BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
·
Gastroenteritis
merupakan suatu peradangan yang biasanya disebabkan baik oleh virus maupun
bakteri pada traktus intestinal (Guyton & Hall, 2006).
·
Gastoenteritis adalah suatu keadaan
pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya, ditandai
dengan peningkatan volume, keenceran, serta frekuensi lebih dari 3 kali dan
pada neonatus leih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir darah
(Hidayat,2006: 12).
·
Gastroenteritis adalah keadaan frekuensi
buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dam lebih dari 3 kali pada anak,
konsistensi feces encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir
dan darah atau lendir saja (Ngastiyah, 2005: 224)
·
Dari
beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa gastroenteritis adalah
suatu keadaan dimana terjadi inflamasi pada lambung dan usus ditandai dengan
frekuensi buang air besar pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dan anak lebih
dari 3 kali sehari dengan konsistensi feces encer, dengan atau tanpa lendir dan
darah.
Salah
satu komplikasi dari gastroenteritis adalah dehidrasi.Klasifikasi dehidrasi
menurut Hidayat(2006) adalah :
a) Dehidrasi ringan
Apabila kehilangan 2-5% dari berat
badan atau rata-rata 25 ml/kg BB dengan gambaran klinik turgor kulit kurang
elastis, suara serak, penderita belum jatuh ada keada syok.
b) Dehidrasi sedang
Apabila kehilangan cairan 5-8% dari
berat badan atau rata-rata 75 ml/kg BB dengan gambaran klinik turgor kulit
jelek, suara serak, penderita jatuh syok, nadi cepat dan dalam.
c) Dehidrasi berat
Apabila kehilangan cairan 8-10% dari
berat badan atau rata-rata 125 ml/kg BB, pada dehidrasi berat volume darah berkurang
sehingga terjadi renjatan hipovolemik dengan gejala denyut jantung menjadi
cepat, nadi cepat dan kecil, tekanan darah menurun, pasien sangat lelah,
kesadaran menurun (apatis, somnolen, kadang sampai soporokomateus)
2.2 ETIOLOGI
Menurut Ngastiyah (2005) :
1. Faktor Infeksi
a. Infeksi enteral : infeksi saluran
cerna yang merupakan penyebab utama diare pada anak.
-
Infeksi
bakteri, seperti vibrio, E. Coli, salmonela, shigella, campylobacter, yersinia,
aeromonas, dan sebagainya.
-
Infeksi
virus yaitu Enterovirus (Virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis, Adeno-virus,
Rotavirus, dan lain-lain).
-
Infeksi
parasit : cacing (ascaris, trichuris, Oxyuris, Strongyloides), protozoa
(Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis) dan jamur
(Candida albicans)
b. Infeksi purenteral : infeksi di luar
alat pencernaan makanan
Contoh : otitis medis akut, tonsila
faringitis, bronkitis, ensefalitis
2. Faktor Malabsorpsi
1. Malabsorbsi karbohidrat
Disakarida (intoleransi laktosa,
maltosa dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan
galaktosa).
2. Malabsorbsi lemak
3. Malabsorbsi protein
3. Faktor Makanan
Misal : makanan basi, beracun,
alergi terhadap makanan.
4. Faktor Psikologis
Misal : rasa takut, cemas dan stres.
2.3 KLASIFIKASI
Diare
dengan dehidrasi ringan
|
1.
Kehilangan
cairan 5% berat badan.
2.
Kesadaran
baik (somnolen).
3.
Mata
agak cekung.
4.
Turgor
kulit kurang dan kekenyalan kulit normal.
5.
Berak
cair 1-2 kali perhari.
6.
Lemah
dan haus.
7. Ubun-ubun besar agak cekung.
|
Diare
dengan dehidrasi sedang
|
1. Kehilangan cairan lebih dari 5-10%
berat badan.
2. Keadaan umum gelisah.
3. Rasa haus (++)
4. Denyut nadi cepat dan pernapasan
agak cepat.
5. Mata cekung
6. Turgor dan tonus otot agak
berkurang.
