Jumat, 30 November 2012

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PRA dan POST OPERASI BEDAH JANTUNG Dalam Memenuhi Tugas Sistem KardiovaskulerII

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN
PRA dan POST OPERASI BEDAH JANTUNG
Dalam Memenuhi Tugas Sistem KardiovaskulerII



Dosen Pembimbing : Sri Hananto Ponco S.Kep,Ns
Disusun Oleh : Kelompok IX
Nama Anggota Kelompok :
Khoirul Anam
Ika Suci Rahayu
Iwan Budi Efendi


PROGRAM STUDI S-1 ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
LAMONGAN
TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Jl. Raya Plalangan Plosowahyu KM 3Lamongan

KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin

Segala puji dan syukur kepada Allah SWT, yang telah memberi rahmat dan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tanpa hambatan sesuatu apapun.

Sholawat serta salam semoga terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi besar, Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabat-Nya yang telah membimbing kita dari jaman jahiliyah menuju jaman Islamiyah.

Dengan adanya makalah ini diharapkan mahasiswa dapat  memetik manfaat dan dapat mengembangkan potensi dirinya. Makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Sistem KardiovaskulerII. Makalah ini tidak akan tersusun tanpa adanya pihak-pihak yang mendukung proses pelaksanaan ini. Kami ucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada pihak-pihak yang mendukung penyusunan makalah ini, diantaranya :

1.      Drs.H Budi Utomo,Amd kep. M.Kes selaku ketua STIKES Muhammadiyah Lamongan
2.      Arifal Aris S.Kep Ns, M.Kes selaku ketua prodi S-1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah lamongan
3.      Sri Hananto Ponco S.Kep, Ns selaku dosen pembimbing

Dan beberapa pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu per satu, yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu kami mengharap saran dan kritik yang membangun agar lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat memberi manfaat  bagi kami khususnya dan pembaca umumnya. Amin.

Penulis
DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR ................................................................................................ ......
DAFTAR ISI ................................................................................................................
BAB I          PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang ................................................................................. ......
B.     Rumusan Masalah ............................................................................
C.     Tujuan .............................................................................................. ......

BAB II         PEMBAHASAN
A.    Definisi.............................................................................................
B.     Klasifikasi........................................................................................
C.     Tujuan Operasi Bedah Jantung........................................................
D.    Toleransi dan Perkiraan Resiko Operasi...........................................
E.     Diagnosis Penderita Penyakit Jantung.............................................
F.      Perawatan Perioperatif Dikamar Operasi.........................................
G.    Perawatan Pasca Bedah...................................................................

BAB III       ASUHAN KEPERAWATAN
A.    Pengkajian.........................................................................................
B.     Diagnosa Keperawatan.....................................................................
C.     Intervensi..........................................................................................
D.    Implementasi.....................................................................................
E.     Evaluasi.............................................................................................

BAB IV       PENUTUP
A.    Kesimpulan.......................................................................................
B.     Saran.................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Bedah jantung dilakukan untuk menangani berbagai masalah jantung.Prosedur yang sering mencakup angioplasti koroner perkutan, revaskularisasi arteri koroner dan perbaikan penggantian katup jantung yang rusak.
Di masa kini, pasien dengan penyakit jantung dan komplikasi yang menyertainya dapat dibantu untuk mencapai kualitas hidup yang lebih besar dan yang diperkirakan sepuluh tahun silam.Dengan prosedur diagnostik yang canggih yang memungkinkan diagnostik dimulai lebih awal dan lebih akurat, menyebabkan penanganan dapat dilakukan jauh sebelum terjadi kelemahan yang berarti.Penanganan dengan teknologi dan farmakoterapi yang baru terus dikembangkan dengan cepat dan dengan keamanan yang semakin meningkat.Mungkin tak ada intervensi terapi yang begitu berarti seperti pembedahan jantung yang dapat memperbaiki kualitas hidup pasien dengan penyakit jantung.
Pembedahan jantung pertama yang berhasil, penutupan luka tusuk ventrikel kanan, telah dilakukan di tahun 1895 oleh ahli bedah halls de Vechi.Di Amerika Serikat pembedahan serupa yang sukses, juga penutupan luka tusuk, dilakukan di tahun 1902. Diikuti oleh pembedahan katup di tahun 1923 dan 1925, penutupan duktus paten di tahun 1937 dan 1938, dan reseksi koarktasi aorta pada tahun 1944. Era baru tandur pintasan arteri koroner bermula di tahun 1954.
Perkembangan yang paling revolusioner dalam perkembangan pembedahan jantung adalah teknik pintasan jantung-paru.Pertama kali digunakan dengan berhasil pada manusia di tahun 1951.Di masa kini lebih dari 250.000 prosedur yang dilakukan dengan menggunakan pintasan jantung paru.Terbanyak (lebih dari 200.000) dilakukan di Amerika Utara. Kebanyakan prosedur adalah graft pintasan arteri koroner (CABG = coronary artery bypass graft) dan perbaikan atau penggantian katup.
Kemajuan dalam diagnostik, penatalaksanaan medis, teknik bedah dan anestesia, dan pintasan jantung paru, dan juga perawatan yang diberikan di unit perawatan kritis serta program rehabilitasi telah banyak membantu pembedahan menjadi pilihan penanganan yang aman untuk pasien dengan penyakit jantung.

1.2 Rumusan Masalah

1.      Apa Definisi Bedah Jantung ?
2.      Apa saja Klasifikasi Bedah Jantung ?
3.      Apa Tujuan Operasi Bedah Jantung ?
4.      Apa saja Toleransi dan Perkiraan Resiko Operasi ?
5.      Apa saja Diagnosis Penderita Penyakit Jantung ?
6.      Bagaimana Perawatan Perioperative Dikamar Operasi ?
7.      Bagaimana Perawatan Pasca Bedah?

1.3Tujuan
Tujuan Instuksional Umum
Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pada pasien intra bedah jantung.
Tujuan Instuksional Khusus
1)      Mengetahui pengertian dari bedah jantung
2)      Mengetahui klasifikasi bedah jantung
3)      Mengetahui Tujuan operasi bedah jantung
4)      Mengetahui toleransi dan perkiraan resiko operasi
5)      Mengetahui diagnose penderita penyakit jantung
6)      Mengetahui perawatan perioperative dikamar operasi
7)      Mengetahui perawatan pasca bedah


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Bedah jantung adalahUsaha atau operasi yang dikerjakan untuk melakukan koreksi kelainan anatomi atau fungsi jantung.

