ASKEP ANAK DENGAN
ENCEPHALITIS
DI RUANG ANAK RSUD Dr.
SOETOMO
SURABAYA
I. Pengertian
Ensefalitis
adalah infeksi yang mengenai CNS yang disebabkan oleh virus atau mikro
organisme lain yang non purulent.
II.
Patogenesis
Ensefalitis
Virus masuk tubuh pasien
melalui kulit,saluran nafas dan saluran cerna.setelah masuk ke dalam
tubuh,virus akan menyebar ke seluruh tubuh dengan beberapa cara:
·
Setempat:virus
alirannya terbatas menginfeksi selaput lendir permukaan atau organ tertentu.
·
Penyebaran
hematogen primer:virus masuk ke dalam darah
Kemudian
menyebar ke organ dan berkembang biak di organ tersebut.
·
Penyebaran
melalui saraf-saraf : virus berkembang biak di
Permukaan
selaput lendir dan menyebar melalui sistem saraf.
Masa Prodromal berlangsung
1-4 hari ditandai dengan demam, sakit kepala, pusing, muntah, nyeri
tenggorokan, malaise, nyeri ekstremintas dan pucat .
Gejala lain berupa gelisah,
iritabel, perubahan perilaku, gamgguan kesadaran, kejang.
Kadang-kadang disertai
tanda Neurologis tokal berupa Afasia, Hemifaresis, Hemiplegia, Ataksia,
Paralisis syaraf otak.
Penyebab Ensefalitis:
Penyebab
terbanyak : adalah virus
Sering : -
Herpes simplex
- Arbo virus
Jarang : - Entero virus
- Mumps
- Adeno virus
Post Infeksi : - Measles
- Influenza
- Varisella
Post Vaksinasi : -
Pertusis
Ensefalitis supuratif akut
:
Bakteri penyebab
Esenfalitis adalah : Staphylococcusaureus,Streptokok,E.Coli,Mycobacterium dan
T. Pallidum.
Ensefalitis virus:
Virus yang menimbulkan
adalah virus R N A (Virus Parotitis) virus morbili,virus rabies,virus rubella,virus
denque,virus polio,cockscakie A,B,Herpes Zoster,varisela,Herpes
simpleks,variola.
Gejala-Gejala yang mungkin
terjadi pada Ensefalitis :
-
Panas
badan meningkat ,photo fobi,sakit kepala ,muntah-muntah lethargy ,kadang
disertai kaku kuduk apabila infeksi mengenai meningen.
-
Anak
tampak gelisah kadang disertai perubahan tingkah laku. Dapat disertai gangguan
penglihatan ,pendengaran ,bicara dan kejang.
III.
PENGKAJIAN
1.
Identitas
Ensefalitis dapat terjadi
pada semua kelompok umur.
2.
Keluhan
utama
Panas badan meningkat,
kejang, kesadaran menurun.
3.
Riwayat
penyakit sekarang
Mula-mula anak rewel
,gelisah ,muntah-muntah ,panas badan meningkat kurang lebih 1-4 hari , sakit
kepala.
4.
Riwayat
penyakit dahulu
Klien sebelumnya menderita
batuk , pilek kurang lebih 1-4 hari, pernah menderita penyakit Herpes, penyakit
infeksi pada hidung,telinga dan tenggorokan.
5.
Riwayat
Kesehatan Keluarga
Keluarga ada yang menderita
penyakit yang disebabkan oleh virus contoh : Herpes dll. Bakteri contoh :
Staphylococcus Aureus,Streptococcus , E , Coli ,dll.
6.
Imunisasi
Kapan terakhir diberi
imunisasi DTP
Karena ensefalitis dapat
terjadi post imunisasi pertusis.
-
Pertumbuhan
dan Perkembangan
IV.
POLA-POLA
FUNGSI KESEHATAN
1.
Pola
persepsi dan tata laksana hidup sehat
a.
Kebiasaan
sumber air yang
dipergunakan dari PAM atau sumur ,kebiasaan buang air besar di WC,lingkungan
penduduk yang berdesakan (daerah kumuh)
b.
