Minggu, 20 Januari 2013

askep gastroenteritis



BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Definisi
·         Gastroenteritis merupakan suatu peradangan yang biasanya disebabkan baik oleh virus maupun bakteri pada traktus intestinal (Guyton & Hall, 2006).
·         Gastoenteritis adalah suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya, ditandai dengan peningkatan volume, keenceran, serta frekuensi lebih dari 3 kali dan pada neonatus leih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir darah (Hidayat,2006: 12).
·         Gastroenteritis adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dam lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi feces encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja (Ngastiyah, 2005: 224)
·         Dari beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa gastroenteritis adalah suatu keadaan dimana terjadi inflamasi pada lambung dan usus ditandai dengan frekuensi buang air besar pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dan anak lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi feces encer, dengan atau tanpa lendir dan darah.
Salah satu komplikasi dari gastroenteritis adalah dehidrasi.Klasifikasi dehidrasi menurut Hidayat(2006) adalah :
a)      Dehidrasi ringan
Apabila kehilangan 2-5% dari berat badan atau rata-rata 25 ml/kg BB dengan gambaran klinik turgor kulit kurang elastis, suara serak, penderita belum jatuh ada keada syok.
b)      Dehidrasi sedang
Apabila kehilangan cairan 5-8% dari berat badan atau rata-rata 75 ml/kg BB dengan gambaran klinik turgor kulit jelek, suara serak, penderita jatuh syok, nadi cepat dan dalam.
c)      Dehidrasi berat
Apabila kehilangan cairan 8-10% dari berat badan atau rata-rata 125 ml/kg BB, pada dehidrasi berat volume darah berkurang sehingga terjadi renjatan hipovolemik dengan gejala denyut jantung menjadi cepat, nadi cepat dan kecil, tekanan darah menurun, pasien sangat lelah, kesadaran menurun (apatis, somnolen, kadang sampai soporokomateus)

2.2  ETIOLOGI
Menurut Ngastiyah (2005) :
1.      Faktor Infeksi
a.       Infeksi enteral : infeksi saluran cerna yang merupakan penyebab utama diare pada anak.
-            Infeksi bakteri, seperti vibrio, E. Coli, salmonela, shigella, campylobacter, yersinia, aeromonas, dan sebagainya.
-            Infeksi virus yaitu Enterovirus (Virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis, Adeno-virus, Rotavirus, dan lain-lain).
-            Infeksi parasit : cacing (ascaris, trichuris, Oxyuris, Strongyloides), protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis) dan jamur (Candida albicans)
b.      Infeksi purenteral : infeksi di luar alat pencernaan makanan
Contoh : otitis medis akut, tonsila faringitis, bronkitis, ensefalitis
2.      Faktor Malabsorpsi
1.      Malabsorbsi karbohidrat
Disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa).
2.      Malabsorbsi lemak
3.      Malabsorbsi protein
3.       Faktor Makanan
Misal : makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
4.      Faktor Psikologis
Misal : rasa takut, cemas dan stres.

2.3  KLASIFIKASI
Diare dengan dehidrasi ringan
1.    Kehilangan cairan 5% berat badan.
2.    Kesadaran baik (somnolen).
3.    Mata agak cekung.
4.    Turgor kulit kurang dan kekenyalan kulit normal.
5.    Berak cair 1-2 kali perhari.
6.    Lemah dan haus.
7.    Ubun-ubun besar agak cekung.
Diare dengan dehidrasi sedang
1.    Kehilangan cairan lebih dari 5-10% berat badan.
2.    Keadaan umum gelisah.
3.    Rasa haus (++)
4.    Denyut nadi cepat dan pernapasan agak cepat.
5.    Mata cekung
6.    Turgor dan tonus otot agak berkurang.
7.    Ubun-ubun besar cekung.
8.    Kekenyalan kulit sedikit kurang dan elastisitas kembali sekitar 1-2 detik.
9.    Selaput lendir agak kering.
Diare dengan dehidrasi berat
1.    Kehilangan cairan lebih dari 10% berat badan.
2.    Keadaan umum dan kesadaran koma atau apatis.
3.    Denyut nadi cepat sekali.
4.    Pernapasan kusmaull (cepat dan dalam).
5.    Ubun-ubun besar cekung sekali.
6.    Mata cekung sekali.
7.    Turgor/tonus kurang sekali.
8.    Selaput lendir kurang/asidosis.


