halus
bronkial, hipersekresi mukosa, dan inflamasi mukosa serta edema.Faktor pencetus
termasuk alergen, masalah emosi, cuaca dingin, latihan, obat, kimia, dan
infeksi. (Marilynn E. Doenges, 1999; 152)
Asma Bronkial adalah penyakit jalan
nafas obstruksi intermitten, reversibel dimana trakea dan bronki berespon dalam
secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu yang dimanifestasikan dengan
penyempitan jalan nafas yang mengakibatkan dispnea, batuk, dan mengi. (Brunner
and Suddarth, 2001; 593)
Asma Bronkial adalah penyakit kronik
sistem pernafasan dengan ciri serangan berulang kesulitan dalam bernafas,
wheezing, dan batuk.Selama serangan saluran bronkus kejang, menjadi lebih
sempit dan kurang mampu untuk menggerakkan udara ke paru-paru.Bermacam-macam
benda yang dapat mengakibatkan alergi seperti bulu binatang, debu, polusi atau
makanan tertentu dapat memicu serangan.(Health Dictionary, 2007).
Asma Bronkial adalah penyakit kronis
dengan serangan nafas pendek, wheezing dan batuk dari konstriksi dan membran
mukosa yang bengkak di dalam bronkus (jalan nafas dalam paru-paru).Hal ini
terutama disebabkan oleh alergi atau infeksi saluran pernafasan. Kedua asap
rokok dapat mengakibatkan asma pada anak. (Britannica Concise Encyclopedia, 2007).
Asma Bronkial adalah gangguan
pernafasan ditandai dengan serangan berulang kesulitan bernafas terutama saat
menghembuskan nafas oleh karena peningkatan ketahanan aliran udara melalui
pernafasan bronkeolus. (Sports Science and Medicine, 2007).
Asma Bronkial adalah penyakit kronis
system pernafasan di tandai dengan serangan berkala dari wheezing, nafas pendek
dan rasa sesak di dada.(Columbia Encyclopedia, 2007).
Dari beberapa definisi diatas dapat
disimpulkan bahwa Asma Bronchial adalah penyempitan sebagian dari otot halus
pada bronkus dan bronkiolus yang bersifat reversibel dan disebabkan oleh
berbagai penyebab seperti alergen, infeksi dan latihan.
2.3 Klasifikasi
Berdasarkan
penyebabnya, asma bronkial dapat diklasifikasikan menjadi 3tipe, yaitu :
1. Ekstrinsik (alergik)
Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh
faktor-faktor pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu
binatang, obat-obatan (antibiotic dan aspirin) dan spora jamur. Asma ekstrinsik
sering dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetic terhadap alergi. Oleh karena itu jika ada faktor –
faktor pencetus spesifik seperti yang disebutkan di atas, maka akan terjadi
serangan asma ekstrinsik
2. Instrinsik (non alergik)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi
terhadap pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara
dingin atau bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan
emosi.Serangan asma ini menjadi lebih berat dan seri n sejalan dengan
berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronchitis kronik dan emfisiema.
Beberapa pasien akan mengalami asma gabungan
3. Asma gabungan
Bentuk asma ynag paling umum. Asma ini mempunyai
karakteristik dari bentuk alergik dan non alergik
2.4 Etiologi
Faktor-faktor penyebab dan pemicu asma antara lain
debu rumah dengan tungaunya, bulu binatang, asap rokok, asap obat nyamuk, dan
lain-lain. Beberapa makanan penyebab alergi makanan seperti susu sapi, ikan
laut, buah-buahan, kacang juga dianggap berperanan penyebab asma. Polusi
lingkungan berupa peningkatan penetrasi ozone, sulfur dioksida (SO2), nitrogen
oksid (NOX), partikel buangan diesel, partikel asal polusi (PM10) dihasilkan
oleh industri dan kendaraan bermotor. Makanan produk industri dengan pewarna buatan
(misalnya tartazine), pengawet (metabisulfit), dan vetsin (monosodium
glutamat-MSG) juga bisa memicu asma. Kondisi lain yang dapat memicu timbulnya
asma adalah aktifitas, penyakit infeksi, emosi atau stres.