Status
Ekonomi
Biasanya menyerang klien
dengan status ekonomi rendah.
2.
Pola
Nutrisi dan Metabolisme
a.
Menyepelekan
anak yang sakit ,tanpa pengobatan yang semPemenuhan Nutrisi
Biasanya klien dengan gizi
kurang asupan makana dan cairan dalam jumlah kurang dari kebutuhan tubuh.,
b.
Pada
pasien dengan Ensefalitis biasanya ditandai
Dengan adanya mual, muntah,
kepalah pusing, kelelahan.
.
c.
Status
Gizi yang berhubungan dengan keadaan tubuh.
Postur tubuh biasanya kurus
,rambut merah karena kekurangan vitamin A,berat badan kurang dari normal.
Menurutrumus dari BEHARMAN
tahun 1992 ,umur 1 sampai 6 tahun
Umur (dalam tahun) x 2 + 8
Tinggi badan menurut
BEHARMAN umur 4 sampai 2 x tinggi badan lahir.
Perkembangan badan biasanya
kurang karena asupan makanan yang bergizi kurang.
Pengetahuan tentang
nutrisi biasanya pada orang tua anak
yang kurang pengetahuan tentang nutrisi.
Yang dikatakan gizi kurang
bila berat badan kurang dari 70% berat badan normal.
3.
Pola
Eliminasi
a. Kebiasaan Defekasi
sehari-hari
Biasanya pada pasien
Ensefalitis karena pasien tidak dapat melakukan mobilisasi maka dapat terjadi
obstipasi.
b. Kebiasaan Miksi sehari-hari
Biasanya pada pasien
Ensefalitis kebiasaan mictie normal frekuensi normal.
Jika kebutuhan cairan
terpenuhi.
Jika terjadi gangguan
kebutuhan cairan maka produksi irine akan menurun ,konsentrasi urine pekat.
4.
Pola
tidur dan istirahat
Biasanya pola tidur dan
istirahat pada pasien Ensefalitis biasanya tidak dapat dievaluasi karena pasien
sering mengalami apatis sampai koma.
5.
Pola
Aktivitas
a Aktivitas sehari-hari : klien biasanya
terjadi gangguan karena bx Ensefalitis dengan gizi buruk mengalami kelemahan.
b Kebutuhan gerak dan latihan : bila terjadi
kelemahan maka latihan gerak dilakukan latihan positif.
Upaya pergerakan
sendi : bila terjadi atropi otot pada px gizi buruk maka dilakukan latihan
pasif sesuai ROM
Kekuatan otot berkurang
karena px Ensefalitisdengan gizi buruk .
Kesulitan yang
dihadapi bila terjadi komplikasi ke jantung ,ginjal ,mudah terkena infeksi ane
berat,aktifitas togosit
turun ,Hb turun ,punurunan kadar albumin serum ,gangguan pertumbuhan.
6.
Pola
Hubungan Dengan Peran
Interaksi dengan
keluarga / orang lain biasanya pada klien
dengan Ensefalitis kurang karena kesadaran klien menurun mulai dari apatis
sampai koma.
7.
Pola
Persepsi dan pola diri
Pada klien Ensenfalitis
umur > 4 ,pada persepsi dan konsep diri
Yang meliputi Body Image
,seef Eslum ,identitas deffusion deper somalisasi belum bisa menunjukkan
perubahan.
8.
Pola
sensori dan kuanitif
a. Sensori
-
Daya penciuman -
Daya rasa
- Daya raba
- Daya penglihatan
-
Daya pendengaran
9. Pola Reproduksi Seksual
Bila
anak laki-laki apakah testis sudah turun ,fimosis tidak ada.
10. Pola penanggulangan Stress
Pada pasien
Ensefalitis karena terjadi gangguan kesadaran
:
- Stress fisiologi à biasanya anak hanya dapat
mengeluarkan
air mata saja ,tidak bisa menangis
dengan keras (rewel) karena terjadi afasia.