2.4  MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi Klinis Menurut Ngastiyah, 1997
a.       Diare (BAB, lember, cair)
1.      Faktor osmotik disebabkan oleh penyilangan air ke rongga usus dalam perbandingan isotonic, ketidakmampuan larutan mengabsorbsi menyebabkan tekanan osmotik menghasilkan pergeseran cairan dan Iodium ke rongga usus.
2.      Penurunan absorbsi atau peningkatan sekresi sekunder air dan elektrolit. Peningkatan ini disebabkan sekresi sekunder untuk inflamasi atau sekresi aktif sekunder untuk merangsang mukosa usus.
3.      Perubahan mobiliti, Hiperperistaltik atau hipoperistaltik mempengaruhi absorpsi zat dalam usus.
b.      Mual, muntah dan panas (suhu > 370C)
Terjadi karena peningkatan asam lambung dan karena adnaya peradangan maka tubuh juga akan berespon terhadap peradangan tersebut sehingga suhu tubuh meningkat.
c.       Nyeri perut dan kram abdomen
Karena adanya kuman-kuman dalam usus, menyebabkan peningkatan peristaltik usus dan efek yang timbul adanya nyeri pada perut atau tegangan atau kram abdomen.
d.      Peristaltik meningkat (> 35x/menit)
Akibat masuknya patogen menyebabkan peradangan pada usus dan usus berusaha mengeluarkan ioxin dan meningkatkan kontraksinya sehingga peristaltik meningkat.
e.       Penurunan berat badan
Terjadi karena sering BAB encer, yang mana feses marah mengandung unsur-unsur penting untuk pertumbuhan dan perkembngan sehingga kebutuhan nutrisi kurang terpenuhi.
f.       Nafsu makan turun
Terjadi karena peningkatan asam lambung untuk membunuh bakteri sehingga tumbuh mual dan rasa tidak enak.
g.       Turgor kulit menurun dan membran mukosa kering
Karena banyak cairan yang hilang dan pemasukan yang tidak adekuat.
h.      Mata cowong
Adanya ketidakseimbangan cairan tubuh dan peningkatan tekanan osmotik mengakibatkan beberapa jaringan kekurangan cairan dan oksigen.
i.        Gelisah dan rewel
Ini terjadi karena kompleksitas dari tanda klinis yang dirasakan penderita sehingga tubuh tidak merasa nyaman sebab adanya ketidak homeostasis dalam tubuh.
j.         Kesadaran menurun
Gejala klinis terjadi karena penurunan cairan tubuh yang mengakibatkan kerja jantung ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan O2 dan nutrisi sistemik sehingga denyut jantung cepat, nadi cepat tapi lemah, disebabkan peningkatan denyut jantung dengan peningkatan kepekaan dan tekanan osmotik plasma darah. Efeknya ginjal berusaha ineretensi air dengan mencegah eksresi Na sehingga urine pekat dan Na meningkat dengan cairan sirkulasi yang buruk dampaknya otak kekurangan O2 dan nutrisi sehingga pusat kesadaran hipotalamus terganggu.