7. Ubun-ubun besar cekung.
8. Kekenyalan kulit sedikit kurang
dan elastisitas kembali sekitar 1-2 detik.
9.
Selaput
lendir agak kering.
|
Diare
dengan dehidrasi berat
|
1. Kehilangan cairan lebih dari 10%
berat badan.
2. Keadaan umum dan kesadaran koma
atau apatis.
3. Denyut nadi cepat sekali.
4. Pernapasan kusmaull (cepat dan
dalam).
5. Ubun-ubun besar cekung sekali.
6. Mata cekung sekali.
7. Turgor/tonus kurang sekali.
8. Selaput lendir kurang/asidosis.
|
2.4 MANIFESTASI
KLINIS
Manifestasi Klinis Menurut Ngastiyah, 1997
a. Diare (BAB, lember, cair)
1. Faktor osmotik disebabkan oleh
penyilangan air ke rongga usus dalam perbandingan isotonic, ketidakmampuan
larutan mengabsorbsi menyebabkan tekanan osmotik menghasilkan pergeseran cairan
dan Iodium ke rongga usus.
2. Penurunan absorbsi atau peningkatan
sekresi sekunder air dan elektrolit. Peningkatan ini disebabkan sekresi
sekunder untuk inflamasi atau sekresi aktif sekunder untuk merangsang mukosa
usus.
3. Perubahan mobiliti, Hiperperistaltik
atau hipoperistaltik mempengaruhi absorpsi zat dalam usus.
b. Mual, muntah dan panas (suhu >
370C)
Terjadi
karena peningkatan asam lambung dan karena adnaya peradangan maka tubuh juga
akan berespon terhadap peradangan tersebut sehingga suhu tubuh meningkat.
c. Nyeri perut dan kram abdomen
Karena
adanya kuman-kuman dalam usus, menyebabkan peningkatan peristaltik usus dan
efek yang timbul adanya nyeri pada perut atau tegangan atau kram abdomen.
d. Peristaltik meningkat (>
35x/menit)
Akibat
masuknya patogen menyebabkan peradangan pada usus dan usus berusaha
mengeluarkan ioxin dan meningkatkan kontraksinya sehingga peristaltik
meningkat.
e. Penurunan berat badan
Terjadi
karena sering BAB encer, yang mana feses marah mengandung unsur-unsur penting
untuk pertumbuhan dan perkembngan sehingga kebutuhan nutrisi kurang terpenuhi.
f. Nafsu makan turun
Terjadi
karena peningkatan asam lambung untuk membunuh bakteri sehingga tumbuh mual dan
rasa tidak enak.
g. Turgor kulit menurun dan membran mukosa kering
Karena
banyak cairan yang hilang dan pemasukan yang tidak adekuat.
h. Mata cowong
Adanya
ketidakseimbangan cairan tubuh dan peningkatan tekanan osmotik mengakibatkan
beberapa jaringan kekurangan cairan dan oksigen.
i.
Gelisah
dan rewel
Ini
terjadi karena kompleksitas dari tanda klinis yang dirasakan penderita sehingga
tubuh tidak merasa nyaman sebab adanya ketidak homeostasis dalam tubuh.
j.
Kesadaran menurun
Gejala
klinis terjadi karena penurunan cairan tubuh yang mengakibatkan kerja jantung
ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan O2 dan nutrisi sistemik sehingga denyut
jantung cepat, nadi cepat tapi lemah, disebabkan peningkatan denyut jantung
dengan peningkatan kepekaan dan tekanan osmotik plasma darah. Efeknya ginjal
berusaha ineretensi air dengan mencegah eksresi Na sehingga urine pekat dan Na
meningkat dengan cairan sirkulasi yang buruk dampaknya otak kekurangan O2 dan
nutrisi sehingga pusat kesadaran hipotalamus terganggu.
2.5 PATOFISIOLOGI
Sebagai akibat diare baik akut
maupun kronis akan terjadi:
1.
Kehilangan
air dan elektrolit (terjadi dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output lebih banyak
daripada input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare.
2.
Gangguan
keseimbangan asam basa (asidosis metabolik).