-
Stress
Psikologi tidak di evaluasi
11. Pola Tata Nilai dan Kepercayaan
Anak umur 3-4 tahun belumbisa dikaji
PEMERIKSAAN LABORATORIUM /
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Gambaran
cairan serebrospinal dapat dipertimbangkan meskipun tidak begitu membantu.
Biasanya berwarna jernih ,jumlah sel 50-200 dengan dominasi limfasit. Kadar
protein kadang-kadang meningkat, sedangkan glukosa masih dalam batas normal.
Gambaran EEG memperlihatkan
proses inflamasi difus (aktifitas lambat bilateral).Bila terdapat tanda klinis
flokal yang ditunjang dengan gambaran EEG atau CT scan dapat dilakukan biopal
otak di daerah yang bersangkutan. Bila tidak ada tanda klinis flokal, biopsy
dapat dilakukan pada daerah lobus temporalis yang biasanya menjadi predileksi
virus Herpes Simplex.
DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG SERING TERJADI
1.
Resiko
tinggi infeksi b/d daya tahan terhadap infeksi turun.
2.
Resiko
tinggi perubahan peR/usi jaringan b/d Hepofalemia, anemia.
3.
Resiko
tinggi terhadap trauma b/d aktivitas kejang umu.
4.
Nyeri
b/d adanya proses infeksi yang ditandai dengan anak menangis, gelisah.
5.
Gangguan
mobilitas b/d penurunan kekuatan otot yang ditandai dengan ROM terbatas.
6.
Gangguan
asupan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual muntah.
7.
Gangguan
sensorik motorik (penglihatan, pendengaran, gaya bicara) b/d kerusakan susunan
saraf pusat.
8.
Gangguan
rasa nyaman berhubungan dengan sakit kepala mual.
9.
Resiko
gangguan integritas kulit b/d daya pertahanan tubuh terhadap infeksi turun.
10.
Resiko
terjadi kontraktur b/d spastik berulang.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
I.
Resiko tinggi infeksi b/d
daya tahan tubuh terhadap infeksi turun
Tujuan:
-
tidak terjadi infeksi
Kriteria hasil:
-
Masa penyembuhan tepat waktu tanpa bukti penyebaran infeksi
endogen
Intervensi
1.
Pertahanan
teknik aseptic dan teknik cuci tangan yang tepat baik petugas atau pengunmjung.
Pantau dan batasi pengunjung.
R/.
menurunkan resiko px terkena infeksi sekunder . mengontrol penyebaran Sumber
infeksi, mencegah pemajaran pada individu yang mengalami nfeksi saluran nafas
atas.
2.
Abs.
suhu secara teratur dan tanda-tanda klinis dari infeksi.
R/. Deteksi dini
tanda-tanda infeksi merupakan indikasi perkembangan
Meningkosamia .
3.
Berikan
antibiotika sesuai indikasi
R/.
Obat yang dipilih tergantung tipe infeksi dan sensitivitas individu.
DIAGNOSA KEPERAWATAN II
Resiko tinggi terhadap
trauma b/d aktivitas kejang umum
Tujuan :
-
Tidak
terjadi trauma
Kriteria
hasil :
-
Tidak
mengalami kejang / penyerta cedera lain
Intervensi :
1. Berikan pengamanan pada pasien dengan
memberi bantalan,penghalang tempat tidur tetapn terpasang dan berikan
pengganjal pada mulut, jalan nafas tetap bebas.
R/. Melindungi
px jika terjadi kejang , pengganjal mulut agak lidah tidak
Tergigit.
Catatan: memasukkan pengganjal mulut
hanya saat mulut relaksasi.
2. Pertahankan tirah baring
dalam fase akut.
R/. Menurunkan resiko
terjatuh / trauma saat terjadi vertigo.
3. Kolaborasi.
Berikan obat sesuai
indikasi seperti delantin, valum dsb.
R/. Merupakan indikasi untuk penanganan dan pencegahan kejang.
4. Abservasi tanda-tanda vital
R/. Deteksi diri terjadi
kejang agak dapat dilakukan tindakan lanjutan.