2.5  PATOFISIOLOGI
Sebagai akibat diare baik akut maupun kronis akan terjadi:
1.        Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output lebih banyak daripada input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare.
2.        Gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolik).
Asidosis metabolik terjadi karena:
a.    Kehilangan natrium bikarbonat bersama tinja.
b.    Adanya ketosis kelaparan. Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda keton tertimbun di dalam tubuh.
c.    Terjadi penimbunan asam laktat karena adanya anoksia jaringan.
d.   Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria).
e.    Pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler.
3.        Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2 – 3% pada anak-anak yang menderita diare. Pada orang dengan gizi cukup/baik, hipoglikemia jarang terjadi, lebih sering terjadi pada anak yang sebelumnya pernah menderita KKP.
4.        Gangguan gizi
Ketika orang menderita diare, sering terjadi gangguan gizi dengan akibat terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat. hal ini disebabkan karena makanan yang sering tidak dicerna dan diabsorbsi baik karena adanya hiperperistaltik.
5.        Gangguan sirkulasi darah
Sebagai akibat diare dengan/tanpa disertai muntah, dapat terjadi gangguan sirkulasi darah berupa renjatan (syok) hipovolemik. Akibat perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat mengakibatkan perdarahan dalam otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera ditolong penderita dapat meninggal.
2.6  PATHWAY

Infeksi saluran pencernaan
hiperperistaltik
Gangguan eliminasi BAB
Pengeluaran eksotoksin bakteri
Asidosis metabolik
Feses encer
Mual / muntah
Reaksi hipotalamus
hipertermi
 










Gangguan integritas kulit
                              
Nutrisi kurang dari kebutuhan
Syok hipovolemik
Berat badan menurun
anoreksia
dehidrasi
Kehilangan cairan dan elektrolit
 









2.7  PENATALAKSANAAN MEDIS
Menurut Ngastiyah (2007) :
1.      Pengobatan Simtomatis
a.       Rehidrasi: oralit, cairan infus yaitu Ringer Laktat, Dextrose 5%, Dekstrose dalam Saline.
b.      Antispasmodik, anti kholinergik (antagonis stimulus kolinergik pada reseptor muskorinik). Misalnya: pepaverin, mebeverine, propantelin bromid.
c.       Obat antidiare
-          Obat anti motilitas dan sekresi usus (Loperamid, difenoksilat, kodeinfosfat.
-          Oktretoid (sanostatin).
-          Obat antidiare yagn mensekresikan tinja dan absorpsi zat toksik.
d.      Antiemetik (metoklopramid, proklorprazin, domperidon).
e.       Vitamin B12, asam folat, vitamin A dan K.
f.       Obat ekstrak enzim pankreas.
g.      Aluminium hidroksida.
h.      Fenotiazin dan asam nikotinat, menghambat sekresi anion usus.

2.      Pengobatan Kausal
Diberikan pada infeksi maupun noninfeksi pada diare kronik dengan penyebab infeksinya obat diberikan berdasarkan etiologi.

3.      Diit
Dalam fase akut biasanya diberikan bubur saring atau lunak kepada pasien dianjurkan untuk minum gula, makan telur asin/ikan asin sebagai pengganti elektrolit yang hilang lewat diare. Biasanya penderita tidak boleh minum susu selama diare.











ASUHAN KEPERAWATAN

1.    PENGKAJIAN
a.    Biodata : sering terjadi pada umur dibawah 2 tahun.
b.    KU : berak cair
c.    RPS
Frekuensi BAB meningkat, bentuk dan konsistensi dapat cair dan berlendir/berdarah dan dapat pula disertai gejala panas, muntah, anoreksia, nausea, vomiting.
d.   RPD
Ditemukan faktor pendukung diare antara lain penyakit infeksi enteral, saluran pencernaan, infeksi parenteral, saluran pernafasan, SSP, sistem pendengaran, malabsorbsi, faktor makanan, psikology dan imunodefisiensi, menyebabkan suhu meningkat juga dapat menyebabkan diare dan dehidrasi (AH. Markum, 1999 : 466).
1.    Antenatal : –
2.    Natal : pada saat lahir karena infeksi oleh organisme yang terdapat pada tinja ibu atau infeksi yang terjadi setelah lahir akibat penyebaran organisme yang berasal dari bayi lain yang terinfeksi (DepKes RI, 1993 : 99)
3.    Post natal : Pemakaian antibiotik berspektrum luas yang efektif terhadap mikro flora usus memberikan resiko yang utama (Buku Referensi Sindroma Diare, 1999 : 59). Didapatkan riwayat alergi makanan dan malabsorbsi (RSUD Dr. Soetomo, 1996 : 40).
e.    RPK
Ditemukan pasien yang menderita penyakit menular seperti GE atau disentrik
f.     ADL
(1)      Nutrisi : anoreksia, mual, muntah
(2)     Eleminasi : BAB lebih dari 4x (bayi)/BAB lebih dari 3x (anak) dapat cair, lendir, berdarah dan BAK frekuensi menurun
(3)     Pesonal hygiene : iritasi sekitar usus
(4)     Aktivitas : lemas dan mengantuk
(5)     Istirahat tidur : bisa terganggu bisa tidak