2.5 Manifestasi Klinis
a)
Tanda
Sebelum
muncul suatu episode serangan asma pada penderita, biasanya akan ditemukan
tanda-tanda awal datangnya asma. Tanda-tanda awal datangnya asma memiliki
sifat-sifat sebagai berikut, yaitu sifatnya unik untuk setiap individu, pada
individu yang sama, tanda-tanda peringatan awal bisa sama, hampir sama, atau
sama sekali berbeda pada setiap episode serangan dan tanda peringatan awal yang
paling bisa diandalkan adalah penurunan dari angka prestasi penggunaan “Preak Flow Meter”.
Beberapa
contoh tanda peringatan awal (Hadibroto & Alam, 2006) adalah perubahan
dalam pola pernapasan, bersin-bersin, perubahan suasana hati (moodiness), hidung mampat, batuk,
gatal-gatal pada tenggorokan, merasa capai, lingkaran hitam dibawah mata, susah
tidur, turunnya toleransi tubuh terhadap kegiatan olahraga dan kecenderungan
penurunan prestasi dalam penggunaan Preak
Flow Meter.
b)
Gejala
1. Gejala Asma Umum
Perubahan
saluran napas yang terjadi pada asma menyebabkan dibutuhkannya usaha yang jauh
lebih keras untuk memasukkan dan mengeluarkan udara dari paru-paru.Hal tersebut
dapat memunculkan gejala berupa sesak napas/sulit bernapas, sesak dada,
mengi/napas berbunyi (wheezing) dan
batuk (lebih sering terjadi pada anak daripada orang dewasa).
Tidak
semua orang akan mengalami gejala-gelaja tersebut. Beberapa orang dapat
mengalaminya dari waktu ke waktu, dan beberapa orang lainya selalu mengalaminya
sepanjang hidupnya.Gelaja asma seringkali memburuk pada malam hari atau setelah
mengalami kontak dengan pemicu asma (Bull & Price, 2007). Selain itu, angka
performa penggunaan Preak Flow Meter menunjukkan
rating yang termasuk “hati-hati” atau “bahaya” (biasanya antara 50% sampai 80%
dari penunjuk performa terbaik individu) (Hadibroto & Alam, 2006).
2.
Gejala Asma Berat
Gejala
asma berat (Hadibroto & Alam, 2006) adalah sebagai berikut yaitu serangan
batuk yang hebat, napas berat “ngik-ngik”, tersengal-sengal, sesak dada, susah
bicara dan berkonsentrasi, jalan sedikit menyebabkan napas tersengal-sengal,
napas menjadi dangkal dan cepat atau lambat dibanding biasanya, pundak
membungkuk, lubang hidung mengembang dengan setiap tarikan napas, daerah leher
dan di antara atau di bawah tulang rusuk melesak ke dalam, bersama tarikan
napas, bayangan abu-abu atau membiru pada kulit, bermula dari daerah sekitar
mulut (sianosis), serta angka performa penggunaan Preak Flow Meter dalam wilayah berbahaya (biasanya di bawah 50%
dari performa terbaik individu).
2.6 Patofisiologi
Pada penyakit asma mengalami respon
imun yang buruk terhadap lingkungan misalnya stres, udara dingin, latihan dan
faktor-faktor lain. Serangan asma merupakan akibat adanya reaksi antigen
antibodi yang menyebabkan dilepaskannya mediator-mediator kimia.Antibodi yang
dihasilkan (IgE) menyerang sel-sel mast dalam paru.Pemajanan ulang terhadap
antigen mengakibatkan ikatan antigen dengan antibodi yang menyebabkan pelepasan
produk sel-sel mast (mediator) seperti histamin, bradikinin, dan prostaglandin
serta anafilaksis dan substansi yang bereaksi lambat (SRS-A). Pelepasan
mediator ini dalam jaringan paru mempengaruhi otot polos dan kelenjar jalan
nafas yang menyebabkan tiga reaksi utama yaitu:
a. Konstriksi otot-otot polos
baik saluran nafas yang besar maupun saluran nafas yang kecil yang menimbulkan
bronkospasme.
b. Peningkatan permeabilitas
kapiler yang berperan dalam terjadinya edema mukosa yang menambah sempitnya
saluran nafas lebih lanjut.
c. Peningkatan sekresi kelenjar mukosa dan
peningkatan produksi mukus.