2.2 Klasifikasi
  1. Operasi jantung terbuka, yaitu operasi yang dijalankan dengan membuka rongga jantung dengan memakai bantuan mesin jantung paru (mesin extra corporal).
  2. Operasi jantung tertutup, yaitu setiap operasi yang dijalankan tanpa membuka rongga jantung misalnya ligasi PDA, Shunting aortopulmonal.
2.3Tujuan Operasi Bedah Jantung
Operasi jantung dikerjakan dengan tujuan bermacam-macam antara lain :
  1. Koreksi total dari kelainan anatomi yang ada, misalnya penutupan ASD, Pateh VSD, Koreksi Tetralogi Fallot.
  2. Transposition Of Great Arteri (TGA). Umumnya tindakan ini dikerjakan terutama pada anak-anak (pediatrik) yang mempunyai kelainan bawaan.
  3. Operasi paliatif, yaitu melakukan operasi sementara untuk tujuan mempersiapkan operasi yang definitive atau total koreksi karena operasi total belum dapat dikerjakan saat itu, misalnya shunt aortopulmonal pada TOF, Pulmonal atresia.
  4. Repair yaitu operasi yang dikerjakan pada katub jantung yang mengalami insufisiensi.
  5. Replacement katup yaitu operasi penggantian katup yang mengalami kerusakan.
  6. Bypass koroner yaitu operasi yang dikerjakan untuk mengatasi stenosis/sumbatan arteri koroner.
  7. Pemasangan inplant seperti kawat ‘pace maker’ permanen pada anak-anak dengan blok total atrioventrikel.
  8. Transplantasi jantung yaitu mengganti jantung seseorang yang tidak mungkin diperbaiki lagi dengan jantung donor dari penderita yang meninggal karena sebab lain.
2.4 Toleransi dan Perkiraan Resiko Operasi
Toleransi terhadap operasi diperkirakan berdasarkan keadaan umum  penderita yang biasanya ditentukan dengan klasifikasi fungsional dari New York Heart Association.
Klas   I    : Keluhan dirasakan bila bekerja sangat berat misalnya berlari
Klas  II    : Keluhan dirasakan bila aktifitas cukup berat misalnya berjalan cepat.
Klas III   : Keluhan dirasakan bila aktifitas lebih berat dari pekerjaan sehari-hari.
Klas IV   : Keluhan sudah dirasakan pada aktifitas primer seperti untuk makan dan lain-lain sehingga penderita harus tetap berbaring ditempat tidur.
Waktu terbaik (Timing) untuk melakukan operasi hal ini ditentukan berdasarkan resiko yang paling kecil.Misalnya umur yang tepat untuk melakukan total koreksi Tetralogi Fallot adalah pada umur 3 – 4 tahun.
Hal ini yaitu berdasarkan klasifikasi fungsional di mana operasi katub aorta karena suatu insufisiensi pada klas IV adalah lebih tinggi dibandingkan pada klas III.Hal ini adalah saat operasi dilakukan.Operasi pintas koroner misalnya bila dilakukan secara darurat resikonya 2x lebih tinggi bila dilakukan elektif.
2.5Diagnosis Penderita Penyakit Jantung
Untuk menetapkan suatu penyakit jantung sampai kepada suatu diagnosis maka diperlukan tindakan investigasi yang cukup. Mulai dari anamnesa, pemeriksaan fisik/jasmani, laboratorium, maka untuk jantung diperlukan pemeriksaan tambahan sebagai berikut :
  1. Elektrokardiografi (EKG) yaitu penyadapan hantaran listrik dari jantung memakai alat elektrokardiografi.
  2. Foto polos thorak PA dan kadang-kadang perlu foto oesophagogram untuk melihat pembesaran atrium kiri (foto lateral).
  3. Fonokardiografi
  4. Ekhocardiografi yaitu pemeriksaan jantung dengan memakai gelombang pendek dan pantulan dari bermacam-macam lapisan di tangkap kembali. Sehingga terlihat gambaran rongga jantung dan pergerakan katup jantung. Selain itu sekarang ada lagi Dopler Echocardiografi dengan warna, dimana dari gambaran warna yang terlihat bisa dilihat shunt, kebocoran katup atau kolateral.
  5. Nuklir kardiologi yaitu pemeriksaan jantung dengan memakai isotop intra vena kemudian dengan “scanner” ditangkap pengumpulan isotop pada jantung.
  6. Kateterisasi  jantung yaitu pemeriksaan jantung dengan memakai kateter yang dimasukan ke pembuluh darah dan didorong ke rongga jantung. Kateterisasi jantung kanan melalui vena femoralis, kateterisasi jantung kiri melalui arteri femoralis.
Pemeriksaan kateterisasi bertujuan :
·         Pemeriksaan tekanan dan saturasi oksigen rongga  jantung, sehingga diketahui adanya peningkatan saturasi pada rongga jantung kanan akibat suatu shunt dan  adanya hypoxamia pada jantung bagian kiri.
·         Angiografi untuk melihat rongga jantung atau pembuluh darah tertentu misalnya LV grafi, aortografi, angiografi koroner dll.
·         Pemeriksaan curah jantung pada keadaan tertentu.
·         Pemeriksaan enzym  khusus, yaitu  pemeriksaan enzym creati kinase dan fraksi CKMB untuk penentuan  adanya infark pada keadaan “ unstable angin pectoris”.
2.6Perawatan Perioperatif Dikamar Operasi
Setelah pesien diputuskan operasi, maka persiapan harus dilakukan, yaitu persiapan fisik maupun persiapan mental.
Untuk persiapan fisik, hal-hal yang harus diperhatikan  ialah persiapan kulit,gastrointestinal,persiapan untuk anastesi, kenyamanan dan  istirahat pasien, serta obat-obatan  yang digunakan. Sedangkan persiapan mental,sangat tergantung  pada dukungan dari keluarga. Tugas perawat bedah disini adalah dapat memberikan informasi yang jelas pada pasien.Meliputi anatomi dasar dan kondisi penyakit pasien. Prosedur operasi sebatas kopetensi yang diberikan, pemeriksaan diagnostic penunjang, peraturan-peraturan dari tim bedah, keadaan di ruang operasi, jenis syarat operasi dan ruang tunggu bagi keluarga pasien. Hal ini dilakukan  pada  saat  perawat bedah melakukan kunjungan sebelum  pasien dioperasi.
Ø  PengkajianPasien Pada Saat Di Kamar Operasi
  • Observasi tingkat kesadaran pasien
  • Observasi emosi pasien
  • Observasi aktivitas
  • Cek obat yang digunakan
  • Observasi pernafasan pasien
  • Riwayat penyakit, keluarga, kebiasaan  hidup
  • Cek obat yang digunakan
  • Observasi tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu
  • Observasi kulit: warna, turgor, suhu, keutuhan
Ø  Pemeriksaan Diagnose
·         EKG: untuk mengetahui disaritmia
·         Chest x-ray
·         Hasil laboratarium: darah lengkap, koagulasi, elektrolit, urium, kreatinin, BUN, Hb.
·         Kateterisasi
·         Ekhocardiografi