2.    PEMERIKSAAN FISIK
a.    Penampilan Umum
Hasil pengamatan indera perawat secara objektif terhadap klien sebelum dilakukan pemeriksaan fisik. Keadaan umum klien dengan Gastroenteritis biasanya mengalami kelemahan, pada tingkat dehidrasi berat dapat terjadi penurunan kesadaran.
b.   Pemeriksaan Sistem Tubuh
1.    Sistem Respirasi
Dikaji dengan cara inspeksi, palpasi, auskultasi. Hal yang di inspeksi meliputi: frekuensi pernafasan, bentuk hidung simetris atau tidak, septum nasi ditengah atau tidak, ada benda asing, kebersihan lubang hidung, secret hidung (jernih, purulen), peradangan mukosa hidung, bentuk dada, kesimetrisan pergerakan dada. Palpasi meliputi, vibrasi dada, ekspansi dada. Perkusi meliputi, suara paru sonor atau hipersonor. Auskultasi meliputi, bunyi nafas ada ronkhi atau tidak, suara paru vesikuler, jenis pernafasan biasanya pernafasan dada karena nyeri daerah abdomen. Biasanya terjadi peningkatan frekuensi nafas karena akibat nyeri yang merangsang sumsum tulang belakang untuk dihantarkan ke spinal respiratory tractus yang kemudian disampaikan ke medulla oblongata sebagai pusat pernafasan (Price, 2000: 265)
2.    Sistem Kardiovaskuler
Dikaji mengenai warna mukosa bibir, tidak adanya peningkatan tekanan vena jugularis, frekuensi dan irama denyut nadi, tekanan darah, bunyi jantung normal dan suara tambahan. Biasanya terjadi peningkatan denyut nadi (takhikardi), akral dingin serta penurunan tekanan darah (hipotensi) (Brenda and Jacob, 1997: 963).
3.    Sistem Pencernaan
Dikaji kebersihan mulut, gigi serta lidah, adanya stomatitis, bau mulut, ada tidaknya pembesaran tonsil, kesimetrisan uvula, bentuk abdomen, ada tidaknya nyeri tekan atau lepas di daerah epigastrium, perkusi abdomen tiap kuadran, dikhawatirkan adanya massa di abdomen dan akumulasi udara di lambung dan usus, bising usus dan keadaaan anus. Klien dengan Gastroenteritis biasanya terdapat nyeri tekan epigastriun ataupun nyeri disekitar abdomen, penurunan berat badan, terjadi pula peningkatan peristaltic usus dan daerah sekitar anus kemerahan (Luckman & Sorrensen, 2000: 1560).
4.    Sistem Perkemihan
Ada tidaknya nyeri saat berkemih, ada tidaknya pembengkakan dan nyeri daerah pinggang, palpasi daerah kandung kencing teraba penuh atau tidak, adakah suara bruit dan friction rubs. Biasanya klien jarang BAK pada klien Gastroenteritis dengan dehidrasi.
5.    Sistem Integumen
Pemeriksaan hanya meliputi inspeksi dan palpasi. Kaji hygiene kulit, kuku dan rambut, struktur dan warna rambut serta kulit, turgor kulit. Pada klien dengan Gatroenteritis. Biasanya turgor kulit jelek akibat dehidrasi dan kulit sekitar anus dan perineum terdapat lesi atau eritema karena teriritasi oleh feses.
6.    Sistem Endokrin
Kaji adanya pembesaran kelenjar tyroid dan pembesaran kelenjar getah bening, distribusi bulu rambut, hiperpigmentasi pada kulit, udema di wajah dan ekstremitas.
7.    Sistem Muskuloskeletal
Periksa tingkat kekuatan otot dan ekstremitas bawah dan atas, rentang gerak sendi, biasanya pada klien Gastroenteritis akan terjadi kelemahan (Doenges, 2000: 471).
8.     Sistem Neurologis
Pemeriksaan system saraf cranial secara khusus dilakukan pada klien dengan penyakit persarafan. Pada klien Gastroenteritis, pengkajian nervus I sampai XII diperlukan karena pada klien dengan dehidrasi berat mengalami penurunan kesadaran sehingga diperlukan penilaian GCS untuk mengidentifikasi kelainan.