Asidosis
metabolik terjadi karena:
a. Kehilangan natrium bikarbonat
bersama tinja.
b. Adanya ketosis kelaparan.
Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda keton tertimbun di dalam tubuh.
c. Terjadi penimbunan asam laktat
karena adanya anoksia jaringan.
d. Produk metabolisme yang bersifat
asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi
oliguria/anuria).
e. Pemindahan ion Na dari cairan
ekstraseluler.
3.
Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2 – 3% pada anak-anak yang
menderita diare. Pada orang dengan gizi cukup/baik, hipoglikemia jarang
terjadi, lebih sering terjadi pada anak yang sebelumnya pernah menderita KKP.
4.
Gangguan
gizi
Ketika orang menderita diare, sering terjadi gangguan gizi
dengan akibat terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat. hal ini
disebabkan karena makanan yang sering tidak dicerna dan diabsorbsi baik karena
adanya hiperperistaltik.
5.
Gangguan
sirkulasi darah
Sebagai akibat diare dengan/tanpa disertai muntah, dapat
terjadi gangguan sirkulasi darah berupa renjatan (syok) hipovolemik. Akibat
perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat,
dapat mengakibatkan perdarahan dalam otak, kesadaran menurun dan bila tidak
segera ditolong penderita dapat meninggal.
2.6 PATHWAY
Infeksi saluran
pencernaan
|
Pengeluaran
eksotoksin bakteri
|
Gangguan
integritas kulit
|
Nutrisi kurang
dari kebutuhan
|
Kehilangan cairan
dan elektrolit
|
2.7 PENATALAKSANAAN
MEDIS
Menurut Ngastiyah (2007) :
1. Pengobatan Simtomatis
a. Rehidrasi: oralit, cairan infus
yaitu Ringer Laktat, Dextrose 5%, Dekstrose dalam Saline.
b. Antispasmodik, anti kholinergik
(antagonis stimulus kolinergik pada reseptor muskorinik). Misalnya: pepaverin,
mebeverine, propantelin bromid.
c. Obat antidiare
-
Obat
anti motilitas dan sekresi usus (Loperamid, difenoksilat, kodeinfosfat.
-
Oktretoid
(sanostatin).
-
Obat
antidiare yagn mensekresikan tinja dan absorpsi zat toksik.
d. Antiemetik (metoklopramid,
proklorprazin, domperidon).
e. Vitamin B12, asam folat, vitamin A
dan K.
f. Obat ekstrak enzim pankreas.
g. Aluminium hidroksida.
h. Fenotiazin dan asam nikotinat,
menghambat sekresi anion usus.
2. Pengobatan Kausal
Diberikan
pada infeksi maupun noninfeksi pada diare kronik dengan penyebab infeksinya
obat diberikan berdasarkan etiologi.
3. Diit
Dalam
fase akut biasanya diberikan bubur saring atau lunak kepada pasien dianjurkan
untuk minum gula, makan telur asin/ikan asin sebagai pengganti elektrolit yang
hilang lewat diare. Biasanya penderita tidak boleh minum susu selama diare.
ASUHAN KEPERAWATAN
1.
PENGKAJIAN
a. Biodata
: sering terjadi pada umur dibawah 2 tahun.
b. KU
: berak cair
c. RPS
Frekuensi BAB meningkat, bentuk dan
konsistensi dapat cair dan berlendir/berdarah dan dapat pula disertai gejala
panas, muntah, anoreksia, nausea, vomiting.
d. RPD
Ditemukan faktor pendukung diare antara lain
penyakit infeksi enteral, saluran pencernaan, infeksi parenteral, saluran
pernafasan, SSP, sistem pendengaran, malabsorbsi, faktor makanan, psikology dan
imunodefisiensi, menyebabkan suhu meningkat juga dapat menyebabkan diare dan
dehidrasi (AH. Markum, 1999 : 466).
1. Antenatal
: –
2. Natal
: pada saat lahir karena infeksi oleh organisme yang terdapat pada tinja ibu
atau infeksi yang terjadi setelah lahir akibat penyebaran organisme yang
berasal dari bayi lain yang terinfeksi (DepKes RI, 1993 : 99)
3. Post
natal : Pemakaian antibiotik berspektrum luas yang efektif terhadap mikro flora
usus memberikan resiko yang utama (Buku Referensi Sindroma Diare, 1999 : 59).