Ø  Tindakan Perawatan Saat Menerima Pasien di Ruang Persiapan
  • Melakukan serah terima dengan perawat ruangan
  • Memperkenalkan diri dan anggota tim kepada pasien
  • Mengecek identitas pasien dengan memanggil namanya
  • Memberikan surport kepada pasien
  • Informasikan kepada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan seperti ganti baju, pemasangan infuse, kanulasi arteri dan pemasangan lead EKG
  • Mendampingi pasien saat memberikan premedikasi
  • Menciptakan situasi yang tenang
  • Yakinkan pasien tidak menggunakan gigi palsu, perhiasan, kontak lensa dan alat bantu dengar
  • Membawa pasien keruang operasi
Ø  Perawatan Intra Operasi
1.      Airway (jalan nafas) Persiapkan alat untuk mempertahankan Airway antara lain: guedel, laringoskop, ETT berbagai ukuran, system hisab lendir
2.      Breathing (pernafasan) persiapan alat untuk terapi O2 antara lain: kanula, sungkup, bagging dan ventilator
3.      Circulation (sirkulasi):
a.       Pemasangan EKG, sering digunakan lead II untuk memantau dinding  miokard bagian inferior dan V5 untuk antero lateral
b.      Kanulasi arteri dipasang untuk memantau  tekanan arteri dan analisa gas darah
c.       Pemasangan CVP untuk pemberian darah  autologus dan infuse kontinu serta obat-obatan  yang  perlu diberikan
d.      Temperature: sering digunakan nasofaringeal atau rektal untuk mengevaluasi status pasien dari cooling dan rewarning, tingkat proteksi miokard, adekuatnya perfusi perifer dan hipertermi maligna
e.       Pada beberapa sentra sering dipasang elektro encephalogram untuk memantau kejadian akut seperti iskemia atau injuri otak
f.       Pemberian obat-obatan: untuk anastesi dengan  tujuan tidak sadar, amnesia, analgesia, relaksasi otak dan  menurunkan respons stress, sedang obat lain seperti inotropik, kronotropik, antiaritmia, diuretic, anti  hipertensi, anti kuagulan dan kuagulan juga perlu
  1. Defibrillator : Alat ini disiapkan untuk mengantisipasi aritmia yang mengancam jiwa
  1. Deathermi : Melakukan pemasangan ground pad harus disesuaikan dengan ukuran untuk mencegah  panas yang terlalu tinggi pada tempat pemasangan
  1. Posisi pasien dimeja operasi
Mengatur pasien tergantung dari prosedur operasi yang akan dilakukan. Hal yang perlu diperhatikan: posisi harus fisiologis, system muskuloskeletal harus terlindung, lokasi operasi mudah terjangkau, mudah dikaji oleh anastesi,beri perlindungan pada bagian yang tertekan (kepala, sacrum, scapula, siku, dan tumit)
  1. Menjaga tindakan asepsis
Kondisi asepsis dicapai dengan: cuci tangan, melakukan proparasi kulit dan drapping. Menggunakan gaun dan sarung tangan yang steril.

2.7Perawatan Pasca-bedah
Perawatan pasca bedah dimulai sejak penderita masuk ke ICU.Untuk mengetahui problem pasca bedah dianjurkan untuk mengetahui problem penderita pra bedah sehingga dapat diantisipasi dengan baik.Misalnya problem pernapasan, diabetes dan lain-lain.







 
v  Perawatan Pasca Bedah Dibagi Atas
1.      Perawatan di ICU.
a.       Monitoring Hemodinamik.
Setelah penderita pindah di ICU maka serah terima antara perawat yang mengantar ke ICU dan petugas/perawat ICU yang bertanggung jawab terhadap penderita tersebut : Dianjurkan setiap penderita satu perawat yang bertanggung jawab menanganinya selama 24 jam.
Pemantauan yang dikerjakan harus secara sistematis dan mudah :
·         CVP,  RAP,  LAP.
·         Denyut jantung.
·         Wedge presure dan PAP.
·         Tekanan darah.
·         Curah jantung.
·         Obat-obat inotropik yang digunakan untuk support fungsi jantung dosisnya, rutenya dan lain-lain.
·         Alat lain yang dipakai untuk membantu seperti IABP, pacuh jantung dll.
b.      EKG
Pemantauan EKG setiap saat harus dikerjakan dan dilihat irama dasar jantung dan adanya kelainan irama jantung seperti AF, VES, blok atrioventrikel dll.  Rekording/pencatatan EKG lengkap minimal 1 kali dalam sehari dan tergantung dari problem yang dihadapi terutama bila ada perubahan  irama dasar jantung yang membahayakan.
c.       Sistem pernapasan
Biasanya penderita dari kamar operasi masih belum sadar dan bahkan diberikan sedasi sebelum ditransfer ke ICU. Sampai di ICU segera respirator dipasang dan dilihat :
·         Tube dan ukuran yang diapakai, melalui mulut / hidung.
·         Tidalvolume dan minut volume, RR, FiO2, PEEP.
·         Dilihat aspirat yang keluar dari bronkhus / tube, apakah lendirnya normal, kehijauan, kental atau berbusa kemerahan sebagai tanda edema paru ; bila perlu dibuat kultur.
d.      Sistem neurologis
Kesadaran dilihat dari/waktu penderita mulai bangun atau masih diberikan obat-obatan sedatif pelumpuh otot.  Bila penderita mulai bangun maka disuruh menggerakkan ke 4 ektremitasnya.
e.       Fungsi ginjal
Dilihat produksi urine tiap jam dan perubahan warna yang terjadi akibat hemolisis  dan lain-lain. Pemerikasaan ureum / kreatinin bila fasilitas memungkinkan harus dikerjakan.
f.       Gula darah
Bila penderita adalah diabet maka kadar gula darah harus dikerjakan tiap 6 jam dan bila tinggi mungkin memerlukan infus insulin.
g.   Laboratorium
      Setelah sampai di ICU perlu diperiksa   :
·         HB,HT,trombosit.
·         ACT.
·         Analisa gas darah.
·         LFT / Albumin.
·         Ureum, kreatinin, gula darah.
·         Enzim CK dan CKMB untuk penderita bintas koroner.

h.      Drain
Drain yang dipasang harus diketahui sehingga perdarahan dari mana mungkin bisa diketahui. Jumlah drain tiap satuan waktu biasanya tiap jam tetapi bila ada perdarahan maka observasi di kerjakan tiap ½ jam. Atau tiap ¼ jam. Perdarahan yang terjadi lebih dari 200 cc untuk penderita dewasa tiap jam dianggap sebagai perdarahan  pasca bedah dan mungkin memerlukan retorakotomi untuk menghentikan perdarahan.
i.        Foto thoraks
Pemerikasaan foto thoraks di ICU segera setelah sampai di ICU untuk melihat ke CVP, Kateter Swan Ganz.Perawatan pasca bedah di ICU harus disesuaikan dengan problem yang dihadapi seperti komplikasi yang dijumpai.Umumnya bila fungsi jantung normal, penyapihan terhadap respirator segera dimulai dan begitu juga ekstratubasi beberapa jam setelah pasca bedah.
j.        Fisioterapi.
Fisioterapi harus segera mungkin dikerjakan termasuk penderita dengan ventilator.Bila sudah ekstubasi fisioterapi penting untuk mencegah retensi sputum (napas dalam, vibrilasi, postural drinase).
  1. Perawatan setelah di ICU / di Ruangan.
Setelah klien keluar dari ICU maka pemantauan terhadap fungsi semua organ  terus dilanjutkan. Biasanya pindah dari ICU adalah pada hari ke dua pasca bedah.Umumnya pemeriksaan hematologi rutin dan thoraks foto telah dikerjakan termasuk laboratorium LFT, Enzim CK dan CKMB.
Hari ke 3 lihat keadaan dan diperiksa antara lain :
·         Elektrolit thrombosis.
·         Ureum
·         Gula darah.
·         Thoraks foto
·         EKG  12 lead.
Hari ke 4         : lihat keadaan, pemeriksaan atas indikasi.
Hari ke 5          : Hematologi, LFT, Ureum dan bila perlu elektrolit, foto thoraks tegak.
Hari ke 6  -  10 : pemerikasaan atas indikasi, misalnya thrombosis.