3.    PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Luckman and Sorrensens, 2000: 1564), pemeriksaan diagnostik pada klien dengan Gastroenteritis meliputi:
a.       Laboratorium (darah, elektrolit, analisis feses, carsinoembrionik antigen)
b.      Radiology (Barium swallow, Barium enema)
c.       Colonoscopy, prosedur yang digunakan bagi klien yang mengalami riwayat konstipasi, diare dan perdarahan intestinal.
d.      Ultrasonography (USG), untuk mengidentifikasi proses patofisiologi dalam pancreas, hati, limfa.
e.       Analisis Gaster adalah suatu bentuk pemeriksaan sekresi asam lambung dan pepsin dalam gaster.
f.       Magnetic Resonance Imaging (MRI), untuk mempelajari aliran darah dan mengidentifikasi tumor, infeksi dan gambaran otot halus.

4.    ANALISA DATA

No Dx
Data
Etiologi
Masalah

1
DS: klien mengatakan badannya terasa lemas, fesesnya encer
DO:
-       Input lebih banyak dari output
-       Pasien BAB 6x dalam 1 hari
-       Feses klien encer
-       Terjadi hiperperistaltik
Bising usus 40x/ mnt
Inflamasi, malabsorbsi usus
Gangguan eliminasi (BAB diare)

2
DS: klien mengatakan merasa haus terus-terusan
DO:
-       Turgor kulit buruk
-       Membran mukosa pucat
-       Mata cowong

Intake kurang dari pada output
Gangguan keseimbangan cairan (dehidrasi)

3
DS :  klien mengatakan kesulitan makan
DO:
- Keadaan umum lemah,
- LILA 20 cm,
- bising usus 45 x/mnt,
- kembung saat diperkusi.
- klien malas dan menolak makan
A: BB klien menurun
B: HB < 12-15 gram/dl
C: pasien terlihat letih, lelah  
dan pucat
D: Nafsu makan pasien menurun
Gangguan absorpsi nutrien dan anoreksia
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
4
DS : Klien mengatakan perih
DO :
-       Turgor kulit buruk
-       Iritasi kulit daerah perianal
-       Kulit kemerahan
Iritasi kulit perianal oleh feses
Gangguan integritas kulit






5.    DIAGNOSA KEPERAWATAN
a.       Gangguan eliminasi (BAB lebih dari normal) berhubungan dengan inflamasi, malabsorbsi usus, ditandai dengan peningkatan peristaltik usus, defekasi sering dan berair, nyeri abdomen.
b.      Gangguan keseimbangan cairan (dehidrasi) berhubungan dengan intake kurang daripada output, kehilangan berlebih pada sistem GI melalui feses yang cair dan muntah ditandai dengan turgor kulit buruk, membran mukosa pucat, TTV tidak stabil (takikardi, hipotensi dan demam).
c.       Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan absorpsi nutrien dan anoreksia, status hipermetabolik ditandai dengan penurunan berat badan, peningkatan bunyi usus, konjungtiva dan membran mukosa pucat, menolak untuk makan.
d.      Gangguan integritas kulit berhubungan dengan defisit volume cairan ditandai dengan turgor kulit buruk, iritasi kulit daerah perianal, kulit kemerahan.