Didapatkan riwayat alergi makanan dan malabsorbsi (RSUD Dr. Soetomo, 1996 :
40).
e. RPK
Ditemukan pasien yang menderita
penyakit menular seperti GE atau disentrik
f. ADL
(1) Nutrisi : anoreksia, mual, muntah
(2) Eleminasi
: BAB lebih dari 4x (bayi)/BAB lebih dari 3x (anak) dapat cair, lendir,
berdarah dan BAK frekuensi menurun
(3) Pesonal
hygiene : iritasi sekitar usus
(4) Aktivitas
: lemas dan mengantuk
(5) Istirahat
tidur : bisa terganggu bisa tidak
2.
PEMERIKSAAN FISIK
a.
Penampilan
Umum
Hasil pengamatan indera perawat secara
objektif terhadap klien sebelum dilakukan pemeriksaan fisik. Keadaan umum klien
dengan Gastroenteritis biasanya mengalami kelemahan, pada tingkat dehidrasi
berat dapat terjadi penurunan kesadaran.
b.
Pemeriksaan
Sistem Tubuh
1.
Sistem
Respirasi
Dikaji dengan cara inspeksi, palpasi,
auskultasi. Hal yang di inspeksi meliputi: frekuensi pernafasan, bentuk hidung
simetris atau tidak, septum nasi ditengah atau tidak, ada benda asing,
kebersihan lubang hidung, secret hidung (jernih, purulen), peradangan mukosa
hidung, bentuk dada, kesimetrisan pergerakan dada. Palpasi meliputi, vibrasi
dada, ekspansi dada. Perkusi meliputi, suara paru sonor atau hipersonor.
Auskultasi meliputi, bunyi nafas ada ronkhi atau tidak, suara paru vesikuler,
jenis pernafasan biasanya pernafasan dada karena nyeri daerah abdomen. Biasanya
terjadi peningkatan frekuensi nafas karena akibat nyeri yang merangsang sumsum
tulang belakang untuk dihantarkan ke spinal respiratory tractus yang kemudian
disampaikan ke medulla oblongata sebagai pusat pernafasan (Price, 2000: 265)
2.
Sistem
Kardiovaskuler
Dikaji mengenai warna mukosa bibir,
tidak adanya peningkatan tekanan vena jugularis, frekuensi dan irama denyut
nadi, tekanan darah, bunyi jantung normal dan suara tambahan. Biasanya terjadi
peningkatan denyut nadi (takhikardi), akral dingin serta penurunan tekanan darah
(hipotensi) (Brenda and Jacob, 1997: 963).
3.
Sistem
Pencernaan
Dikaji kebersihan mulut, gigi serta
lidah, adanya stomatitis, bau mulut, ada tidaknya pembesaran tonsil,
kesimetrisan uvula, bentuk abdomen, ada tidaknya nyeri tekan atau lepas di
daerah epigastrium, perkusi abdomen tiap kuadran, dikhawatirkan adanya massa di
abdomen dan akumulasi udara di lambung dan usus, bising usus dan keadaaan anus.
Klien dengan Gastroenteritis biasanya terdapat nyeri tekan epigastriun ataupun
nyeri disekitar abdomen, penurunan berat badan, terjadi pula peningkatan
peristaltic usus dan daerah sekitar anus kemerahan (Luckman & Sorrensen,
2000: 1560).
4.
Sistem
Perkemihan
Ada tidaknya nyeri saat berkemih, ada
tidaknya pembengkakan dan nyeri daerah pinggang, palpasi daerah kandung kencing
teraba penuh atau tidak, adakah suara bruit dan friction rubs. Biasanya klien
jarang BAK pada klien Gastroenteritis dengan dehidrasi.
5.