*      Obat – obatan ini biasanya diberikan analgetik karena rasa sakit daerah dada waktu batuk akan mengganggu pernapasan klien. Obat-obat lain seperti anti hipertensi, anti diabet, dan vitamin harus sudah dimulai, expectoransia, bronchodilator, juga diperlukan untuk mengeluarkan sputum yang banyak sampai hari ke 7 atau sampai klien pulang.
*      Perawatan luka, dapat tertutup atau terbuka. Bila ada tanda-tanda infeksi seperti kemerahan dan bengkak pada luka apalagi dengan tanda-tanda panas, lekositosis, maka luka harus dibuka jahitannya sehingga nanah yang ada bisa bebas keluar. Kadang-kadang perlu di kompres dengan antiseptik supaya nanah cepat kering. Bila luka sembuh dengan baik jahitan sudah dapat di buka pada hari ke delapan atau sembilan pasca bedah. Untuk klien yang gemuk, diabet kadang-kadang jahitan dipertahankan lebih lama untuk mencegah luka terbuka.
*      Fisioterapi, setelah klien exstubasi maka fisioterapi harus segera dikerjakan untuk mencegah retensi sputum yang akan menyebabkan problem pernapasan. Mobilisasi di ruangan mulai dengan duduk di tempat tidur, turun dari tempat tidur, berjalan disekitar tempat tidur, berjalan ke kamar mandi, dan keluar dari ruangan dengan dibimbing oleh fisioterapis atau oleh perawat.



BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas
·         Nama   : tidak berpengaruh
·         Umur   : kebanyakan disemua umur (pada anak-anak juga bisa seperti  pada kelainan jantung bawaan) (pada orang dewasa juga bisa dilakukan dengan indikasi gagal jantung) tapi lebih sering pada anak-anak
·         Jenis kelamin   : kebanyakan terjadi pada laki-laki tapi tidak menutup kemungkinan terjadi juga pada perempuan
3.1.2 Riwayat Kesehatan
·         Keluhan Utama
Biasanya pasien-pasien yang akan dilaksanakan operasi bedah jantung kebanyakan datang dengan keluhannya sesak nafas, nyeri dada, syanosis, kelemahan, palpitasi dan nafas cepat
·         Riwayat Penyakit Sekarang
Sesak nafas, nyeri dada, syanosis, kelemahan, nafas cepat, palpitasi
·         Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien sebelumnya pernah merasa sesak dan nyeri pada dada tapi hilang dengan obat warung
·         Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami kelainan jantung
3.1.3Pemeriksaan Fisik
·         Kesadaran       : Composmentis
·         Keadaan umun: biasanya dalam keadaan lemas
·         TTV
-          Nadi                : 90-110 x/menit
-          TD                   : 110/70-140/90 mmHg
-          RR                   : 24-27 x/menit
-          Suhu                : 37,5-38.5 ̊ C
·         Kepala dan Leher
Rambut           : Keriting, ada lesi, distribusi merata.
Wajah              : Normal, konjungtiva pucat
Hidung            : Pernapasan cuping hidung,Tidak ada polip
Mulut              : Bersih
Leher               : Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid
·         Thorax
·         Jantung
Inspeksi           : tampak ictus cordis
Palpasi             : ictus cordis kuat angkat
Perkusi            : batas jantung melebar
Auskultasi       : BJ 1 dan 2 melemah, BJ S3 dan S4, disritmia, gallop
·         Paru
Inspeksi           : pengembangan paru kanan-kiri simetris
Palpasi             : ada otot bantu pernafasan
Perkusi            : sonor
Auskultasi       : weezing
·         Abdomen                                                                  
Inspeksi           : Bulat datar
Palpasi             : tidak ada nyeri tekan
Perkusi            : -
Auskultasi       : Bising usus (+)
·         Ekstremitas 
Eks. Atas         : Ada clubbing fingers, terdapat oedema
Eks. Bawah     :Ada clubbing fingers, terdapat oedema
·         Sistem Integumen : kulit kering dan turgor kulit juga jelek
·         Genetalia         : bersih, normal, tidak ada penyakit kelamin, tidak ada hemoroid




3.1.4        Pengkajian Fungsional Gordon
1.      Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
  Pasien mengatakan kesehatan merupakan hal yang penting, jika ada keluarga yang sakit maka akan segera dibawa ke pelayanan kesehatan terdekat.
2.      Pola nutrisi dan metabolik
Makan  : Tidak nafsu makan disebabkan dipsnea
Minum : minum air putih tidak banyak sekitar 400-500cc
3.      Pola eliminasi
BAK : adanya retensi urin / inkonteninsia urine
BAB : adanya konstipasi
4.      Pola aktivitas dan latihan
Pasien tidak bisa melakukan aktivitas seperti biasanya karena  adanya sesak dan nafas pendek.
5.      Pola istirahat tidur
Pasien tidak bisa istirahat total seperti biasanya karena ada nyeri di dada
6.      Pola persepsi sensori dan kognitif
Pasien sudah mengerti tentang keadaanya dan merasa harus segera berobat
7.      Pola hubungan dengan orang lain
Pasien dapat berhubungan dengan orang lain secara baik tetapi akibat kondisinya pasien malas untuk keluar dan memilih untuk istirahat.
8.      Pola reproduksi / seksual
Pasien berjenis kelamin laki –laki dan akibat penyakitnya pasien tidak bisa berhubungan seksual .
9.      Pola persepsi diri dan konsep diri
Pasien ingin cepat sembuh  dan tidak ingin mengalami penyakit seperti ini lagi
10.  Pola mekanisme koping
Pasien apabila merasakan tidak nyaman sekali dan memegangi dadanya.
11.  Pola nilai kepercayaan / keyakinan
Pasien beragama islam dan yakin akan cepat sembuh menganggap ini merupakan cobaan dari Allah SWT.

3.1.5 Contoh Analisa Data
no
Data
Etiologi
Masalah
1
Ds :  pasien mengatakan cepat lelah saat beraktifitas dan nyeri pada dadanya.
Do :
-    TTV (TD : 120/80-140/90 mmHg, N : takikardi (lebih dari 100x/menit), RR : takipnea (24-28x/menit), S : 37,50-38,50 C )
-    Bunyi Jantung S3 dan S4
Penurunan kontraktilitas miokard

Penurunan cardiac output

2
Ds:  Pasien mengatakan dapat beraktivitas seperti biasa dan tidak mudah lelah.
Do:
-    TTV (TD : 120/80-140/90 mmHg, N : takikardi (lebih dari 100x/menit), RR : takipnea (24-28x/menit), S : 37,50-38,50 C )
ketidakseimbangan antara suplai oksigen

Gangguan intoleransi aktivitas

3
Ds:  pasien mengatakan air kencingnya sedikit
Do:
- TTV (TD : 120/80-140/90 mmHg, N : takikardi (lebih dari 100x/menit), RR : takipnea (24-28x/menit), S : 37,50-38,50 C )
- Oedema pada kaki
menurunnya filtrasi glomelurus

Kelebihan volume cairan


3.1.6 Diagnosa Keperawatan
  1. Penurunan cardiac output b.d penurunan kontraktilitas miokard.
  2. Gangguan intoleransi aktifitas  b.d adanya ketidakseimbangan  antara suplay oksigen
  3. Kelebihan volume cairan b.d menurunnya filtrasi glomelurus
3.1.7 Proses Keperawatan
No
Diagnosa
Tujuan dan KH
Intervensi
Rasional
1
Penurunan cardiac output berhubungan dengan penurunan kontraktilitas miokard.