6.    INTERVENSI dan RASIONAL
1.      Diagnosa 1
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam BAB pasien normal.
KH :
-          Bising usus dan peristaltik normal 5 – 35 kali per menit.
-          Defekasi normal 1 kali per hari atau 2 kali per hari.
-          Konsistensi feses padat dan lunak.
Intervensi
Rasional
Observasi dan catat frekuensi defekasi, karakteristik, jumlah dan faktor pencetus
Membantu membedakan penyakit individu dan mengkaji beratnya episode
Tingkatkan tirah baring, berikan alat-alat disamping tempat tidur.
Istirahat memutuskan motilitas usus juga menurunkan laju metabolisme.
Buang feses dengan cepat, berikan pengharum ruangan.
Menurunkan bau tidak sedap untuk menghindari malu pasien.
Identifikasi makanan dan cairan yang mencetuskan diare, misalnya sayuran segar dan buah, sereal, bumbu, minuman karbonat, produk susu.
Menghindari iritan, meningkatkan istirahat usus
Mulai lagi pemasukan cairan per oral secara bertahap. Tawarkan minuman jernih tiap jam, hindari minuman dingin.
Memberikan istirahat kolon dengan menghilangkan atau menurunkan rangsang makanan/cairan
Observasi demam, takikardi, letargi, leukosit, ansietas dan kelesuan.
Mengidentifikasi adanya proses infeksi/peradangan
Kolaborasi pemberian obat antikolinergik
Menurunkan motilitas/peristaltik GI dan menurunkan sekresi digestif untuk menghilangkan kram dan diare

2.      Diagnosa 2
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam tidak terjadi ketidakseimbangan cairan.
KH :
-          Masalah dehidrasi dapat teratasi/keseimbangan cairan pasien adekuat.
-          Turgor kulit baik.
-          Membran mukosa baik/lembab.
-          TTV stabil.
Intervensi
Rasional
Awasi masukan dan haluaran, karakter dan jumlah feses, perkiraan kehilangan yang tak terlihat, misalnya: berkeringat, ukur berat jenis urine, observasi oliguria.
Memberikan informasi tentang keseimbangan cairan, fungsi ginjal dan kontrol penyakit usus juga merupakan pedoman untuk penggantian cairan.
Kaji TTV
Hipotensi, takikardi, demam dapat menimbulkan/menunjukkan respon terhadap kehilangan cairan.
Observasi kulit kering berlebihan dan membran mukosa, penurunan turgor kulit, pengisian kapiler lambat.
Menunjukkan kehilangan cairan berlebihan/dehidrasi.
Ukur berat badan tiap hari.
Indikator cairan dan status nutrisi
Observasi perdarahan dan tes feses tiap hari untuk adanya darah samar
Diet tak adekuat dan penurunan absorbsi dapat menimbulkan defisiensi vitamin K dan merusak koagulasi, potensial resiko perdarahan
Kolaborasi:
Berikan cairan parenteral sesuai indikasi.
Mempertahankan penggantian cairan untuk memperbaiki kehilangan.
Awasi hasil laboratorium
Menentukan kebutuhan penggantian dan keefektifan terapi
Berikan obat sesuai indikasi.
Menurunkan kehilangan cairan dari usus

3.      Diagnosa 3
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam status nutrisi pasien terpenuhi.
KH :
-          Nafsu makan baik
-          BB ideal sesuai dengan umur dan kondisi tubuh
-          Hasil pemeriksaan laborat  protein dalam batas normal (3-5 mg/dalam)