2.7
PATHWAY
Rangsangan
non imunologi Rangsangan
imunologi
(virus,infeksi,fisik,mekanis) (antigen)
Sel mast
Sel epitel
Sel makrofag
Sel
eosinophil
Sel limfosit
Sel saraf
otonom mediator
keradangan
-
Reflex akson otot poloskontraksi
-
Neuropeptide kemotaksis
Respon
granulostik
Netrofil
Eosinophil
Basophil
Activated
mononuculer cells
Makrofag
Limfosit
Mediator keradangan
Sembah saluran nafas
Keradanngan
sel
Sekresi
mukosa
Permealibilitas
mukosa
Dan pembuluh darah
Airway
hypereponsiveness
ASMA
2.8 Penatalaksanaan
Prinsip
umum pengobatan asma bronchial adalah :
a.
Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segera.
b. Mengenal dan
menghindari faktor-faktor yang dapat mencetuskan serangan asma
c.
Memberikan penerangan kepada penderita ataupun keluarganya mengenai penyakit
asma, baik pengobatannya maupun tentang perjalanan penyakitnya sehingga
penderita mengerti tujuan pengobatan yang diberikan dan bekerjasama dengan
dokter atau perawat yang merawatnya.
Pengobatan
pada asma bronkial terbagi 2, yaitu:
a.
Pengobatan non farmakologik:
-
Memberikan penyuluhan.
-
Menghindari faktor pencetus.
-
Pemberian cairan.
-
Fisiotherapy.
-
Beri O2 bila perlu.
b.
Pengobatan farmakologik :
1)
Bronkodilator
: obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam 2 golongan
:
a)
Simpatomimetik/ adrenergik (Adrenalin dan efedrin)
Nama
obat :
-
Orsiprenalin (Alupent)
-
Fenoterol (berotec)
-
Terbutalin (bricasma)
Obat-obat
golongan simpatomimetik tersedia dalam bentuk tablet, sirup, suntikan dan
semprotan. Yang berupa semprotan: MDI (Metered dose inhaler). Ada juga yang
berbentuk bubuk halus yang dihirup (Ventolin Diskhaler dan Bricasma Turbuhaler)
atau cairan broncodilator (Alupent, Berotec, brivasma serta Ventolin) yang oleh
alat khusus diubah menjadi aerosol (partikel-partikel yang sangat halus) untuk
selanjutnya dihirup.
2)
Santin (teofilin)
Nama
obat :
-
Aminofilin (Amicam supp)
-
Aminofilin (Euphilin Retard)
-
Teofilin (Amilex)
Efek
dari teofilin sama dengan obat golongan simpatomimetik, tetapi cara kerjanya
berbeda. Sehingga bila kedua obat ini dikombinasikan efeknya saling memperkuat.
Cara
pemakaian : Bentuk suntikan teofillin / aminofilin dipakai pada serangan asma
akut, dan disuntikan perlahan-lahan langsung ke pembuluh darah. Karena
sering merangsang lambung bentuk tablet atau sirupnya sebaiknya diminum sesudah
makan. Itulah sebabnya penderita yang mempunyai sakit lambung sebaiknya
berhati-hati bila minum obat ini. Teofilin ada juga dalam bentuk suppositoria
yang cara pemakaiannya dimasukkan ke dalam anus. Supositoria ini digunakan jika
penderita karena sesuatu hal tidak dapat minum teofilin (misalnya muntah atau
lambungnya kering).
3)
Kromalin
Kromalin
bukan bronkodilator tetapi merupakan obat pencegah serangan asma.Manfaatnya
adalah untuk penderita asma alergi terutama anak-anak. Kromalin biasanya
diberikan bersama-sama obat anti asma yang lain, dan efeknya baru terlihat
setelah pemakaian satu bulan.
4)
Ketolifen
Mempunyai
efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin.Biasanya diberikan dengan dosis
dua kali 1mg / hari.Keuntungan obat ini adalah dapat diberikan secara oral.