Setelah dilakukan proses keperawatan selama 1x24 jam diharapkan keseimbangan heart rate  dan frekuensi jantung dapat terjaga dengan KH :
K : pasien dan keluarga pasien mengetahui apa yang menyebabkan dari menurunnya cardiac output.
A : pasien dan keluarga pasien bisa menunjukan bagaimana cara untuk menjaga cardiac output tetap stabil.
P : pasien dan keluarga pasien bisa mempertahankan cardiac output tetap stabil
P : - TTV normal : (TD :  110/70-120/80 mmHg, Suhu: 36,5-37,50 C, RR: 16-24  x/mnt, Nadi: 60-100 x/mnt
- Tidak ada bunyi jantung tambahan S3 (gallop) dan S4 (murmur)
- keluaran urin adekuat
- tidak ada edema
- Peralatan pemantau hemodinamik memperlihatkan hasil normal ( tekanan vena central (CVP) normal antara 2-8 mmHg atau 3-11 cm air, curah jantung normal antara 3-5L/menit, tekanan kapiler pulmonal (PCWP) normal yaitu 6-12 mmHg, indeks jantung normal 2,5-3,5 L/mnt/mm2, tekanan vaskuler sistemik normal antara 600-1400 dynes/sec, rerata tekanan arteri normal 70-100mmHg)
1.      Observasi TTV


2.      Auskultasi bunyi jantung, catat frekuensi, irama. Catat adaya denyut jantung ekstra, penurunan nadi.









3.      Observasi status mental, catat perkembangan kekacauan, disorientasi.


4.      Catat warna kulit, adanya kuwalitas pulse .










5.      Pantau status kardivaskuler setiap jam sampai stabil melalui parameter hemodinamik




6.      Kolaborasi obat anti aritmia
1.      Mengetahui keadaan umum pasien
2.      disritmia khusus lebih jelas terdeteksi dengan pendengaran dari pada dengan palpasi. Pendenganaran terhadap bunyi jantung ekstra atau penurunan nadi membantu mengidentifikasi disritmia pada pasien tak terpantau
3.      Menurunnya perfusi otak dapat mengakibatkan perubahan observasi/ pengenalan dalam sensori.
4.      Sirkulasi periferal turun ketika Cardiac Output menurun, membuat/menjadikan warna pucat/abu-abu bagi kulit (tergantung dari derajat hipoksia) dan penurunan kekuatan dari denyut periferal.
5.      untuk mengevaluasi efektifitas pengobatan, banyak parameter digunakan untuk mengevaluasi fungsi kardiovaskuler
6.      Meringankan beban jantung
2
Gangguan intoleransi aktifitas  berhubungan dengan adanya ketidakseimbangan  antara suplay oksigen


Setelah dilakukan proses keperawatan selama 1x24 jam pasien dapat melakukan aktivitas seperti biasa dan tidak mudah lelah
dengan KH :
K : pasien dan keluarga pasien mengetahui penyebab dari gangguan intoleransi aktivitas
A : pasien dan keluarga pasien mampu menunjukan bagaimana cara mengatasi gangguan intoleransi aktivitas
P : pasien dan keluarga pasien mampu mengatasi gangguan intoleransi aktivitas
P : - TTV normal : (TD :  110/70-120/80 mmHg, Suhu: 36,5-37,50 C, RR: 16-24  x/mnt, Nadi: 60-100 x/mnt
- suara nafas vesikuler
- mukosa dan dasar kuku berwarna merah muda
1.      Observasi TTV


2.      Catat respon kardiopulmonal terhadap aktivitas, catat takikardi, disritmia, dispnea, berkeringat, pucat.










3.      Observasi warna kulit, membran mukosa dan kuku. Catat adanya sianosis perifer (kuku) atau sianosis sentral.







4.       Evaluasi peningkatan intoleransi aktivitas.




5.      Anjurkan untuk menarik nafas dalam, batuk efektif, berpindah posisi, memakai spirometer dan mematuhi terapi nafas.
1.      Mengetahui keadaan umum pasien
2.      Penurunan/ketidakmampuan miokardium untuk meningkatkan volume sekuncup selama aktivitas, dengan menyebabkan peningkatan segera pada frekuensi jantung dan kebutuhan oksigen, juga peningkatan kelelahan dan kelemahan.
3.      Sianosis kuku menunjukkan vasokontriksi respon tubuh terhadap demam/menggigil namun sianosis pada daun telinga, membran mukosa dan kulit sekitar mulut menunjukkan hipoksemia sistemik.
4.      Dapat menunjukkan peningkatkan dekompensasi jantung daripada kelebihan aktivitas.
5.      Membantu menjaga jalan nafas tetap paten, mencegah atelectasis dan memungkinkan pengembangan paru.
3
Kelebihan volume cairan berhubungan dengan menurunnya filtrasi glomelurus.

Setelah dilakukan proses keperawatan selama 1x24 jam diharapkan keseimbangan cairan dalam tubuh dapat tercapaidengan KH:
K : pasien dan keluraga pasien mengetahui penyebab dari kelebihan volume cairan
A : pasien dan keluarga pasien mampu menunjukan bagaimana cara menangani kelebihan volume cairan
P : pasien dan keluarga pasien mampu mengatasi kelebihan volume cairan
P : - TTV normal : (TD :  110/70-120/80 mmHg, Suhu: 36,5-37,50 C, RR: 16-24  x/mnt, Nadi: 60-100 x/mnt
-  Gambaran adanya kestabilan volume cairan dengan seimbangnya intake output.
- tidak ada edema. 
1.      Observasi TTV.


2.      Observasi output urine, catat jumlah dan warnanya



3.       Atur posisi semi fowler selama fase akut







4.      Periksa tubuh dari edema dengan/tanpa pitting, catat adanya edema seluruh tubuh (anasarka)






5.      Palpasi adanya hepatomegali. Catat keluhan nyeri pada kwadran atas bagian kanan





6.      Kolaborasi dengan tim kesehatan dengan pemberian diuretic, thiazide dan pengganti potasium.

1.      Untuk mengetahui keadaan umum pasien.
2.      Output urine mungkin sangat sedikit dan pekat, karena menurunnya perfusi jaringan
3.      Dengan posisi berbaring semi fowler meningkatkan filtrasi glomerulus dan mengurangi produksi ADH sehingga menambah diuresis.
4.      Retensi cairan yang berlebihan dimanifestasikan dengan adanya edema. Meningkatnya kongesti vaskuler yang akhirnya mengakibatkan edema jaringan sistemik.
5.      Bertambah beratnya gagal jantung menambah kongesti vena , mengakibatkan distensi perut dan nyeri. Ini dapai merubah fungsi hati dan merugikan metabolisme obat.
6.      Diuretic (Furosemic), Meningkatkan aliran urine dan menghalangi reabsorsi dari sodium/klorida didalam tubulus ginjal. Thiazide (Spironolactone), Meningkatnya diuresis tanpa kehilangan potassium yang berlebihan.

3.2 Pengkajian Pasien yang telah menjalani Operasi Jantung
3.2.1 Riwayat Kesehatan
·         Keluhan Utama
Biasanya pasien-pasien yang telah dilaksanakan operasi bedah jantung kebanyakan keluhannya sesak nafas, nyeri dada, kelemahan, palpitasi dan nafas cepat
·         Riwayat Penyakit Sekarang
Sesak nafas, nyeri dada, kelemahan, nafas cepat, palpitasi
·         Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien sebelumnya belum pernah menjalani bedah jantung
·         Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami kelainan jantung hingga dilakukan pembedahan