Sistem
Integumen
Pemeriksaan hanya meliputi inspeksi dan
palpasi. Kaji hygiene kulit, kuku dan rambut, struktur dan warna rambut serta
kulit, turgor kulit. Pada klien dengan Gatroenteritis. Biasanya turgor kulit
jelek akibat dehidrasi dan kulit sekitar anus dan perineum terdapat lesi atau
eritema karena teriritasi oleh feses.
6.
Sistem
Endokrin
Kaji adanya pembesaran kelenjar tyroid
dan pembesaran kelenjar getah bening, distribusi bulu rambut, hiperpigmentasi
pada kulit, udema di wajah dan ekstremitas.
7.
Sistem
Muskuloskeletal
Periksa tingkat kekuatan otot dan
ekstremitas bawah dan atas, rentang gerak sendi, biasanya pada klien
Gastroenteritis akan terjadi kelemahan (Doenges, 2000: 471).
8.
Sistem Neurologis
Pemeriksaan system saraf cranial secara
khusus dilakukan pada klien dengan penyakit persarafan. Pada klien
Gastroenteritis, pengkajian nervus I sampai XII diperlukan karena pada klien
dengan dehidrasi berat mengalami penurunan kesadaran sehingga diperlukan
penilaian GCS untuk mengidentifikasi kelainan.
3.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Menurut
Luckman and Sorrensens, 2000: 1564), pemeriksaan diagnostik pada klien dengan Gastroenteritis
meliputi:
a. Laboratorium
(darah, elektrolit, analisis feses, carsinoembrionik antigen)
b. Radiology
(Barium swallow, Barium enema)
c. Colonoscopy,
prosedur yang digunakan bagi klien yang mengalami riwayat konstipasi, diare dan
perdarahan intestinal.
d. Ultrasonography
(USG), untuk mengidentifikasi proses patofisiologi dalam pancreas, hati, limfa.
e. Analisis
Gaster adalah suatu bentuk pemeriksaan sekresi asam lambung dan pepsin dalam
gaster.
f. Magnetic
Resonance Imaging (MRI), untuk mempelajari aliran darah dan mengidentifikasi
tumor, infeksi dan gambaran otot halus.
4.
ANALISA
DATA
|
No Dx
|
Data
|
Etiologi
|
Masalah
|
|
1
|
DS:
klien mengatakan badannya terasa lemas, fesesnya encer
DO:
- Input
lebih banyak dari output
- Pasien
BAB 6x dalam 1 hari
- Feses
klien encer
- Terjadi
hiperperistaltik
Bising usus 40x/ mnt
|
Inflamasi,
malabsorbsi usus
|
Gangguan eliminasi (BAB diare)
|
|
2
|
DS:
klien mengatakan merasa haus terus-terusan
DO:
- Turgor kulit buruk
- Membran mukosa pucat
- Mata cowong
|
Intake kurang dari pada output
|
Gangguan keseimbangan cairan (dehidrasi)
|
|
3
|
DS
: klien mengatakan kesulitan makan
DO:
-
Keadaan umum lemah,
-
LILA 20 cm,
-
bising usus 45 x/mnt,
-
kembung saat diperkusi.
-
klien malas dan menolak makan
A:
BB klien menurun
B:
HB < 12-15 gram/dl
C:
pasien terlihat letih, lelah
dan
pucat
D:
Nafsu makan pasien menurun
|
Gangguan absorpsi nutrien dan anoreksia
|
Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
|
4
|
DS : Klien
mengatakan perih
DO :
- Turgor kulit buruk
- Iritasi kulit daerah perianal
- Kulit kemerahan
|
Iritasi kulit perianal oleh feses
|
Gangguan integritas kulit
|
|
|
|
|
|
5.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Gangguan eliminasi (BAB lebih dari
normal) berhubungan dengan inflamasi, malabsorbsi usus, ditandai dengan
peningkatan peristaltik usus, defekasi sering dan berair, nyeri abdomen.
b. Gangguan keseimbangan cairan
(dehidrasi) berhubungan dengan intake kurang daripada output, kehilangan
berlebih pada sistem GI melalui feses yang cair dan muntah ditandai dengan
turgor kulit buruk, membran mukosa pucat, TTV tidak stabil (takikardi,
hipotensi dan demam).
c. Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan absorpsi nutrien dan anoreksia,
status hipermetabolik ditandai dengan penurunan berat badan, peningkatan bunyi
usus, konjungtiva dan membran mukosa pucat, menolak untuk makan.
d.