Intervensi
Rasional
Timbang berat badan tiap hari
Memberikan informasi tentang kebutuhan diet
Dorong tirah baring dan atau pembatasan aktifitas selama fase sakit akut
Menurunkan kebutuhan metabolik
Anjurkan istirahat sebelum makan.
Menenangkan peristaltik dan meningkatkan energi untuk makan
Berikan kebersihan mulut
Mulut yang bersih dapat menyenangkan rasa makanan
Sediakan makanan dalam ventilasi yang baik, lingkungan yang menyenangkan dengan situasi tidak terburu-buru.
Lingkungan yang menyenangkan menurukan stres dan lebih kondusif untuk makan
Catat dan temukan perubahan simptomatologi
Memberikan rasa kontrol pada pasien dan kesempatan untuk memilih makanan yang diinginkan/dinikmati, dapat meningkatkan masukan
Kolaborasi:
Pertahankan puasa sesuai indikasi.
Istirahat usus menurunkan peristaltik dan diare dimana menyebabkan malabsorpsi/kehilangan nutrien
Tambahkan diet sesuai indikasi
Memungkinkan saluran usus untuk memaksimalkan kembali proses pencernaan
Berikan obat sesuai indikasi.
Untuk mempercepat proses penyembuhan

4.      Diagnosa 4
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam Integritas kulit pasien adekuat.
KH :
-          Turgor kulit baik.
-          Iritasi kulit daerah perianal teratasi.
-          Warna kulit daerah perianal sama dengan daerah sekitar.
Intervensi
Rasional
Observasi kemerahan, pucat, ekskoriasi
Area ini meningkat resikonya untuk kerusakan dan memerlukan pengobata lebih intensif
Gunakan krim kulit 2 kali sehari setelah mandi
Melicinkan kulit dan menurukan gatal
Diskusikan pentingnya perubahan posisi sering, perlu untuk mempertahankan aktivitas.
Meningkatkan sirkulasi dan perfusi kulit dengan mencegah tekaan lama pada jaringan
Tekankan pentingnya masukan nutrisi/cairan adekuat
Perbaikan nutrisi dan hidrasi akan memperbaiki kondisi





BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Gastroenteritis akibat infeksi bakteri Escherichia coli adalah peradangan pada lambung dan usus halus yang diakibatkan oleh masuknya mikroorganisme yang masuk bersama makanan yang menimbulkan gejala-gejala berupa hilangnya nafsu makan, mual, muntah, diare serta rasa tidak enak di perut.
Etiologi gastroenteritis adalah :
5.    Faktor Infeksi
6.    Faktor Malabsorpsi
7.    Faktor Makanan
8.    Faktor Psikologis
Askep dari gastroenteritis meliputi :
1.    Pengkajian
2.    Analisa data
3.    Diagnosa keperawatan
4.    Intervensi dan Rasional
3.2 SARAN
1.         Bagi mahasiswa
Meningkatkan kualitas belajar dan memperbanyak literature tentang pembuatan proses keperawatan dalam melaksanakan asuhan keperawatan gastroenteritis yang baik dan benar.
2.         Bagi pendidikan dan kesehatan
Bagi dosen pembimbing agar dapat memberikan bimbingan yang lebih baik dalam pembuatan makalah selanjutnya. Dan membarikan pengetahuan kepada mahasiswa keperawatan agar lebih mengerti tentang proses keperawatan sehingga dapat memberikan rencana asuhan keperarawatan dengan baik dan benar pada pasien gastroenteritis.



DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marylin E. 2005. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. Jakarta ; EGC.
Lynda Juall Carpenito-Moyet. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, Edisi 10. Jakarta ; EGC
http://www.peutuah.com/makalah-diare/, diakses tanggal 24-10-2011.

0 komentar:

Posting Komentar