3.2.2Pemeriksaan Fisik
·         Kesadaran       : Apatis
·         Keadaan umun: biasanya dalam keadaan lemas
·         TTV
-          Nadi                : 55-80 x/menit
-          TD                   : 90/65-120/85 mmHg
-          RR                   : 22-27 x/menit
-          Suhu                : 37,5-38.5 ̊ C
·         Kepala dan Leher
Rambut           : Keriting, ada lesi, distribusi merata.
Wajah              : Normal, konjungtiva agak merah muda
Hidung            : Tidak ada polip
Mulut              : Bersih
Leher               : Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid
·         Thorax
·         Jantung
Inspeksi           : terdapat bekas jahitan luka operasi
Palpasi             : adanya nyeri tekan
Perkusi            : -
Auskultasi       : terdengar BJ 1 dan 2
·         Paru
Inspeksi           : pengembangan paru kanan-kiri simetris
Palpasi             : tidak ada otot bantu pernafasan
Perkusi            : -
Auskultasi       : weezing
·         Abdomen                                                                  
Inspeksi           : Bulat datar
Palpasi             : tidak ada nyeri tekan
Perkusi            : -
Auskultasi       : Bising usus (+)
·         Ekstremitas 
Eks. Atas         : Ada clubbing fingers, terdapat oedema
Eks. Bawah     :Ada clubbing fingers, terdapat oedema
·         Sistem Integumen : turgor kulit kembali > 1 detik
·         Genetalia         : bersih, normal, tidak ada penyakit kelamin, tidak ada hemoroid, dan terpasang kateter

Ø  Bila pasien telah dipindahkan ke unit perawatan kritis, 4-12 jam sesudahnya, harus dilakukan pengkajian yang lengkap mengenai semua system untuk menetukan status pascaoperasi pasien dibandingkan dengan garis dasar perioperative dan mengetahui perubahan yang mungkin terjadi selama pembedahan. Parameter yang dikaji adalah sebagai berikut :
1.      Status neurologis :tingkat responsivitas, ukuran pupil dan reaksi terhadap cahaya, refleks, gerakan ekstremitas, dan kekuatan genggaman tangan.
2.      Status Jantung :frekuensi dan irama jantung, suara jantung, tekanan darah arteri, tekanan vena sentral (CVP), tekanan arteri paru, tekanan baji arteri paru (PAWP = pulmonary artery wedge pressure). tekanan atrium kiri (LAP), bentuk gelombang dan pipa tekanan darah invasif, curah jantung atau indeks. tahanan pembuluh darah sistemik dan paru, saturasi oksigen arteri paru bila ada, drainase rongga dada, dan status serta fungsi pacemaker.
3.      Status respirasi : gerakan dada, suara napas, penentuan ventilator (frekuensi, volume tidal, konsentrasi oksigen, mode [mis, SIMV], tekanan positif akhir ekspirasi [PEEP], kecepatan napas, tekanan ventilator, saturasi oksigen anteri (SaO2), CO2 akhir tidal, pipa drainase rongga dada, gas darah arteri.
4.      Status pembuluh darah perifer :denyut nadi perifer, warna kulit, dasar kuku, mukosa, bibir dan cuping telinga, suhu kulit, edema, kondisi balutan dan pipa invasif.
5.      Fungsi ginjal :haluaran urin, berat jenis urin, dan osmolaritas.
6.      Status cairan dan elektrolit asupan : haluaran dan semua pipa drainase. semua parameter curah jantung, dan indikasi ketidakseimbangan elektrolit berikut:
a.       Hipokalemia    : intoksikasi digitalis, disritmia (gelombang U, AV blok, gelombang T yang datar atau terbalik).
b.      Hiperkalemia   : konfusi mental, tidak tenang, mual, kelemahan, parestesia eksremitas, disrirmia (tinggi, gelombang T puncak, meningkatnya amplitudo, pelebaran kompleks QRS; perpanjangan interval QT).
c.       Hiponatremia  : kelemahan, kelelahan, kebingungan, kejang, koma.
d.      Hipokalsemia parestesia, spasme tangan dan kaki, kram otot, tetani.
e.       Hiperkalsemia intoksikasi digitalis, asistole.
7.      Nyeri :sifat, jenis, lokasi, durasi, (nyeri karena irisan harus dibedakan dengan nyeri angina), aprehensi, respons terhadap analgetika.
Beberapa pasien yang telah menjalani CABG dengan arteri mamaria interna akan mengalami parestesis nervus ulnaris pada sisi yang sama dengan graft yang diambil. Parestesia tersebut bisa sementara atau permanen. Pasien yang menjalani CABG dengan arteri gastroepiploika juga akan mengalami ileus selama beberapa waktu pascaoperatif dan akan mengalami nyeri abdomen pada tempat insisi selain nyeri dada.
Pengkajian juga mencakup observasi segala peralatan dan pipa untuk menentukan apakah fungsinya baik: pipa endotrakheal, ventilator, monitor CO2 akhir tidal, monitor SaO2, kateter arteri paru, monitor saturasi oksigen arteri paru (SavO2), pipa arteri dan vena, alat infus intravena dan selang, monitor jantung, pacemaker, pipa dada, dan sistem drainase urin.

3.2.3Contoh Analisa Data
No
Analisa data
Etiologi
Problem
1.
Ds: keluarga klien mengatakan bahwa pasien mengalami keletihan, berdebar-debar, nafas pendek, bingung
Do:
-    TTV (TD : 120/80-140/90 mmHg, N : takikardi (lebih dari 100x/menit), RR : takipnea (24-28x/menit), S : 37,50-38,50 C )
-    Bunyi Jantung S3 dan S4
-    Keluaran urin anadekuat
-    Peralatan pemantau hemodinamik memperlihatkan hasil tidak normal
-    Terdapat edema
Kehilangan darah dan gangguan miokardium
Penurunan curah jantung
2.
Ds: keluarga klien mengatakan bahwa pasien sesak, nafas pendek,
Do:
­- TTV (TD : 120/80-140/90 mmHg, N : takikardi (lebih dari 100x/menit), RR : takipnea (24-28x/menit), S : 37,50-38,50 C )
- AGD tidak normal (PO2 : dibawah 80 mmHg, PCO2 : diatas 45 mmHg, HCOO-3 : dibawah 21 mmHg, PH : dibawah 7,35, SO2 : dibawah 90  mmHg)
- Suara nafas krekel
- Jalan nafas terganggu
- Dasar kuku dan membrane mukosa pucat

Trauma pembedahan dada ekstensif
Gangguan pertukaran gas
3
Ds: keluarga klien mengatakan bahwa pasien merasakan nyeri pada daerah dada
Do:
- Dahi pasien mengkerut, merintih dan melindungi tempat rasa nyeri
- skala nyeri 5
- pasien memegang dada bagian atas
- menggosok lengan kiri
- TTV : TD:  120/80-140/90 mmHg, Nadi: 100-110 x/menit, RR: 20-24x /menit, Suhu : 370C-380C
- P : nyeri bertambah jika digunakan bergerak dan berkurang bila digunakan istirahat
- Q : seperti tertusuk
- R : didaerah dada,
- S : 5,
- T : waktu bergerak
Trauma operasi
Nyeri
4.
Ds: keluarga klien mengatakan bahwa pasien demam
Do:
- Suhu : 38,50C – 390C
- Adanya kemerahan
-Adanya bengkak
-Peningkatan rasa nyeri
Infeksi atau sindroma pasca perikardiotomo
Hipertermi



3.2.4 Diagnosa Keperawatan
1.      Menurunnya curah jantung berhubungan dengan kehilangan darah dan fungsi jantung yang terganggu.
2.      Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan trauma akibat pembedahan dada ekstensi.
3.      Nyeri berhubungan dengan trauma operasi.
4.      Terjadinya hipertermi berhubungan dengan terjadinya infeksi atau sindrom pasca perikardiotomi.
3.2.5Proses Keperawatan
No
Diagnosa
Tujuan dan KH
Intervensi
Rasional
1
Menurunnya curah jantung berhubungan dengan kehilangan darah dan fungsi jantung yang terganggu.