DIAGNOSA KEPERAWATAN III
Resiko terjadi kontraktur
b/d kejang spastik berulang
Tujuan :
-
Tidak
terjadi kontraktur
Ktiteria
hasil :
-
Tidak
terjadi kekakuan sendi
-
Dapat
menggerakkan anggota tubuh
Intervensi
1. Berikan penjelasan pada ibu
klien tentang penyebab terjadinya spastik ,
Terjadi kekacauan sendi.
R/ . Dengan diberi
penjelasan diharapkan keluarga mengerti dan mau
Membantu program perawatan .
2. Lakukan latihan pasif mulai
ujung ruas jari secara bertahap
R/ Melatih melemaskan otot-otot, mencegah
kontraktor
3. Lakukan perubahan posisi
setiap 2 jam
R/ Dengan melakukan perubahan posisi
diharapkan peR/usi ke
Jaringan lancar, meningkatkan daya
pertahanan tubuh .
4. Observasi gejala kaerdinal
setiap 3 jam
R/ Dengan melakukan observasi dapat melakukan
deteksi dini bila
Ada kelainan dapat dilakukan inteR/ensi
segera
5. Kolaborasi untuk pemberian
pengobatan spastik dilantin / valium sesuai
Indikasi
R/ Diberi dilantin / valium ,bila terjadi
kejang spastik ulang
DAFTAR PUSTAKA
Laboratorium
UPF Ilmu Kesehatan Anak, Pedoman Diagnosis dan Terapi,
Fakultas Kedokteran UNAIR
Surabaya, 1998
Ngastiyah,
Perawatan Anak Sakit, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta,
1997.
Rahman M, Petunjuk Tentang
Penyakit, Pemeriksaan Fisik dan
Laboratorium,
Kelompok Minat Penulisan Ilmiah Kedokteran
Salemba,
Jakarta, 1986.
Sacharian,
Rosa M, Prinsip Keperawatan Pediatrik, Edisi 2 Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta ,1993.
Sutjinigsih
(1995), Tumbuh kembang Anak, Penerbit EGC, Jakarta.
PATO FISIOLOGI ENSEFALISTIS
Virus /
Bakteri
Mengenai
CNS
Insevalitis
Tik Kejaringan
Susu Non Saraf Pusat Panas/Sakit kepala
Muntah-
muntah Kerusakan-
kerusakan susunan Rasa Nyaman
Mual Saraf Pusat
BB
Turun
-
Gangguan Penglihatan Kejang Spastik
- Gangguan Bicara
Nutrisi
Kurang - Gangguan
Pendengaran Resiko Cedera
- Kekemahan Gerak Resiko Contuaktur
- Gangguan
Sensorik
Motorik
PATO FISIOLOGI GIZI KURANG
Asupan
Makanan Kurang
Defisiensi Protein Energi ( EDP ) Defisiensi
Vitamin A
gangguan
Penurunan keadaan aktivitas Hb sintensis ennim
pertumbuhan albumin fagosit
BB
rendah oediem/asites Daya tahan thd anemia ganguan Pencernaan
Infeksi dan
metabolisme
Gangguan
Pengankutan O2
Nutrisi gangguan integritas mudah infeksi gangguan nutrisi
Kurang kulit /terkena infeksi
I. Pengkajian tanggal 16-07-2001
Nama : an . K
Jenis
kelamin : Laki-laki
Tempat dan tgl lahir : Surabaya
,28-9-1997
Umur : 3th,
10 bulan
Anak ke : II
Nama Ayah : Tn.
Lr
Nama Ibu : Ny.
N
Pendidikan Ayah : S.M.P
Pendidikan Ibu : S D.
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Alamat : Kedurus
IV A/ 20
Tgl masuk : 7-7-2001
Diagnosa medis : Ensefalistis
+ gizi kurang
Sumber informasi : Ibu
pasien
II.
Riwayat Keperawatan.
1.1
Riwayat
keperawatan penyakit sekarang
Mulai
tgl 29-06 panas badan meningkat,napsu makan menurun makan mau kurang lebih 2 sendok, dibawah ke.