Gangguan
integritas kulit berhubungan dengan defisit volume cairan ditandai dengan
turgor kulit buruk, iritasi kulit daerah perianal, kulit kemerahan.
6.
INTERVENSI dan RASIONAL
1.
Diagnosa
1
Tujuan :
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan 1x24
jam BAB
pasien normal.
KH
:
-
Bising
usus dan peristaltik normal 5 – 35 kali per menit.
-
Defekasi
normal 1 kali per hari atau 2 kali per hari.
-
Konsistensi
feses padat dan lunak.
Intervensi
|
Rasional
|
Observasi dan catat frekuensi
defekasi, karakteristik, jumlah dan faktor pencetus
|
Membantu membedakan penyakit
individu dan mengkaji beratnya episode
|
Tingkatkan tirah baring, berikan
alat-alat disamping tempat tidur.
|
Istirahat memutuskan motilitas
usus juga menurunkan laju metabolisme.
|
Buang feses dengan cepat, berikan
pengharum ruangan.
|
Menurunkan bau tidak sedap untuk
menghindari malu pasien.
|
Identifikasi makanan dan cairan
yang mencetuskan diare, misalnya sayuran segar dan buah, sereal, bumbu,
minuman karbonat, produk susu.
|
Menghindari iritan, meningkatkan
istirahat usus
|
Mulai lagi pemasukan cairan per
oral secara bertahap. Tawarkan minuman jernih tiap jam, hindari minuman
dingin.
|
Memberikan istirahat kolon dengan
menghilangkan atau menurunkan rangsang makanan/cairan
|
Observasi demam, takikardi,
letargi, leukosit, ansietas dan kelesuan.
|
Mengidentifikasi adanya proses
infeksi/peradangan
|
Kolaborasi pemberian obat
antikolinergik
|
Menurunkan motilitas/peristaltik
GI dan menurunkan sekresi digestif untuk menghilangkan kram dan diare
|
2. Diagnosa 2
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24
jam tidak terjadi ketidakseimbangan cairan.
KH :
-
Masalah
dehidrasi dapat teratasi/keseimbangan cairan pasien adekuat.
-
Turgor
kulit baik.
-
Membran
mukosa baik/lembab.
-
TTV
stabil.
Intervensi
|
Rasional
|
Awasi masukan dan haluaran,
karakter dan jumlah feses, perkiraan kehilangan yang tak terlihat, misalnya:
berkeringat, ukur berat jenis urine, observasi oliguria.
|
Memberikan informasi tentang
keseimbangan cairan, fungsi ginjal dan kontrol penyakit usus juga merupakan
pedoman untuk penggantian cairan.
|
Kaji TTV
|
Hipotensi, takikardi, demam dapat
menimbulkan/menunjukkan respon terhadap kehilangan cairan.
|
Observasi kulit kering berlebihan
dan membran mukosa, penurunan turgor kulit, pengisian kapiler lambat.
|
Menunjukkan kehilangan cairan
berlebihan/dehidrasi.
|
Ukur berat badan tiap hari.
|
Indikator cairan dan status
nutrisi
|
Observasi perdarahan dan tes feses
tiap hari untuk adanya darah samar
|
Diet tak adekuat dan penurunan
absorbsi dapat menimbulkan defisiensi vitamin K dan merusak koagulasi,
potensial resiko perdarahan
|
Kolaborasi:
Berikan cairan parenteral sesuai
indikasi.
|
Mempertahankan penggantian cairan
untuk memperbaiki kehilangan.
|
Awasi hasil laboratorium
|
Menentukan kebutuhan penggantian
dan keefektifan terapi
|
Berikan obat sesuai indikasi.
|
Menurunkan kehilangan cairan dari
usus
|
3. Diagnosa
3
Tujuan
:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24
jam status nutrisi pasien terpenuhi.