(Dudut
Tanjung., Skp, 2007)
ASUHAN
KEPERAWATAN KLIEN DENGAN ASMA BRONKIAL
1.1 PENGKAJIAN
a) Identitas
klien
1. Nama
2. Usia
3. Jenis
kelamin
4. Agama
5. Alamat
6. Penanggung
jawab
7. Tanggal
masuk RS
8. Tanggal
pengkajian
b) Keluhan
utama
Batuk, nafas pendek
c) Riwayat
penyakit sekarang
Keluhan sesak nafas,
keringat dingin
d) Riwayat
penyakit dahulu
Apakah klien pernah
mengalami penyakit seperti yang dialaminya sekarang
e) Riwayat
penyakit keluarga
Apakah anggota keluarga
sebelumnya ada yang pernah mengalami sakit seperti penyakit klien.
1.2 PEMERIKSAAN
FISIK
Dada
Inspeksi
1. Dada
posterior dengan posisi duduk
2. Membandingkan
dada kanan dan kiri dari atas ke bawah
3. Kulit
Thorax : Hangat, pucat, dan kondisi lesi, masa dan gangguan tulang belakang
kifosis,lordosis,scoliosis
4. Catat
jumlah jumlah irama, kedalaman, dan kesimetrisan pergerakan dada
5. Tipe
pernafasan
6. Kelainan
bentuk dada
Palpasi
1. Temperature
kulit
2. Premitus
: pibrasi dada
3. Pengembangan
dada
4. Krepitasi
5. Masa
6. Edema
Perkusi
ü Normal
1. Reasonon
2. Dullness
3. Tympany
ü Abnormal
1. Hiperresonan
2. Flatness
Auskultasi
1. Vaskuler
2. Broncho
vesikuler
3. Hyper
ventilasi
4. Ronchi
5. Whizzing
6. Lokasi
dan perubahan suara napas serta kapan saat terjadinya
1.3 PEMERIKSAAN
LABORATORIUM
1. Pemeriksaan
sputum
Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya :
·
Kristal-kristal charcot leyden yang
merupakan degranulasi dari Kristal eosinophil
·
Spiral curshman yakni yang merupakan
cast cell (sel cetakan) dari cabang bronkus
·
Creole yang merupakan fragmen dari
epitel bronkus
·
Netrofil dan eosinophil yang terdapat
pada sputum, umumnya bersifat mukoid dengan viskositas yang tinggi dan
terkadang terdapat mucus plug
2. Pemeriksaan
darah
·
Analisa gas darah pada umumnya normal
akan tetapi dapat pula terjadi hipoksemia, hiperkapnia atau asidosis
·
Kadang pada darah terdapat peningkatan
dari SGOT dan LDH
·
Hiponatremia dan kadar leukosit kadang –
kadang di atas 15.000/mm3 dimana menandakan terdapatnya suatu infeksi
·
Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi
terjadi peningkatan dari Ig E pada waktu serangan dan menurun pada waktu bebas
dari serangan
1.3 PEMERIKSAAN
PENUNJANG
1. Pemeriksaan
radiolgi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya
normal.pada waktu serangan menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru yakni
radiolusen yang bertambah dan pelrburan rongga intercostalis,serta diafragma
yang menurun.akan tetapi bila terdapat komplikasi,maka kelainan yang didapat
adalahsebagai berikut:
·
Bila disertai denga bronchitis,maka
bercak-bercak dihilus akan bertambah.
·
Bila terdapat komplikasi empisema
(COPD),maka gambaran radiolusen akan semakin bertambah.
·
Bila terdapat komplikasi,maka terdapat
gambaran infiltrate pada paru.
·
Dapat pula menimbulkan gambaran
atelectasis lokal.
·
Bila terjadi pneumonia
mediastinum,pneumotoraks,dan pneumoperikardium,maka dapat dilihat bemtuk
gambaran radiolusen pada paru.
2. Pemeriksaan
tes kulit
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan
berbagai allergen yang dapat menimbulkan reaksi yan positif pada asma.
3. Elektrokardiografi
gambaran
elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi 3
bagian,dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada empisema paru yaitu:
·
Perubahan aksis jantung,yakni pada
ummnya
Terjadi
right axis deviasi dan clock wise rotation.