Puskesmas tidak sembuh. Tgl 01-07. keluar gabagan ,panas mulai tiurun .tgl
04-07kejang dibawah ke RS. sumber kasih àMRS terus tgl 07-07 di rujuk MRS ke RS Dr
soetomo,R Anak.
1.2
Keluhan
Utama
Pasien
mengalami kejang spastik selama kurang lebih 10 menit dan kurang lebih 4x /
jam.
1.3
Upaya
untuk mengatasi
Selama
kejang spastik di RS mendapatkan terapi :
-
O2
nasal prong 2 lpm
-
Delantin
3x 25 mg per oral (sonde)
-
K.P
valiun
2. Riwayat keperawatan sebelunya
2.1
Prenatal
2.2
Natel
: umur kehamilan 9 bulan lahir spontan BB lahir 3 kg, Pb 50 cm, waktu lahir
anak segera menangis, napas spontan
2.3
Aler
gi
Menurut
ibunya klien belum pernah alergi terhadap makanan maupun minuman
2.4
Tumbuh
kembang
Anak
mulai berjalan umur 1 th, duduk umur 8 bl, tengkurap
Umur
4 bl, 9 bl sudah ngoceh, 1 th mulai berbicara mama,
Papa,
dada sebelum sakit
2.5
Imunisasi
: siudah lengkap
Bcrl
1x, Dtp 3x, Polio 4x, Campak 1x, Hepatitis 2x belum boster
2.6
Status
Gizi
B.B
sebelum sakit 15 kg
Saat
ini BB 11,9 kg
Seharusnya
BB : 2x 310+8= 15,8 kg
Jadi
11,9kg / 15,8 kg = 75,3 %= gizi kurang.
3. Riwayat
Kesehatan keluarga.
3.1
Komposisi
keluarga
Keluarga
yang tinggal dalam rumah adalah ayah, ibu dan tiga orang anaknya.
Sebelum
klien sakit kakaknya sakit dahulu.
Riwayat
penyakit keturunan (kencing manis,Hipertensi,jantung, penyakit jiwa,tidak ada)
3.2
Lingkungan
Rumah dan Komunitas
Keadaan
rumar bersih tapi ukuran kecil ukuran 3x5 m dihuni 5 orang lantai tekel biasa.
Kebiasaan
mandi dengan air sumur, cuci baju, cuci piring, dll dengan air sumur.
Sumber
air minum dari PDAM mempunyai kamar mandi dan wc sendiri.
Selokan
sekitar rumah lancar, mengalir dengan baik. Rumah berdekatan dengan tetangga.
4. Pengkajian dengan pendekatan pola
1.
Pola
persepsi dan tata laksana hidup sehat
Persepsi
ibu tentang hidup sehat adalah keluarga tidak sulit
Dan
menyangkut pemberian makanan yang bergizi 4 sehat
5
lima sempurna.
2.
Pola
nutrisi dan metabolisme
1.
Pemenuhan
nutrisi .
Saat
ini anak tidak dapat menelan , tidak dapat makan / minum peroral . karena
terjadi paralysis
Pada
nekvius vagus sehingga terjadi gangguan proses
menelan .
Makan dan minum per-sonde , yang terdiri dari:
3x100 cc tem sonde .
1x1cc juice buah .
5x1cc susu dancow .
2. Status Gizi.
Yang berhubungan dengan ,keadaan
tubuh .
-postur tubuh, kurus , anak
dalam keadaan gizi
kurang : 75,3%
dari BB normal, LLA13,5 cm
seharusnya 16 cm. BB 11,9 kg. Seharusnya 15,8
kg
- Ubun-ubun sudah menutup / tidak cekung mulai umur
18 bulan.
- Turgok normal,mulutagak kering
dan pecah-pecah
3. Pala eliminasi.
1.
Kebiasaan defikasi terjadi gangguan frekuensi 1x
sehari faeces keras,warna kuning bau normal.
Upaya untuk mengatasi kesulitan untuk
defikasi
Minum juices kotes 1x 100 cc /hari dan K.P
Microlac.