Setelah dilakukan proses keperawatan selama 2x24 jam diharapkan curah jantung pasien normaluntuk menjaga gaya hidup yang diinginkan dengan KH :
K : pasien dan keluarga pasien mengetahui apa yang menyebabkan dari menurunnya curah jantung.
A : pasien dan keluarga pasien bisa menunjukan bagaimana cara untuk menjaga curah jantung tetap stabil.
P : pasien dan keluarga pasien bisa mempertahankan curah jantung tetap stabil
P : - TTV normal : (TD :  110/70-120/80 mmHg, Suhu: 36,5-37,50 C, RR: 16-24  x/mnt, Nadi: 60-100 x/mnt
- Tidak ada bunyi jantung tambahan S3 (gallop) dan S4 (murmur)
- keluaran urin adekuat
- tidak ada edema
- Peralatan pemantau hemodinamik memperlihatkan hasil normal ( tekanan vena central (CVP) normal antara 2-8 mmHg atau 3-11 cm air, curah jantung normal antara 3-5L/menit, tekanan kapiler pulmonal (PCWP) normal yaitu 6-12 mmHg, indeks jantung normal 2,5-3,5 L/mnt/mm2, tekanan vaskuler sistemik normal antara 600-1400 dynes/sec, rerata tekanan arteri normal 70-100mmHg)
1. Observasi TTV


2. Raba nadi (radial, carotid, femoral, dorsalis pedis) catat frekuensi, keteraturan, amplitude (penuh/kuat) dan simetris. Catat adanya pulsus alternan, nadi bigeminal, atau deficit nadi.
3. Auskultasi bunyi jantung, catat frekuensi, irama. Catat adaya denyut jantung ekstra, penurunan nadi.







4. Pantau keluaran urin
5. Pantau status kardivaskuler setiap jam sampai stabil melalui parameter hemodinamik


6. Kolaborasi obat anti aritmia
1. Mengetahui keadaan umum pasien
2. perbedaan frekuensi, kesamaan dan keteraturan nadi menunjukkan efek gangguan curah jantung pada sirkulasi sistemik/perifer.



3. disritmia khusus lebih jelas terdeteksi dengan pendengaran dari pada dengan palpasi. Pendenganaran terhadap bunyi jantung ekstra atau penurunan nadi membantu mengidentifikasi disritmia pada pasien tak terpantau
4. untuk mengetahui fungsi ginjal
5. untuk mengevaluasi efektifitas pengobatan, banyak parameter digunakan untuk mengevaluasi fungsi kardiovaskuler
6. Meringankan beban jantung
2
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan trauma akibat pembedahan dada ekstensi.


Setelah dilakukan proses keperawatan selama 1x24 jam pertukaran gas adekuat dengan KH :
K : pasien dan keluarga pasien mengetahui penyebab dari gangguan pertukaran gas
A : pasien dan keluarga pasien mampu menunjukan bagaimana cara mengatasi gangguan pertukaran gas
P : pasien dan keluarga pasien mampu mengatasi gangguan pertukaran gas
P : - TTV normal : (TD :  110/70-120/80 mmHg, Suhu: 36,5-37,50 C, RR: 16-24  x/mnt, Nadi: 60-100 x/mnt
-AGD  normal : (PO2 :  80-95 mmHg, PCO2 : 35-45 mmHg, HCOO-3 : 21-26 mmHg, PH : 7,35- 7,45, SO2 : 90-100  mmHg)
- suara nafas vesikuler
- jalan nafas tidak terganggu
- mukosa dan dasar kuku berwarna merah muda
1. Observasi TTV


2. Pantau gas darah volume tidal, tekanan inspirasi puncak, dan parameter ektubasi



3. Observasi warna kulit, membran mukosa dan kuku. Catat adanya sianosis perifer (kuku) atau sianosis sentral.





4. Auskultasi dada terhadap suara nafas




5. Berikan fisioterapi dadasesuai resep


6. Anjurkan untuk menarik nafas dalam, batuk efektif, berpindah posisi, memakai spirometer dan mematuhi terapi nafas.
1. Mengetahui keadaan umum pasien
2. AGD dan volume tidal menunjukan efektifitas ventilator dan perubahan yang harus dilakukan untuk memperbaiki pertukaran gas
3. Sianosis kuku menunjukkan vasokontriksi respon tubuh terhadap demam/menggigil namun sianosis pada daun telinga, membran mukosa dan kulit sekitar mulut menunjukkan hipoksemia sistemik.
4. Krekel menunjukan kongesti paru, penurunan atau hilangnya suara nafas menunjukan pneumothoraks
5. Membantu mencegah retensi sekresi dan athelektasis
6. Membantu menjaga jalan nafas tetap paten, mencegah atelectasis dan memungkinkan pengembangan paru.
3
Nyeri berhubungan dengan trauma operasi.

Setelah dilakukan proses keperawatan selama 1x24 jam diharapkan nyeri pasien dapat berkurang dengan KH:
K : pasien dan keluraga pasien mengetahui penyebab dari nyerinya
A : pasien dan keluarga pasien mampu menunjukan bagaimana cara menangani nyerinya
P : pasien dan keluarga pasien mampu mengatasi nyerinya
P : - TTV normal : (TD :  110/70-120/80 mmHg, Suhu: 36,5-37,50 C, RR: 16-24  x/mnt, Nadi: 60-100 x/mnt
          Skala nyeri normal (1-3)
             Wajah tidak meringai kesakitan
1. Observasi TTV.


2. Tentukan riwayat nyeri misalnya lokasi, frekuensi, durasi
3. Berikan tindakan kenyamanan dasar (reposisi, gosok punggung) dan aktivitas hiburan
4. penggunaan ketrampilan manajemen nyeri (teknik relaksasi, visualisasi, bimbingan imajinasi) musik, sentuhan terapeutik
5. kontrol Kolaborasi : berikan analgesik sesuai indikasi misalnya Morfin metadon atau campuran narkotik

1. Untuk mengetahui keadaan umum pasien.
2. Untuk mengetahui skala nyeri.

3. Meringankan nyeri dan memberikan rasa nyaman.


4. Memberikan rasa nyaman pada saat nyeri.




5. Untuk mempercepat hilangnya nyeri dan untuk penghilang rasa nyeri.

4
Terjadinya hipertermi berhubungan dengan terjadinya infeksi atau sindrom pascaperikardiotomi.

Setelah dilakukan proses keperawatan selama x24 jam pasien dapat melakukan aktifitas seperti biasa dengan KH :
K : pasien dan keluarga pasien mengetahui penyebab hipertermi atau demam
A : pasien dan keluarga pasien mampu menunjukan cara mengurangi demam
P : pasien dan keluarga pasien mampu melakukan pengurangan demam
P : - TTV normal : (TD :  110/70-120/80 mmHg, Suhu: 36,5-37,50 C, RR: 16-24  x/mnt, Nadi: 60-100 x/mnt
- tidak ada bengkak
- tidak ada kemerahan
- tidak ada rasa nyeri
1.      Observasi TTV khususnya suhu

2.      Gunakan teknik steril saat mengganti balutan
3.      Observasi adanya gejala sindrom pasca perikardiotomi : demam, malese, efusi pericardium, nyeri sendi
4.      Ajarkan teknik kompres air hangat untuk mengurangi demam
5.      Kolaborasi pemberian antiradang sesuai resep
1.      Untuk mengetahui keadaan umum pasien
2.      Menurunkan kemungkinan terjadinya infeksi
3.      Terjadi pada 10% sampai 40% pasien setelah bedah jantung