·
Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot
jantung,yakni terdapat RBB (right bundle branch block).
·
Tanda-tanda hipoksemia,yakni terdapat
sinus tachycardia,SVES,dan VES atau terjadinya depresi segmen ST negative.
4. Scanning
paru
Dengan scanning paru melalui
inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara selama serangan asma tidak
menyeluruh pada paru.
5. Spirometri
Untuk menunjukan adanya obstruksi jalan nafas
reversible,cara yang cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon
pengobatan dengan bronkodilator.
1.4 ANALISA DATA
NO
|
Data
penunjang
|
Etiologi
|
Masalah
|
1.
|
DS
: pasien mengeluh sukar bernafas, sesak dan anoreksia
DO
: Dispnea parah dg ekspirasi memanjang disertai wheezing
|
Peningkatan
produksi secret, bronchospasme, menurunnya energy
|
Tidak
efektifnya kebersihan jalan nafas
|
2.
|
DS
: pasien mengaluh sesak nafas,nyeri dada,batuk,gelisah
DO
: Klien nampak Sesak nafas (+)
· Klien Memegang dadanya,
Penggunaan otot Bantu pernapasan
· klien batuk – batuk
· Ekspresi wajah gelisah
|
Kurangnya
suplai O2, bronchospasme, obstruksi jalan nafas oleh secret destruksi alveoli
|
Gangguan
pertukaran gas
|
3.
|
DS
:pasien mengeluh nafsu makan menurun
DO
:pasien Nampak kesultan waktu menelan
|
Dispnea,
fatique, efek samping pengobatan produksi sputum, anoreksia, nausea/vomiting
|
Nutrisi
kurang dari kebutuhan
|
1.5 DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Tidak
efektifnya kebersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi
secret bronchospasme, menurunnya energy
2. Gangguan
pertukaran gas berhubungan dengan kurangnya suplai O2 bronchospasme, obstruksi
jalan nafas oleh secret destruksi alveoli
3. Nutrisi
kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
Dispnea, fatique, efek samping pengobatan produksi sputum, anoreksia,
nausea/vomiting
1.6 FORMAT RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
NO
|
Diagnosa
Kep.
|
Tujuan
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
|
Tidak
efektifnya kebersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi
secret bronchospasme, menurunnya energy
|
Tujuan
:
Jalan
nafas kembali efektif setelah diberikan perawatan selama 2 hari
KH
:
1.
Demam menurun
2.
Tidak ada cemas
3.
RR : normal
4.
Irama nafas normal
5.
Pergerakan sputum keluar dari
jalan nafas
6.
Bebas dari suara nafas tambahan
|
1.
Auskultasi bunyi nafas catat
adanya wheezing, ronchi
2.
Kaji frekuensi pernafasan catat
rasio inspirasi dan ekspirasi
3.
Kaji pasien untuk posisi yang
aman, misalnya peninggian kepala, tidak duduk pada sandaran
4.
Observasi karakteristik batuk
menetap, batuk pendek, basah. Bantu tindakan untuk keafektifan memperbaiki
upaya batuk
5.
Berikan air hangat
6.
Kolaborasi obat sesuai indikasi
bronkodilator Spiriva 1x1 (inhalasi)
|
1.
Beberapa derajat spasme bronkus
terjadi dengan obstruksi jalan nafas, bunyi nafas redup dengan ekspirasi
mengitak ada fungsi nafas (asma berat)
2.
Takipnea biasanya ada pada
beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan setelah stress/ adanya
proses infeksi akut. Pernafasan dapat 5melambat dan frekuensi ekspirasi
memanjang di banding inspirasi
3.
Peninggian kepala mempermudah
fungsi pernafasan dengan menggunakan gravitasi
4.
Batuk dapat menetap tetapi tidak
efektif, khususnya pada klien lansia, sakit akut/kelemahan
5.
Penggunaan cairan hangat dapat
menurunkan spasme bronkus
6.
Membebaskan spasme jalan
nafas,mengi dan produksi mucus
|
2.
|
Gangguan
pertukaran gas berhubungan dengan kurangnya suplai O2 bronchospasme,
obstruksi jalan nafas oleh secret destruksi alveoli
|
Tujuan
:
Pertukaran
gas adekuat setelah diberikan perwatan selama 3 hari
KH
:
1.