2.
Kebiasaan mictic sehari-hari :
mengalami gangguan,anak sering
ngompol
jumlah normal.
4. Pola
tidur dan istirahat
1. lamanya tidur kurang lebih jam/hari.
2. Penggunaan obat tidur 3x25
mg delantin (0800-14 00- 20 00 ).
3. Suasana lingkungan rumah
sakit cukup terang
Anak sering tidur karena
mendapat obat penenang Delantin .
5. Pola aktivitas
6. Klien tidak dapat bergerak karena
paralysis dan
Kesadaran Sobmolen-sopor
7. Upaya penggerakkan sendi dilakukan
latihan
Secara bertahap mulai dari ujung jari
sampai
Kekuatan
otot- otot
8. Pola hubungan dan peran 1. Interaksi dengan orang lain
Saat ini
tidak dapat dilakukan dengan orang
Lain karena
anak menderita apasia .
2. Interaksi
dengan keluarga orang tuanya sering
melakukan
komunikasi satu arah dengan banyak bicara / ngomong sendiri, untuk merangsang pendengaran anak.
7. Pola persepsi dan konsep diri
meliputi
body image, self Estim, kekacauan
identitas
tidak dapat dievaluasi karena belum dapat
diajarkan
salah atau benar mulai umur >4 tahun
8. Pola sensori dan kognitif:
1. sensori
Daya penciuman
Daya rasa
Daya raba
Daya lihat
Daya pendengaran
9. Kognitif
Tidak
dapat dievaluasi karena anak afasia
10. Pola reprodoksi Seksual
Testis
sudah turun tidak ada pemosis
11. Pola penanggulangan Stress
Pada
anak K terjadi afasia anak tidak dapat menangis, hanya dapat mengeluarkan air
mata
. 12. Pola
tata nilai dan kepercayaan
pada
anak K belum dapat dievaluasi karena
baru
dapat diajarkan membedakan baik dan
buruk setelah anak berumur > 4
tahun
ANALISA DATA
PENGELOMPOKAN
DATA
|
KEMUNGKINAN
PENYEBAB
POHON
MASALAH
|
MASALAH
|
Tgl
16/7/2001
Data
subyektif
|
Virus/Bakteri
¯
|
|
-
Ibu klien mengatakan anaknya sering spastik
|
Mengenai CNS
¯
|
Resiko
Kontruaktur
|
|
Kerusakan
Susunan Saraf Pusat
|
|
Data
Obyektif
|
¯
|
|
-
Anak sering spastik ±
3-4 kali dalam 3 jam
|
Kejang / spastik
|
|
|
¯
|
|
|
-
Kontraktur
|
|
|
-
Resiko Trauma
|
|
|
|
|
Data S
|
Paralisys
Otot- otot Menelan
|
Gangguan
Pemenuhan Nutrisi
|
Data
Obyektif :
|
¯
|
|
-
Teropong Sonde
|
Asupan
Nutrisi per-oral kurang
|
|
-
Diet 3x100 cc tem sonde
|
¯
|
|
-
Susu Dancow 6x100cc
|
Nutrisi kurang
|
|
|
|
|
Data
:
|
Daya
Tahan Terhadap Infeksi
|
Resiko
Gannguan Integritas Kulit
|
S : Ibu klien mengatakan anaknya tidak
bisa menggerakkan seluruh tubuhnya
|
¯
|
|
|
Mudah Infeksi
|
|
|
¯
|
|
|
Gangguan Integritas
|
|
Data
Obyektif :
|
|
|
-
Tidak bisa bergerak
|
|
|
-
Klien sering ngompol
|
|
|
(kulit
sering basah )
|
|
|
|
|
|
Diagnosa
keperawatan yang timbul :
1. Ketidakefektipan bersihan jalan nafas b/d
replek batuk tidak ada (paralysis)
2. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
b/d perubahan pola makan
3. Resiko kontraktur b/d kejang spastik
berulang
4. Terjadi abstipasi b/d kurangnya mobilisasi
dan intake cair
5. Resiko gangguan integritas kulit b/d daya
tahan tubuh terhadap infeksi turun dan immobilisasi
6. Resiko trauma b/d kejang spastik
Diagnosa keperawatan prioritas I
Ketidak efektifan bersihan jalan napas b/d replek batuk
yang tidak
Ada
Tujuan :
Jalan napas bebas ( bersih / selam perawatan )
Kriteria Hasil
-
Jalan
nafas bebas ( bersih )
-
Tidak
ada suara napas tambahan
-
Tidak
ada ronchi kanan / kiri
-
Tidak ada whezing kanan /kiri
-
R.R
antara 20-28 x / menit
Intervensi
1. Berikan penjelasan pada ibu klien tentang
penyebab ketidak efektifan yang akan
diberikan
R/
dengan diberi penjelasan diharapka ibu klien mengerti dan mau membantu
semua tindakan yang diberikan.