KH
:
-
Nafsu makan baik
-
BB ideal sesuai dengan umur dan kondisi
tubuh
-
Hasil pemeriksaan laborat protein dalam batas normal (3-5 mg/dalam)
Intervensi
|
Rasional
|
Timbang berat badan tiap hari
|
Memberikan informasi tentang
kebutuhan diet
|
Dorong tirah baring dan atau
pembatasan aktifitas selama fase sakit akut
|
Menurunkan kebutuhan metabolik
|
Anjurkan istirahat sebelum makan.
|
Menenangkan peristaltik dan
meningkatkan energi untuk makan
|
Berikan kebersihan mulut
|
Mulut yang bersih dapat
menyenangkan rasa makanan
|
Sediakan makanan dalam ventilasi
yang baik, lingkungan yang menyenangkan dengan situasi tidak terburu-buru.
|
Lingkungan yang menyenangkan
menurukan stres dan lebih kondusif untuk makan
|
Catat dan temukan perubahan
simptomatologi
|
Memberikan rasa kontrol pada
pasien dan kesempatan untuk memilih makanan yang diinginkan/dinikmati, dapat
meningkatkan masukan
|
Kolaborasi:
Pertahankan puasa sesuai indikasi.
|
Istirahat usus menurunkan
peristaltik dan diare dimana menyebabkan malabsorpsi/kehilangan nutrien
|
Tambahkan diet sesuai indikasi
|
Memungkinkan saluran usus untuk
memaksimalkan kembali proses pencernaan
|
Berikan obat sesuai indikasi.
|
Untuk mempercepat proses
penyembuhan
|
4. Diagnosa 4
Tujuan
:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24
jam Integritas kulit pasien adekuat.
KH
:
-
Turgor
kulit baik.
-
Iritasi
kulit daerah perianal teratasi.
-
Warna
kulit daerah perianal sama dengan daerah sekitar.
Intervensi
|
Rasional
|
Observasi kemerahan, pucat,
ekskoriasi
|
Area ini meningkat resikonya untuk
kerusakan dan memerlukan pengobata lebih intensif
|
Gunakan
krim kulit 2 kali sehari setelah mandi
|
Melicinkan
kulit dan menurukan gatal
|
Diskusikan pentingnya perubahan
posisi sering, perlu untuk mempertahankan aktivitas.
|
Meningkatkan sirkulasi dan perfusi
kulit dengan mencegah tekaan lama pada jaringan
|
Tekankan
pentingnya masukan nutrisi/cairan adekuat
|
Perbaikan
nutrisi dan hidrasi akan memperbaiki kondisi
|
BAB
III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Gastroenteritis akibat infeksi bakteri Escherichia
coli adalah peradangan pada lambung dan usus halus yang diakibatkan oleh
masuknya mikroorganisme yang masuk bersama makanan yang menimbulkan
gejala-gejala berupa hilangnya nafsu makan, mual, muntah, diare serta rasa
tidak enak di perut.
Etiologi gastroenteritis adalah :
5. Faktor Infeksi
6. Faktor Malabsorpsi
7. Faktor Makanan
8. Faktor Psikologis
Askep dari gastroenteritis meliputi :
1. Pengkajian
2. Analisa data
3. Diagnosa keperawatan
4. Intervensi dan Rasional
3.2
SARAN
1.
Bagi mahasiswa
Meningkatkan kualitas belajar dan memperbanyak
literature tentang pembuatan proses keperawatan dalam melaksanakan asuhan
keperawatan gastroenteritis yang baik dan benar.
2.
Bagi pendidikan dan kesehatan
Bagi dosen pembimbing agar dapat memberikan
bimbingan yang lebih baik dalam pembuatan makalah selanjutnya. Dan membarikan
pengetahuan kepada mahasiswa keperawatan agar lebih mengerti tentang proses
keperawatan sehingga dapat memberikan rencana asuhan keperarawatan dengan baik
dan benar pada pasien gastroenteritis.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marylin E. 2005. Rencana Asuhan
Keperawatan, Edisi 3. Jakarta ; EGC.
Lynda Juall Carpenito-Moyet. 2006. Buku Saku Diagnosis
Keperawatan, Edisi 10. Jakarta ; EGC