Bernafas dengan mudah
2.
Tidak ada sianosis, saturasi O2
dalam batas normal
|
1.
Kaji frekuensi kedalaman
pernafasan dan ekspansi dada. Catat upaya pernafasan termasuk penggunaan otot
bantu pernafasan/ pelebaran nasal
2.
Auskultasi bunyi nafas dan catat
adanya bunyi nafas seperti mengi, ronchi
3.
Tinggikan kepala dan bantu
mengubah posisi
4.
Observasi pola batuk dan karakter
secret
5.
Dorong/bantu pasien dalam nafas dan
latihan batuk
6.
Kolaborasi
Berikan tambahan O2
Berikan terapi
nebulizer
|
1.
Kecepatan biasanya mencapai
kedalaman pernafasan bervariasi tergantung derajat gagal nafas. Expansi dada
terbatas yang berhubungan dengan atelectasis dan atau nyeri dada
2.
Ronki dan mengi menyertai
obstruksi jalan nafas/ kegagalan pernafasan
3.
Duduk tinggi memungkinkan
ekspansi paru dan memudahkan pernafasan
4.
Kongesti alveolar mengakibatkan
batuk sering/iritasi
5.
Dapat meningkatkan/ banyaknya
sputum dimana gangguan ventilasi dan ditambah ketidaknyamanan upaya bernafas
6.
Memaksimalkan bernafas dan
menurunkan kerja nafas, memberikan kelembapan pada membrane mukosa dan
membantu pengurangan secret.
|
3
|
Nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan dyspnea, fatigue, efek samping
pengobatan produksi sputum, anorexsia, nausea/ vomiting.
|
Tujuan
:
Kebutuhan
nutrisi dapat terpenuhi secara adekuatsetelah diberikan perawatan selama 2
hari.
KH:
Keadaan
umum baik, mukosa bibir lembab, nafsu makan baik, tekstur kulit baik, klien
menghabiskan porsi makan yang disediakan, bising usus 6-12 kali/menit, BB dalam batas normal.
|
1.
Kaji status nutrisi klien
(tekstur, kulit, rambut, konjunktiva)
2.
Jelaskan pada klien tentang
pentingnya nutrisi bagi tubuh
3.
Timbang BB dan TB
4.
Anjurkan klien minum air hangat
saat makan
5.
Anjurkan klien makan sedikit
–sedikit tapi sering
6.
Kolaborasi
-
Konsul dengan tim gizi/ tim
pendukung gizi
-
Berikan obat sesuai indikasi
-
Vit. B squrb 2x1
-
Antiemetic rantis 2x1
|
1.
Menentukan dan membantu dalam
intervensi lanjutnya
2.
Pastikan pengetahuan klien dapat
menaikkan partisi bagi klien dalam asuhan keperawatan
3.
Penurunan BB yang signifikan
merupakan indicator kurangnya nutrisi
4.
Air hangat dapat mengurangi mual
5.
Memenuhi kebutuhan nutrisi klien
6.
Menentukan kalori individu dan
kebutuhan nutrisi dalam pembatasan
-
Defisiensi vitamin dapat terjadi
bila protein dibatasi
-
Untuk menghilangkan muntah/ mual
|
1.7 EVALUASI
a. Jalan
nafas kembali efektif
b. Pola
nafas kembali efektif
c. Kebutuhan
nutrisi dapat terpenuhi
d. Klien
dapat melakukan aktivitas sehari – hari secara mandiri
e. Pengetahuan
klien tentang proses penyakit menjadi bertambah
DAFTAR PUSTAKA
Brunner
& suddart (2002) “buku ajar keperawatan medical- bedah”, Jakarta :AGC
Alsagaff & Mukty Abdul (2006) “Dasar-dasar Ilmu
Penyakit Paru”, Surabaya:Airlangga University Press
Price,
S & Wilson, L. M. (1995) “Patofisiologi : Konsep Klinik proses-proses
penyakit”, Jakarta: EGC
0 komentar:
Posting Komentar