2. berikan nebulezer 2x sehari(pagi –sore)
R/
mengencerkan riak
3. Lakukan seetion setiap ada
riak / sekrit di mulut dan tenggorokan
R/ sekrit atau ludah yang berada di mulut dan
tenggorokan hilang, jalan napas bebas.
4. Abservasi tanda-tanda kardinal dan
tanda-tanda sumbutan jalan napas setiap 3jam (0900-1200-1510-1800-2100-2410-0310-0600)
R/
Diteksi dini agar dapat dilakukan intervensi lanjutan.
Diagnosa
keperwatan prioritas II
Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
b/d perubahan pola makan.
Tujuan: Kebutuhan nutrisi terpenuhi (2
minggu)
Kriteria hasil :
-
Berat
badan naik,LLA bertambah
-
Turgor
baik
-
Conjungtifa
merah mudah
-
Hb
bertambah
Intervensi
1.Berikan penjelasan
pada keluarga klien tentang penyebab gangguan
pemenuhan nutrisi, pentingnya nutrisi bagi tubuh dan cara mengatasinya
R/
Dengan diberi penjelasan keluarga diharapkan mengerti,dapat mendukung
program perawatan yang diberikan
2.Berikan
makan personde
3x100cc tim
sonde
1x100cc juice buah
5x100cc susu dancow dengan rincian :
Jam 0800 tim
sonde 100cc
Jam 1000 juice buah 100cc
Jam 12
tim sonde 100cc
Jam 1500 susu dancow 100cc
Jam 1800 tim sonde 100cc
Jam 2000 susu dancow 100cc
Jam 2300 susu dancow 100cc
Jam 0200 susu dancow 100cc
Jam 0600 susu dancow 100cc
R/ Dengan diberi makanan pen sonde diharapkan
kebutuhan nutrisi terpenuhi
3. Lakukan penimbangan berat badan setiap
3kali sekali
R/ Deteksi perubahan berat badan penurunan atau
kenaikan berat badan sehingga evaluasi pemberian diit.
4.
Observasi
gejala kardinal setiap 3jam(0900-1200-1500-1800-2100-2400-0300-
0600)
R/ Deteksi dini bila ada kelainan dapat
dilakukan intervensi segera
Diagnosa
keperawatan prioritas III
Resiko terjadi kontuaktur
b/d kejang spastik berulang
Tujuan :
Tidak terjadi
kontruktur (2minggu)
Kriteria hasil
:
-
Tidak
terjadi kotruktur
-
Klien
dapat menggerakkan anggota gerak
Intervensi :
1. Berikan
penjelasan pada ibu klien tentang penyebab terjadinya spastikdan terjadinya
kekakuan sendi
R/ Dengan diberi penjelasan diharapkan
keluarga mengerti dan mau mambantu rencana tindakan yang akan
diberikan
2. Lakukan latihan pasif
secara bertahap mulai dari ujung jari secara bertahap.
R/ Melatih melemaskan otot-otot, mencegah
kontraktur.
3. Lakukan perubahan posisi
setiap 2jam
R/ Dengan melakukan perubahan posisi di harapkan
melatih otot-otot.
0 komentar:
Posting Komentar