4.      Untuk mengurangi demam


5.      Untuk menghilangkan gejala peradangan (mis : demam, bengkak, rasa penuh, kaku atau gatal, dan kelelahan)

              
3.3Contoh Implementasi
NO. DX
TGL/JAM
IMPLEMENTASI
RESPON
TTD

1,2,3,4






1







1,2






1,3,4


1
















2






4



2,3,4
25-11-2012 08.00





















09.00 wib


10.00 wib
















11.00 wib






12.00 wib



13.00 wib

1. Mengobservasi TTV






2.Meraba nadi (radial, carotid, femoral, dorsalis pedis) catat frekuensi, keteraturan, amplitude (penuh/kuat) dan simetris. Mencatat adanya pulsus alternan, nadi bigeminal, atau deficit nadi.
3.Mengauskultasi bunyi jantung, dan suara nafas





4.Kolaborasi : memberikan obat anti aritmia, anti radang dan anlgesik.
5.memantau status kardivaskuler melalui parameter hemodinamik














6. Memantau gas darah, volume tidal, tekanan inspirasi puncak, dan parameter ektubasi



7. Mengganti balutan dengan teknik steril


8. mengajarkan teknik relaksasi, kompres air hangat dan fisioterapi dada

1.  DS : keluarga pasien mengatakan pasien agak mendingan
DO : TTV normal : (TD :  110/70-120/80 mmHg, Suhu: 36,5-37,50 C, RR: 16-24  x/mnt, Nadi: 60-100 x/mnt
2. DS : pasien bisa diajak kerja sama
DO : frekuensi nadi seimbang, teratur, tidak ada defisit nadi



3. DS : pasien bisa diajak kerja sama
DO : tidak ada bunyi jantung tambahan S3 (gallop) dan S4 (murmur)
- suara nafas vesikuler tidak ada krekel
4. DS : pasien mengatakan akan segera minum obat
DO : pasien kooperatif
5. DS : pasien sudah enakan
    DO : Peralatan pemantau hemodinamik memperlihatkan hasil normal ( tekanan vena central (CVP) normal antara 2-8 mmHg atau 3-11 cm air, curah jantung normal antara 3-5L/menit, tekanan kapiler pulmonal (PCWP) normal yaitu 6-12 mmHg, indeks jantung normal 2,5-3,5 L/mnt/mm2, tekanan vaskuler sistemik normal antara 600-1400 dynes/sec, rerata tekanan arteri normal 70-100mmHg)
6. DS : pasien sudah merasa enak
   DO : AGD  normal : (PO2 : 80-95 mmHg, PCO2 : 35-45 mmHg, HCOO-3 : 21-26 mmHg, PH : 7,35- 7,45, SO2 : 90-100  mmHg)
7. DS : pasien bisa diajak kerjasama
DO : tidak ada tanda-tanda infeksi
8. DS : pasien bisa menerima apa yang diajarkan
DO : skala nyeri berkurang, demam menurun, tidak ada sesak dan krekel.



3.4 Evaluasi
NO. DX
TGL/JAM
EVALUASI
TTD
1
25-11-2012
S : -
O : TTV normal : (TD :  110/70-120/80 mmHg, Suhu: 36,5-37,50 C, RR: 16-24  x/mnt, Nadi: 60-100 x/mnt, Peralatan pemantau hemodinamik memperlihatkan hasil normal ( tekanan vena central (CVP) normal antara 2-8 mmHg atau 3-11 cm air, curah jantung normal antara 3-5L/menit, tekanan kapiler pulmonal (PCWP) normal yaitu 6-12 mmHg, indeks jantung normal 2,5-3,5 L/mnt/mm2, tekanan vaskuler sistemik normal antara 600-1400 dynes/sec, rerata tekanan arteri normal 70-100mmHg)
tidak ada bunyi jantung tambahan baik S3 maupun S4
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan

2
25-11-2012
S : pasien mengatakan tidak sesak nafas
O : TTV normal : (TD :  110/70-120/80 mmHg, Suhu: 36,5-37,50 C, RR: 16-24  x/mnt, Nadi: 60-100 x/mnt,AGD  normal : (PO2 :  80-95 mmHg, PCO2 : 35-45 mmHg, HCOO-3 : 21-26 mmHg, PH : 7,35- 7,45, SO2 : 90-100  mmHg)
- suara nafas vesikuler
- jalan nafas tidak terganggu
- mukosa dan dasar kuku berwarna merah muda
tidak ada sianosis, tidak ada oedema, ekstremitas hangat
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan

3
25-11-2012
S : pasien mengatakan nyeri berkurang
O : TTV normal : (TD :  110/70-120/80 mmHg, Suhu: 36,5-37,50 C, RR: 16-24  x/mnt, Nadi: 60-100 x/mnt
, skala nyeri 1-3
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan

4
25-11-2012
S : pasien mengatakan demamnya berkurang
O : TTV normal : (TD :  110/70-120/80 mmHg, Suhu: 36,5-37,50 C, RR: 16-24  x/mnt, Nadi: 60-100 x/mnt, tidak ada bengkak, tidak ada kemerahan, tidak ada rasa nyeri
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan




















BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Bedah jantung adalahUsaha atau operasi yang dikerjakan untuk melakukan koreksi kelainan anatomi atau fungsi jantung.

Operasi Jantung Dibagi Atas :
·         Operasi jantung terbuka, yaitu operasi yang dijalankan dengan membuka rongga jantung dengan memakai bantuan mesin jantung paru (mesin extra corporal).
·         Operasi jantung tertutup, yaitu setiap operasi yang dijalankan tanpa membuka rongga jantung misalnya ligasi PDA, Shunting aortopulmonal.
Peran perawat pada fase intra operatif ini meliputi yaitu, :
  1. Pemeliharaan keselamatan
  2. Pematauan fisiologis
  3. Dukungan psikologis
  4. Penatalaksanaan keperawatan

4.2 Saran
  • Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit
  • Mengurangi nyeri pada pasien
  • Meningkatkan istirahat yang cukup
  • Mencegah suhu tubuh agar tetap normal
  • Jaga pola makan dan gaya hidup



DAFTAR PUSTAKA

Boedihartono. 1994. Proses Keperawatan di Rumah Sakit. Jakarta.
Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan. EGC : Jakarta.
Effendy, Christantie dan Ag. Sri Oktri Hastuti. 2005. Kiat Sukses menghadapi Operasi. Sahabat Setia : Yogyakarta.
Effendy, Christantie. 2002. Handout Kuliah Keperawatan Medikal Bedah : Preoperatif Nursing, Tidak dipublikasikan : Yogyakarta.
Marilynn E. Doenges. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian pasien, ed.3. EGC, Jakarta.
Nasrul Effendi. 1995. Pengantar Proses Keperawatan.EGC : Jakarta.
Shodiq, Abror. 2004. Operating Room, Instalasi Bedah Sentral RS dr. Sardjito Yogyakarta, Tidak dipublikasikan : Yogyakarta.
Sjamsulhidayat, R. dan Wim de Jong. 1998. Buku Ajar Imu Bedah, Edisi revisi. EGC : Jakarta.
Smeltzer, Suzanne C. and Brenda G. Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah : Brunner Suddarth, Vol. 1. EGC : Jakarta.
Wibowo, Soetamto, dkk. 2001. Pedoman Teknik Operasi OPTEK, Airlangga University Press : Surabaya.
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC : Jakarta.

0 komentar:

Posting Komentar